Mana nih yang dari kemarin nanyain kapan aku update?
jangan lupa bintangnya loh. Terus komen juga ya. Kasih tanggapan kalian untuk kisah Bian dan Zinnia ini.
Kasih tau teman2nya juga biar baca cerita ini 🤭 Makin rame yang baca makin semangat aku updete nya.
Happy Reading!!!
***
“Tumben Mas ada waktu buat jemput aku?” cibir Aruna ketika menemukan sang tunangan di depan rumahnya. Bersandar di samping mobilnya dengan penampilan yang rapi seperti biasa.
“Kebetulan hari ini aku gak anterin Ashlyn ke sekolahnya,” jawab Bian dengan jujur. Meskipun sebenarnya tidak menjemput Aslyn sudah tidak dilakukan Bian sejak dua hari kemarin.
“Kenapa?” sebelah alis Aruna terangkat, meski tak bisa di pungkiri ada sebagian hatinya yang berdenyut nyeri mendengar kejujuran Bian barusan, yang seolah menjelaskan bahwa dirinya bukanlah prioritas. Namun dibalik itu pun ada senang yang menyinggahi karena setidaknya Bian masih ingat padanya.
“Masih di rumah sakit mungkin,” Bian menjawab lesu.
Tidak mendapatkan kabar apa pun dari sang putri setelah di jemput Zinnia minggu siang, juga tidak menemukannya di rumah seperti biasa, Bian jadi merasa tak semangat menjalani hari. Padahal satu bulan belakangan ini Ashlyn lah yang membuatnya selalu tak sabar menunggu pagi dan sore hari. Termasuk Zinnia yang menambah semangatnya dalam menjalani hari yang dulu terasa mati, namun belakangan ini berhasil di hidupkan lagi.
Tapi saat tidak mendapati dua wanita beda usia kesayangannya sejak dua pagi kemarin di tempat biasa ia menemui, membuat semangatnya menyusut drastis, belum lagi godaan teman-temannya semalan berhasil memengaruhinya. Bian memikirkan kemungkinan yang Nathael ucapkan. Juga kalimat Mario yang Bian tahu hanya candaan, tapi tetap membuatnya kepikiran. Kedua sahabat sialannya itu benar-benar sukses membuatnya tak tenang.
“Rumah sakit?” Aruna memastikan. “Ashlyn sakit?” tanyanya dengan raut khawatir yang tidak dapat di sembunyikan.
Satu kali mereka bertemu dan menghabiskan waktu seharian membuat Aruna sadar bahwa gadis berusia sembilan tahun itu begitu luar biasa. Dan Aruna meyakini bahwa ia tidak mungkin bisa membenci bocah itu sekalipun Ashlyn adalah anak Bian yang dilahirkan perempuan lain. Perempuan yang tidak jadi dirinya temui sore itu, dan sialnya berakhir dengan dirinya yang ditinggalkan Bian begitu saja di restoran. Perempuan yang berhasil membuatnya tidak berhenti mengumpat. Bahkan Aruna berjanji akan menjambak rambut perempuan itu saat mereka bertemu nanti. Aruna kesal. Benar-benar kesal. Tapi kekesalan itu terobati oleh kedatangan Bian pagi ini di rumahnya.
Bian menggeleng. “Opa-nya yang sakit.”
“Opa-nya?”
Hanya deheman singkat yang Bian beri sebagai jawaban, lalu membuka pintu penumpang untuk mempersilahkan Aruna masuk. Sama sekali Bian tidak berniat menjelaskan apa pun, meskipun rasa penasaran dapat Bian lihat di raut wajah Aruna.
Selesai menutup kembali pintu mobil untuk Aruna, Bian melangkah cepat ke sisi lainnya, duduk di balik kemudi dan siap melajukan kendaraannya meninggalkan rumah Aruna ketika sebuah kecupan pipinya dapatkan. Membuatnya terkejut dan sontak menoleh ke samping, hendak melayangkan protes, namun Aruna lebih dulu berkata, “Udah lama ya, Mas kita gak pergi kerja bareng,” raut wajahnya yang sedih membuat Bian menghela napas sambil memejamkan mata sejenak, lalu menyalakan mobilnya dan benar-benar melaju meninggalkan rumah yang entah sudah berapa lama tidak Bian singgahi.
“Terakhir sebelum weekend-nya kita kencan keliling mall,” Aruna melanjutkan. “Setelah itu kamu menghilang bagai di telan bumi,” mendesah pelan, Aruna kemudian memiringkan duduknya agar bisa menatap Bian yang terlihat fokus pada jalanan di depan. Namun Aruna tahu pria itu mendengarkan ocehannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/330961744-288-k718255.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Destiny
General FictionDiawali dengan kenikmatan, lalu berakhir dengan kekecewaan semua orang. Cinta itu kadang menyesatkan. Hadirnya bukan semata untuk memberi kebahagiaan, sebab derita pun menjadi bagian di dalamnya. Banyak hal yang Zinnia korbankan. Banyak pula penderi...