Di sebuah kontrakan terdapat beberapa pria yang sangat meresahkan warga sekitar. Mereka bernama Ziva, Zayn, Samsul, Irfan, Agung, Putra, Reyhan, Ikbal, Deni, Ipul, Rafi, dan Hendrik. Ziva merupakan seorang pria berandalan yang hidupnya sudah sangat kacau berantakan.
Keseharian Ziva di habiskan hanya bermain judi dan minum-minuman alkohol. Ziva pecandu alkohol yang setiap harinya menghabiskan tiga botol minuman alkoholic. Terkadang di siang hari ia mencuri, bahkan kerja menjadi pengamen di jalanan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Suatu ketika, Ziva bersama Irfan sedang mengamen di pinggir jalan dengan membawa gitar kecil. Ziva bertanya, "Sudah dapat berapa uangnya?" Irfan menjawab, "Dua ratus lima puluh ribu." Ziva berkata, "Kita lanjutkan lagi biar dapat banyak uangnya ... Nanti malam kita beli minuman lima botol penuh." Irfan menyahut, "Gile aja lima botol ... Kuat nahan tidak tuh kepala sampai terbang hahaha." Ziva dan Irfan melanjutkan mengamen kembali.
Ketika sudah menjelang malam, Irfan menghitung uang hasil dari mengamen. "Ada berapa uangnya?" tanya Ziva. Irfan menjawab, "Tujuh ratus ribu." Ziva berkata, "Sekarang kita kembali ke kontrakan dan jangan lupa siapkan untuk anak-anak yang lain kita akan party bareng." Irfan memberikan jawaban, "Santai saja brother ... Jangan lupa lima botolnya." Ziva menyahut, "Tenang aja ini urusan gue." Mereka berdua berjalan kaki menuju kontrakan.
Di perjalanan mereka berhenti di salah satu warung yang jaraknya hampir dekat dari kontrakan. "Mau beli apa loe?" tanya Irfan. "Sini uangnya ... Gue mau beli rokok tiga bungkus," ucap Ziva. Irfan mengeluarkan uang dari dalam plastik yang telah ia simpan. "Jangan lupa beli korek apinya buat di tongkrongan kita," ujar Irfan. Ziva menyahut, "Santai." Ziva memesan rokok sebanyak tiga bungkus dan membeli korek api sekaligus air putih yang berukuran mini.
Ziva dan Irfan duduk di kursi warung tersebut. "Bagi gue air putih ... Tenggorokan kering nih," pinta Irfan. Ziva memberikan air putih yang masih tersisa untuk Irfan. "Sepertinya loe sangat haus," celetuk Ziva. Irfan berucap, "Diem aja loe ... Haus juga wajar habis ngamen gini." Ziva dan Irfan terbangun dari duduknya kemudian Ziva berkata, "Yasudahlah lebih baik kita lanjutkan saja jalannya ... Kasihan mereka sudah menunggu kita terlalu lama di warung." Ziva dan Irfan melanjutkan perjalanannya kembali dan berjalan menuju kontrakan.
Sesampainya di kontrakan, Ziva dan Irfan masuk ke dalam. Mereka berdua sudah di tunggu ramai oleh teman-teman tongkrongannya. "Dari kapan loe datang ke sini?" tanya Irfan. Rafi menjawab, "Gue udah dari tadi bareng Ipul ke sini." Ipul menyahut, "Lama amat loe pulangnya." Ziva memberikan gitar kecilnya kepada Ipul seraya berkata, "Sekarang loe ngamen dan harus dapat uang sebanyak satu juta." Semua yang berada di dalam kontrakan suasana menjadi hening.
"Gue minta maaf kepada loe, Ziva."
Ipul meminta maaf kepada Ziva, kemudian meletakkan gitar secara perlahan kepada Ziva. "Untung loe teman gue ... Kalau orang lain udah gue bunuh loe hari ini," geram Ziva yang sudah sangat kesal kepada Ipul.
Irfan berbisik, "Sudahlah, Pul. Jangan membuat Ziva geram." Ipul membalas bisikan, "Oke ... Gue kapok." Kemudian Ziva mengeluarkan tiga bungkus rokok dan satu korek api. "Ambil dan jangan maruk," ucap Ziva. Teman-temannya mengambil satu persatu batang rokok dan mereka bergantian menunggu korek api untuk membakar ujung rokok yang ingin mereka hisap.

KAMU SEDANG MEMBACA
Suci Dalam Debu (TAMAT)
General FictionBerawal dari kehidupan seorang pria yang hidupnya di penuhi oleh pergaulan bebas dan kejahatan yang dia lakukan kepada temannya sendiri, bahkan terjadinya pembunuhan yang dilakukan oleh pria tersebut. Di sebabkan karena rasa dendam kepada salah satu...