Love Destiny - 24

2.8K 153 9
                                    

Happy Reading!!!

***

Seperti yang pernah Bian bilang, ia ingin menebus hari yang tidak dilewati bersama Zinnia dan anaknya sepuluh tahun kemarin. Maka siang ini Bian memutuskan membawa Ashlyn dan Zinnia jalan-jalan. Hanya ke pusat perbelanjaan memang, tapi Bian sudah begitu merasa senang. Begitu pula dengan Ashlyn yang teramat jarang ibunya bawa pergi-pergi terlebih untuk main dan belanja seperti ini.

Banyak barang yang sudah Ashlyn beli, mulai dari pakaian hingga pernak pernik anak perempuan yang menarik perhatian Bian.

Zinnia sudah menegur, melarang Bian terlalu royal, tapi pria itu tidak menghiraukan. Setiap kali Zinnia bilang jangan, maka Bian akan bilang, “Sejak Ashlyn berada dalam perut kamu, aku gak pernah kasih dia apa-apa, Zi. Jadi, biarin sekarang aku memberikan yang terbaik untuk anakku.”

Zinnia mengerti, tapi Bian benar-benar sudah berlebihan dalam membelanjai Ashlyn yang terlihat senang-senang saja. Anak itu menerima semua yang ayahnya berikan dan tidak menolak saat Bian menunjuk sesuatu yang dilihatnya akan cocok jika dikenakan oleh Ashlyn. Zinnia sampai tidak bisa lagi berkata-kata. Membiarkan saja Bian sesukanya hingga pria itu puas. Meski jujur saja Zinnia sedikit terbebani. Tapi ya sudah lah, toh Bian membelanjai anaknya sendiri. Dan itu memang sudah seharusnya.

Zinnia tidak ingin mengurangi kebahagiaan anaknya, tidak pula dengan kebahagiaan Bian, jadi membiarkannya adalah pilihan yang tepat bukan? Yang terpenting bukan ia yang meminta ini itu pada Bian, karena Zinnia sadar selain ibu dari darah daging pria itu, Zinnia bukan siapa-siapa Bian. Meskipun satu minggu lalu Bian sudah mengutarakan perasaannya dan keinginan pria itu untuk kembali. Tapi Zinnia belum memberi jawaban. Zinnia masih bingung untuk memutuskan walaupun kini ia tidak menghindari pria itu seperti sebelumnya.

Pukul delapan malam mereka tiba di rumah dengan keadaan Ashlyn yang telah tertidur sepanjang perjalanan tadi. Gadis itu terlalu bersamangat menjalani hari barunya bersama sang ayah, sampai akhirnya Ashlyn kelelahan. Bian yang tidak tega membangunkan putrinya memilih menggendong Ashlyn hingga ke kamar, sementara Zinnia mengambil belanjaan Ashlyn yang super banyak di bagasi mobil Bian, membawanya ke dalam rumah lalu menjatuhkan semua itu di samping lemari seraya menatap sekeliling sambil memikirkan di mana kiranya nanti barang-barang Ashlyn akan di simpan.

Kamar putrinya itu tidak luas. Lemarinya pun tidak besar, sementara pakaian yang Bian belikan lumayan banyak. Lemari Ashlyn pasti tidak akan muat. Karena sebelumnya lemari itu juga telah di isi oleh Mario yang tak kalah royalnya dengan Bian. Dua pria itu benar-benar membuat Zinnia pening. Baik Mario mau pun Bian terlalu memanjakan Ashlyn.

Bukannya Zinnia tidak suka, tapi ia takut semua kebahagiaan ini hanya sesaat. Tak apa jika itu hanya berlaku untuknya, asal jangan untuk anaknya juga. Zinnia tidak bisa membiarkan anaknya kembali bersedih hati. Cukup selama sembilan tahun hidupnya Ashlyn tidak memiliki apa-apa, tidak merasakan kasih sayang yang selayaknya, kedepannya Zinnia tidak ingin anaknya kekurangan lagi. Apa lagi setelah semua pemberian Mario dan Bian satu bulan belakangan ini. Yang tak hanya berupa materi, tapi juga kasih sayang yang sebelumnya tidak pernah Ashlyn dapatkan selain dari dirinya sebagai ibu.

“Kamu kenapa, ngelamun?” tegur Bian seraya menghampiri Zinnia yang tidak bergerak setelah menyimpan semua belanjaan Ashlyn. tatapan perempuan itu terlihat menerawang, tapi dengan raut yang tidak bisa di jelaskan, membuat Bian penasaran dan berakhir menghampiri Zinnia yang terlihat sedikit terkejut dengan tegurannya. Membuktikan bahwa perempuan itu memang melamun.

Zinnia menggeleng. “Aku cuma lagi mikirin ini barang-barang Ashlyn mau di simpan di mana,” tidak sepenuhnya bohong Zinnia memberi jawaban, karena awalnya ia memang berpikir demikian. “Itu banyak banget,” tunjuknya pada kantong-kantong yang berserakan di lantai. “Lain kali jangan kayak gini lagi ya, Bi? Yang sekiranya perlu aja. Aku gak biasa manjain Ashlyn kayak gini. Dan aku gak mau kamu juga terlalu manjain Ashlyn dengan barang-barang seperti ini.” Pasalnya Zinnia tidak cukup mampu untuk semua itu.

Love DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang