Ziva sangat geram dan tidak sabar untuk membalaskan dendam kepada Ipul. Kemudian Ziva mengeluarkan handphone yang ia simpan di dalam saku, setelah itu Ziva menghubungi Icha melalui telepon. Seketika telepon Ziva di jawab oleh Icha, dan mereka berdua berbicara melalui telepon.
"Halo, Icha sayang."
"Ada apa?"
"Aku minta tolong nih."
"Katakan saja, Ziva. Minta tolong apa?"
"Antarkan aku ke salah satu toko."
"Yaudah ayo tapi ke toko apa?"
"Udah antarkan saja, sekarang Ziva jemput kamu di depan gang. Kamu siap-siap dulu sana."
"Yaudah kamu ke sini aja, kebetulan juga aku udah rapih. Tadinya mau main sama teman tapi nggak jadi."
"Yaudah, Icha sayang. Kamu tunggu di sana, aku akan berangkat sekarang."
"Oke, Icha tunggu."
Ziva mengakhiri teleponnya, kemudian ia mengambil kunci motor yang di letakkan di atas laci lemari. Ziva langsung keluar dari kamar, dan berjalan menuju keluar tanpa berbicara dan menyapa teman-temannya. Ziva langsung menyalakan sepeda motor lalu mengendarainya untuk menjemput Icha, sang pujaan hati.
Dalam perjalanan, Ziva meningkatkan kecepatan dalam berkendara. Ia tidak memperdulikan kendaraan lain yang juga melintasinya. "Gue harus cepat-cepat menghampiri, Icha," gumam Ziva dalam batin. Hampir saja Ziva menabrak salah satu kendaraan sepeda motor lain. Tiba-tiba saja salah satu warga berteriak, "Setan! Jatoh napa loe." Ziva tidak memperdulikan teriakan warga yang berteriak memarahi dirinya.
Tak sampai tiga puluh menit, Ziva langsung sampai di depan gang dekat dari kosan Icha. Kemudian Ziva mengeluarkan handphone, dan langsung menghubungi Icha.
Sedangkan Icha menunggu Ziva di kursi depan teras. Seketika handphone Icha berdering lalu Icha celetuk, "Duh, Siapa sih yang telepon." Ketika di lihat ternyata Ziva yang menghubunginya melalui telepon. Dengan rasa malas, Icha langsung berjalan menuju gang tempat biasa dirinya di antar oleh Ziva. Icha menghampiri Ziva seraya berkata, "Aku minta maaf udah buat kamu menunggu lama." Ziva menjawab, "Nggak apa-apa kok, cantik." Icha sedikit tersenyum ketika menatap Ziva.
"Yaudah, ayo cepat kamu naik di belakangku."
Ziva menyuruh Icha agar naik sepeda motor bersamanya. Ziva dan Icha langsung bergegas ke sebuah toko yang letaknya tidak jauh dari kosan Icha. Sesampainya di sebuah toko, Ziva menyarankan agar Icha tunggu di luar. "Kamu tunggu di sini saja, yak? Soalnya aku ingin membeli sesuatu yang penting," pinta Ziva. Icha bertanya, "Loh? Kamu mau beli apa? Ini toko bahan kimia yang menjual racun serangga." Ziva menghela nafas dan ia terdiam sejenak untuk mencari sebuah alasan.
Ziva menjawab, "Aku beli ini buat basmi tikus." Icha mempersilakan Ziva masuk dan berkata, "Yasudah kamu masuk saja ke dalam ... Aku akan menunggumu di sini." Ziva langsung masuk ke dalam toko dan membeli sebuah racun serangga. Setelah mengambil yang ia pilih, Ziva bergegas ke kasir dan membayarnya. "Mas, tolong bungkus plastiknya warna hitam aja," pinta Ziva.
Kasir toko memberikan plastik hitam sesuai permintaan Ziva. "Memangnya racun serangga buat apa, Mas?" tanya kasir tersebut. Ziva dalam keadaan panik ia menjawab, "Buat tikus yang ada di kosan saya, Mas." Kemudian Ziva pamit kepada kasir toko, dan ia di persilakan untuk keluar.
Ziva berjalan menghampiri Icha yang sedang menunggunya di luar. Kemudian Icha bertanya, "Udah belinya?" Ziva tersenyum lalu menjawab, "Udah aku beli." Icha menyahut, "Lihat dong." Ziva tidak mengizinkan Icha untuk melihat yang ia beli, beribu alasan palsu Ziva katakan kepada Icha. Seakan-akan membuat Icha percaya padanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Suci Dalam Debu (TAMAT)
Ficción GeneralBerawal dari kehidupan seorang pria yang hidupnya di penuhi oleh pergaulan bebas dan kejahatan yang dia lakukan kepada temannya sendiri, bahkan terjadinya pembunuhan yang dilakukan oleh pria tersebut. Di sebabkan karena rasa dendam kepada salah satu...