Arbi si mas-mas baik nan bersahaja yang tiba-tiba saja diminta untuk menikahi Khalisya si kembang desa yang tiba-tiba mengaku dihamili olehnya. Ngobrol saja jarang bagaimana bisa hamil?
"Mas yang itu yang hamilin aku.." -- Khalisya.
Kisah keseharian...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Aduh! Sakit Sya! Aduh!" Arbi merintih kesakitan saat Sya memijat bahunya. Pemuda itu meremas kuat pinggiran sofa yang tengah dia duduki.
Sya menghela nafas dan mengoleskan minyak zaitun pada tangannya kemudian kembali memijat bahu Arbi pelan. "Lagian Mas ini bisa-bisanya jatoh dari motor sampe lebam gini.." kata gadis itu.
Arbi menggigit bibir bawahnya menahan rasa sakit saat Sya memijat dan menekan beberapa titik di bahunya. "Mas kaget Sya pas di jalan tiba-tiba ada kucing lewat. Ya mas langsung banting stir lah, eh malah ada batu yang bikin oleng. Yaudah deh mas jatoh, kebentur pohon bahu mas.." jelas pemuda itu.
"Jangan marahin Arbi lah Sya, kasian dia udah kesakitan gitu masih aja lo marahin." kata Dika sambil memakan pisang goreng yang dia pegang.
"Iya Sya, masih untung gak ada luka si Arbi cuma kek gitu doang bahunya. Asal lo tau ya Sya, itu dikit lagi pala Arbi bisa bocor kalo sampe kena batu yang ada di deket pohon." sahut Rizal.
Tadi kedua pemuda itu membantu Arbi karena memang mereka baru saja pergi bersama, dan kejadian Arbi jatuh ini tentu saja dilihat oleh keduanya. Dika tadi membonceng Arbi pulang sedangkan Rizal membawa motor Arbi ke bengkel, bagian depan motor itu tergores cukup parah jadi harus dibawa ke bengkel.
Sya berdecak pelan. Gadis itu kembali mengoleskan minyak zaitun ke tangannya dan memijat pelan pundak Arbi. Beruntung dia ada skill memijat karena diajari oleh neneknya dulu.
"Sya sakit! Aduh! Pelan-pelan! Syaaaa!"
Sya menghela nafas. "Udah pelan Mas, kalo Mas teriak-teriak gini mending kita ke tempat Mbak Diman aja deh, biar dia yang mijet Mas.." kata gadis itu sambil menatap Arbi.
"Anjir jangan Bi, gue pernah dipijet sama dia. Beh udah berasa kayak mau mati gue, kek nyawa gue dicabut Bi. Sakit banget beneran." kata Dika sambil menggeleng.
Rizal menggeleng. "Iya Bi, beneran Mbah Diman kalo mijet udah kek mau nyabut nyawa, sakitnya gak nahan. Gue sampe nangis pas dipijet sama dia." sahut pemuda itu.
Sya berdecak. "Diem ah lo berdua, biarin aja Mas Arbi dipijet sama Mbah Diman. Biar sekalian dia ngerasain enaknya pijetan Mbah Diman, dari pada gue yang mijet dia tetep teriak-teriak gini." sahutnya.
Dika menelan pisang goreng yang ada di mulutnya. "Kalo kata gue mending biar Sya aja yang mijet Bi. Sakitnya pijetan Sya kayaknya gak nyampe 10% dari sakitnya pijetan Mbah Diman deh.."
"Iya Bi, gue aja mending nahan sakit sebulan dari pada pijet lagi ke Mbah Diman, gak kuat beneran." sahut Rizal.
Arbi meneguk ludahnya, mendengar tentang Mbah Diman langsung membuatnya merinding. Pijitan Sya saja sudah lumayan sakit tapi Dika mengatakan kalau itu tidak sampai 10% dari pijatan Mbah Diman. Berarti memang benar pijatan Mbah Diman sesakit itu.
