2. Arbi

3.9K 208 15
                                    

Vote dan komen jangan lupa guys!

Makasih :)

.

.

Arbi menghela nafas pelan, mata pemuda itu menatap batu nisan sang nenek yang belum lama ini meninggal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arbi menghela nafas pelan, mata pemuda itu menatap batu nisan sang nenek yang belum lama ini meninggal. Arbi juga menatap batu nisan sang kakek yang berada tepat di sebelah milik sang nenek.

"Arbi pulang dulu ya Nek, Kek. Kapan-kapan Arbi dateng lagi.." kata pemuda itu sambil tersenyum menatap pusara nenek dan kakeknya.

Arbi memang sering datang ke makam nenek dan kakeknya untuk sekedar membersihkan rumput-rumput yang mulai tumbuh ataupun membacakan doa untuk kedua orang yang sangat dia sayangi itu.

Pemuda itu belum lama tinggal di desa, baru sekitar 4 bulanan. Awalnya Arbi datang ke desa untuk menjaga sang nenek yang sedang sakit, namun baru sebulan dia di desa neneknya sudah dipanggil yang Maha Kuasa menyusul sang kakek yang sudah pergi terlebih dahulu.

Arbi awalnya sangat sedih, karena selama ini dia hanya tinggal bersama neneknya itu. Mengurus percetakan yang tak jauh dari rumah yang mereka tinggali, percetakan yang merupakan usaha warisan dari sang kakek.

Keluarga Arbi ada di kota karena kedua orangtuanya bekerja di sana. Arbi juga awalnya bekerja di kota setelah kuliah, tapi saat mendengar bahwa sang nenek sakit Arbi lebih memilih untuk ke desa dan menemani neneknya itu sembari terus menjalankan usaha percetakan keluarga yang sudah lumayan maju.

Dan ya setelah kepergian sang nenek Arbi memilih untuk tetap tinggal di desa, meskipun kedua orangtua dan juga adiknya meminta Arbi untuk kembali ke kota tapi pemuda itu tetap kekeuh untuk tinggal di desa. Mengurus usaha percetakan dan juga tetap tinggal di rumah warisan sang kakek. Rumah yang cukup sederhana namun terlihat begitu rapi dan juga asri karena di bagian depan rumah itu banyak bunga dan juga pohon buah-buahan.

"Bi! Arbi!"

Arbi yang sedang berjalan menoleh, pemuda itu melambaikan tangannya pada Jovan dan Dika yang berlari ke arahnya.

Kedua pemuda yang merupakan teman Arbi itu langsung berhenti berlari saat sampai di depan Arbi.

"Lo dari mana Bi?" tanya Dika sambil mengipasi wajahnya yang terasa panas karena berlari.

"Dari makam nenek sama kakek gue. Lo berdua dari mana? Kok lari-larian gitu?"

Jovan menghembuskan nafasnya. "Kita mau ngajakin lo ke rumah si Rizal, ke empangnya. Mancing Bi, dari pada gak ngapa-ngapain kan.." kata pemuda itu.

Arbi berfikir sejenak. "Iya sih, yaudah ayo kalo gitu."

Jovan dan Dika mengangguk. Mereka bertiga pun menuju ke rumah Rizal yang orangtuanya merupakan bos empang di desa itu. Berbagai macam ikan air tawar ada di sana, Arbi dan teman-temannya sering menghabiskan waktu untuk memancing di sana saat sore.

Mas Yang Itu | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang