23. Rumah Ayah Bunda

1.9K 152 11
                                    

Vote dan komen jangan lupa guys!

Makasih :)

.

.

"Mas beneran gak ngasih tau Ayah sama Bunda kalo kita mau ke sana?" tanya Sya sambil mengeratkan pelukannya pada perut Arbi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mas beneran gak ngasih tau Ayah sama Bunda kalo kita mau ke sana?" tanya Sya sambil mengeratkan pelukannya pada perut Arbi. Mereka sedang dalam perjalanan menuju ke rumah orangtua Arbi yang ada di kota.

"Kan buat surprise. Mereka pasti seneng banget nanti.." sahut Arbi sambil tersenyum di balik kaca helmnya. .

Sya menyandarkan dagunya di punggung Arbi. "Masih jauh nggak Mas?" tanya gadis itu.

Arbi menggeleng. "Enggak kok, 1 lampu merah lagi udah nyampe. Kenapa? Kamu kepanasan? Maaf ya mas belom bisa beli mobil, jadi kita masih naik motor gini.." kata pemuda itu merasa bersalah.

Melakukan perjalanan jauh menggunakan motor apalagi di saat cuaca lumayan panas pastinya membuat Sya tidak nyaman. Rumah orangtuanya memang agak jauh, butuh sekitar 3 jam waktu perjalanan menggunakan motor dari desa mereka.

"Enggak kok, cuma penasaran aja. Kita kan ini udah di pusat kota, jadi aku heran aja kok gak nyampe-nyampe." jawab Sya.

Sya sudah sering ke kota, tapi jarang sampai ke pusat kotanya. Jadi dia agak heran karena sekarang mereka sudah ada di pusat kota tapi belum sampai juga di rumah orangtua Arbi.

"Rumah orangtua mas emang ada di pusat kota, sabar ya bentar lagi sampe kok." kata Arbi sambil mengusap tangan Sya pelan.

Sya mengangguk. "Iya Mas.." sahutnya.

Perjalanan mereka cukup menyenangkan, Arbi sengaja berangkat pagi karena tidak ingin mereka terjebak macet ataupun kepanasan. Tapi hari ini cukup panas, padahal masih jam 9 pagi tapi cuaca sudah sangat panas.

Arbi membelokkan motornya memasuki kawasan perumahan. Security di depan langsung menyapa Arbi dan dibalas dengan senyuman oleh Arbi.

Sya menatap kagum rumah-rumah besar yang mereka lewati. Dengan melihat rumah-rumah itu Sya dapat menyimpulkan kalau kawasan itu pasti permahan elite yang ditinggali oleh orang kaya.

Arbi membelokkan motornya menuju ke salah satu rumah yang di luarnya terdapat gerbang tinggi. Arbi membunyikan klakson motornya dan tak lama kemudian gerbang terbuka.

"Eh Mas Arbi, apa kabar Mas?" tanya Pak Satpam yang baru saja membuka gerbang.

Arbi tersenyum. "Baik Pak.." jawabnya.

"Udah lama Mas nggak pulang, eh ini pulang-pulang udah bawa gandengan aja.." kata Pak Satpam.

Arbi terkekeh  pelan. "Iya nih Pak, Ayah sama Bunda ada di rumah kan Pak?" tanya pemuda itu.

Pak Satpam mengangguk. "Ada Mas.." jawabnya.

"Yaudah kalo gitu saya masuk dulu ya Pak.."

"Iya Mas.."

Mas Yang Itu | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang