Yang nagih Up mana nih?
Sini-sini absen dulu ☝️Btw jangan lupa vote sama komennya ya.
Bantu cerita ini untuk naik rangking dan makin banyak di temukan pembaca lain 🤭Ya udah yuk ...
Happy Reading!!!
***
Dan Zinnia benar-benar menepati ucapannya pada Aruna. Di mulai hari itu juga Zinnia kembali menjaga jarak dengan Bian. Zinnia selalu menghindar setiap kali Bian berusaha mendekat dan mengajaknya bicara. Padahal sebelumnya ia telah setuju untuk kembali memulai semuanya dengan Bian. Ia setuju memberi pria itu kesempatan. Tapi kedatangan Aruna membuat Zinnia sadar bahwa ia telah salah mengambil keputusannya.
Tidak seharusnya ia menyetujui keinginan Bian untuk kembali, yang mana artinya itu berarti ia mendukung pengkhianatan Bian terhadap tunangannya.
Sejak awal Zinnia menolak menjadi penjahatnya di sini, tapi ternyata ia tergiur dengan keseriusan Bian dalam keinginannya mengulang kisah yang pernah mereka bina.
Kalimat Bian membuat Zinnia terlena. Tatapan cintanya membuat ia tenggelam dalam euforia kebahagiaan yang pernah mereka rangkai bersama di masa sebelas tahun lalu. Zinnia tahu bahwa dirinya pun masih begitu mendambakan Bian menjadi kekasihnya. Menjadi miliknya. Tapi kedatangan Aruna yang mengingatkan siapa Bian sekarang, membuat Zinnia terpaksa harus bangun dari keterlenaannya.
Bian bukan lagi miliknya sekarang. Pria itu sudah tunangan. Sudah merangkai masa depan sebelum dirinya datang. Akan menjadi sangat berengsek jika tiba-tiba saja ia mengambil Bian setelah dirinya sendiri yang meninggalkan pria itu sepuluh tahun lalu.
Maka dari itu Zinnia memilih mundur kembali. Tidak peduli seberapa tergiurnya ia kembali menjalin hubungan dengan Bian yang masih begitu dirinya cintai.
Zinnia tetap menolak menjadi penjahatnya di sini.
Tidak peduli jika pun Mario mengatainya bodoh karena lagi-lagi kembali mengorbankan diri sendiri.
“Zi,” panggil Bian untuk yang kesekian kali setelah berkali-kali panggilannya hanya di jawab deheman tak berarti. Padahal Bian ingin wanita itu menoleh, menatapnya seperti beberapa waktu lalu. Tersenyum padanya, menerima uluran tangannya, dan duduk di sebelahnya. Bercanda dengan dirinya juga Ashlyn, kemudian mereka akan tertawa bersama tanpa sama sekali ada kecanggungan. Tapi belakangan ini Zinnia-nya seolah kembali menghindar tanpa Bian ketahui alasannya.
Zinnia menolak duduk bersama dengannya dan Ashlyn. Alasannya sibuk dengan orderan bunga. Atau Zinnia akan memilih berada di kamarnya saat Bian datang seperti biasanya. Dan ketika weekend datang, perempuan itu pergi membawa serta Ashlyn. Katanya akan bertemu dengan adik wanita itu. Dan Bian tentu saja di larang ikut.
Tak hanya Zinnia yang terasa sulit dirinya raih, pertemuannya dengan Ashlyn pun jadi tidak seintens biasanya. Mengantarkan Ashlyn sekolah di pagi hari sudah jarang Bian lakukan. Bukan karena Bian yang tidak datang, tapi karena Ashlyn yang sudah berangkat lebih dulu, entah itu sengaja pergi dengan Zinnia atau adik Zinnia yang datang untuk mengantarkan keponakannya. Sementara pulang sekolah Mario yang datang menjemput atau Falysa. Namun dua orang itu tidak sama sekali menemukan kejanggalan apa-apa. Mario yang biasanya selalu tahu dengan apa pun yang terjadi pada Zinnia kali ini tidak mengetahui apa-apa. Zinnia tidak ada cerita apa pun. Perempuan itu terlihat baik dan normal-normal saja di mata Mario.
Sialannya tidak begitu untuk Bian yang beberapa minggu ini semakin merasa tidak paham pada Zinnia. Bian sudah mencoba mengingat-ingat apa kiranya kesalahan yang sudah dirinya perbuat hingga membuat Zinnia kembali menghindarinya. Tapi Bian tidak juga menemukannya. Yang Bian ingat justru hubungannya dengan Zinnia yang semakin membaik setelah ungkapannya hari itu, dan Zinnia setuju untuk memulai kisah mereka dari awal. Tapi tak sampai satu minggu perempuan itu sudah kembali menjaga jarak darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Destiny
General FictionDiawali dengan kenikmatan, lalu berakhir dengan kekecewaan semua orang. Cinta itu kadang menyesatkan. Hadirnya bukan semata untuk memberi kebahagiaan, sebab derita pun menjadi bagian di dalamnya. Banyak hal yang Zinnia korbankan. Banyak pula penderi...