48. Balkon

1.3K 115 10
                                    

Vote dan komen jangan lupa guys!

Makasih :)
.

.

"Mau beli bubur kacang ijo nggak Sya? Deket sini ada bubur kacang ijo enak loh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mau beli bubur kacang ijo nggak Sya? Deket sini ada bubur kacang ijo enak loh.."  tanya Bunda sambil menoleh pada Sya.

"Bubur kacang ijo Bun?"

Bunda mengangguk. "Iya, enak loh. Arbi dulu suka beli di sana. Kamu mau?"

Sya mengangguk. "Mau Bun, ada esnya gak?"

Bunda terkekeh pelan. "Ada, kalo sore gini ada yang es kacang ijo sama bubur kacang ijo anget." kata wanita itu.

"Ihh mau, aku pengen es kacang ijonya. Udah lama deh gak makan itu." kata Sya.

Bunda memeluk lengan Sya. "Oke, let's go! Kita beli es  kacang ijo." kata wanita itu semangat.

Sya mengangguk. Mereka berdua menuju ke tempat penjual bubur kacang ijo yang Bunda maksud. Sepanjang perjalanan mereka menuju ke sana Bunda menunjukkan rumah tetangga mereka. Wanita itu sangat senang bisa mengajak Sya untuk berjalan-berjalan di sekitaran komplek perumahan mereka.

Menunjukkan tempat bermain Arbi semasa kecil, menunjukkan tempat makanan yang biasa Arbi datangi saat kecil. Wanita itu sangat senang sekali bisa mengenalkan itu semua pada Sya.

"Enakan di desa ya Sya? Lebih seger gitu, kadang bunda pengen balik ke desa tapi ya gak bisa soalnya kerjaan Ayah sama sekolah Nisa di sini.." kata Bunda sambil menghela nafas.

"Gapapa Bun, di kota juga enak. Kalo mau belanja yang bagus-bagus  kan gampang, banyak taman hiburan, mall gitu." kata Sya sambil tersenyum.

Bunda menghela nafas lagi. "Tetep aja Sya, udara kota tuh udah gak sehat. Asap kendaraan di mana-mana. Kalo desa kan masih seger udaranya.." kata wanita itu.

Sya terkekeh pelan. "Iya sih Bun..."

Bunda menatap Sya. "Udahlah, ayo jalan cepet. Udah deket loh tukang es kacang ijonya." kata wanita itu.

Sya mengangguk. Mereka mulai berjalan cepat menuju ke tempat penjual bubur kacang ijo yang Bunda maksud. Saat sampai di sana terlihat meja-meja yang sudah tertata rapi di  belakang gerobak bubur.

Sebagian besar meja-meja itu sudah terisi oleh orang-orang yang juga sedang membeli. Beruntung masih ada yang kosong jadi Bunda dan Sya bisa duduk.

Bunda menyuruh Sya duduk duluan karena wanita itu ingin memesan bubur dulu. Setelah memesan Bunda kembali menghampiri Sya dan duduk di depan gadis itu.

"Rame ya  Bun.." kata Sya.

Bunda mengangguk dan mengambil tisu yang ada di meja untuk mengusap keningnya yang berkeringat. "Iya Sya, kan mulai jualan jam 3 an ya. Pasti langsung rame." kata wanita itu.

"Eh Bu Aisyah!"

Bunda menoleh ke belakang saat ada yang memanggil namanya. Wanita itu tersenyum dan melambaikan tangan pada beberapa Ibu-ibu yang melambaikan tangan padanya. Mereka adalah tetangga sekaligus teman-teman arisannya.

Mas Yang Itu | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang