Hai hai guys, duh siapa nih yang masih nunggu cerita ini?
Maaf guys, aku kelamaan updatenya 🤭
Kelupaan terus. Padahal udah disiapin dari kemarin 😁😁Ya udah deh ya langsung aja ...
Happy Reading!
***
Sejak Bian berterus terang mengenai masa lalunya, Aruna tahu bahwa dirinya tidak akan menang dari cinta yang tunangannya miliki untuk masa lalunya. Tapi ada ego yang terluka ketika kata mundur sekilas melintas dalam benaknya. Kata tak terima berteriak di depan telinganya, membuat Aruna akhirnya membuka suara, mengatakan bahwa dirinya tidak akan menyerah hanya karena masa lalu Bian yang kembali.
Tidak peduli pria itu telah terang-terangan memintanya untuk mengalah. Aruna tetap akan maju, melawan masa lalu yang menjadi ancama untuk hubungannya dengan Bian, yang meski masih seumur jagung, tapi sangat berarti untuk dirinya. Aruna sudah menyadari bahwa ia begitu mencintai sang tunangan. Dan karena itu Aruna tidak ingin Bian membuangnya begitu saja.
Tekadnya adalah membuat Bian jatuh cinta padanya. Tapi ternyata itu tidak mudah. Kesibukan yang dirinya punya menjadi faktor utama gagalnya meraih sang tercinta. Sementara Bian sendiri justru semakin intens bertemu dengan masa lalunya. Bian mengaku waktunya di gunakan untuk menebus ketidak beradaannya di sisi Ashlyn selama sepuluh tahun yang telah terlewati, tapi Aruna tahu bahwa itu juga digunakan Bian untuk kembali meraih ibu si putri. Kebetulan Bian pun pernah terang-terangan mengakuinya. Dan Aruna tidak bisa baik-baik saja setelahnya.
Alasan itu juga yang membuatnya memutuskan pergi ke rumah orang tua Bian untuk menemui pria itu yang tidak berada di apartemennya. Namun di tengah perjalanan ia melihat mobil Bian terparkir di depan sebuah toko yang Aruna ingat pernah dirinya singgahi.
Meminggirkan perlahan mobilnya, Aruna kemudian menghentikan kendaraannya di bahu jalan. Meraih ponsel lalu menghubungi Bian demi memastikan kebenaran dugaannya.
Panggilan pertama tidak ada respons, begitu pun dengan panggilan ke dua. Namun Aruna tidak berhenti sampai di sana. Ia terus menghubungi Bian hingga pria itu menerima panggilannya.
“Halo,”
Tak langsung menyahut, Aruna lebih dulu menghembuskan napasnya pelan demi meredakan gemuruh di dada yang tiba-tiba saja membuatnya tak nyaman. Lalu setelah di rasa cukup tenang, barulah Aruna bersuara, “Mas lagi sibuk gak?” tanya Aruna memulai dengan basa-basi.
“Enggak. Kenapa gitu?”
Dan jawaban itu sedikit membuat Aruna lega dengan senyum yang terukir tipis, merasa bahwa Bian tidak terganggu dengan panggilannya sebagaimana yang sempat dirinya kira sebelumnya. “Jalan yuk, Mas,” ajak Aruna. “Kita belum sempat nonton The Batman ‘kan waktu itu?” hari itu mereka kehabisan tiket karena Aruna terlalu asyik belanja. Membuat akhirnya film lain yang mereka pilih. Padahal saat itu mereka sudah sepakat untuk nonton The Batman yang membuat Bian juga Aruna penasaran. Dan itu tiba-tiba saja memberinya ide untuk mengajak Bian keluar, berharap sang tunangan masih dengan antusias yang sama untuk menonton film tersebut.
Namun sialnya, Aruna harus kecewa dengan jawaban yang Bian berikan. “Aku lagi di rumah Zinnia. Maaf gak bisa nemenin kamu nonton.” Tidak ada penyesalan dari suara Bian, membuat diam-diam Aruna kesakitan. Semakin sakit ketika langkah kakinya berhenti tidak jauh dari bangunan mungil berisi berbagai macam bunga di dalamnya dengan dua sosok yang dapat jelas di kenalinya mengingat kaca yang di gunakan cukup transparan.
Bian tidak berbohong. Pria itu benar-benar berkata jujur mengenai di mana pria itu berada. Dan Aruna tidak tahu harus bahagia atau justru terluka dengan kejujuran tunangannya itu. Aruna juga tidak mengerti apa maksud kejujuran Bian. Entah itu usahanya dalam membuat ia mundur atau untuk tidak mencipta kebohongan yang akan melukainya. Yang jelas Aruna sadar bahwa retakan itu semakin nyata. Aruna hanya tinggal menunggu hatinya hancur menjadi pecahan-pecahan yang sulit untuk kembali di satukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Destiny
Ficção GeralDiawali dengan kenikmatan, lalu berakhir dengan kekecewaan semua orang. Cinta itu kadang menyesatkan. Hadirnya bukan semata untuk memberi kebahagiaan, sebab derita pun menjadi bagian di dalamnya. Banyak hal yang Zinnia korbankan. Banyak pula penderi...