Di saat itu, Zayn langsung memberitahu tentang Icha yang merupakan kekasih Ziva kepada Ziva sendiri. "Sorry, Bro. Tadi gue minjam handphone loe untuk memberi kabar ke cewek loe," celetuk Zayn. Ziva terkejut sekaligus panik ketika mengetahui bahwa Zayn menghubungi Icha. "Loe bilang apa aja ke cewek gue?" tanya Ziva penasaran. Zayn menjawab, "Loe jangan khawatir ... Gue cuma beritahu ke dia kalau loe sering pingsan."
Ziva kembali bertanya, "Terus gimana lagi?" Zayn menjelaskan, "Cewek loe minta alamat ke gue buat jengukin loe tapi nggak gue kasih tahu di mananya ... Gue cuma bilang ke dia kalau loe dan gue lagi di rumah teman yang sudah wafat." Ziva menghela nafas seakan-akan dirinya merasa lega.
Ziva berkata, "Syukurlah kalau loe nggak kasih tahu alamatnya ke cewek gue." Pada saat itu, Ziva dan kawan-kawannya melihat jenazah Ipul yang sudah di pakaikan kain kafan dan di gotong ke dalam keranda oleh para pelayat yang sudah ada di sana. Jenazah Ipul di bawa ke sebuah masjid untuk di sholatkan.
Ziva, Zayn, Samsul, Ikbal, Reyhan, dan Deni ikut menyolatkan jenazah Ipul bersama para warga dan ustadz yang memimpinnya. Setelah di sholatkan, mereka beramai-ramai menggotong keranda lalu berangkat ke sebuah pemakaman. Ziva dan yang lainnya ikut mendampingi para warga yang menggotong jenazah Ipul.
Ipul di makamkan di TPU dekat dari rumahnya. Ketika sampai di tempat pemakaman, jenazah Ipul di masukkan ke dalam liang lahat oleh para warga. Isak tangis dan duka cita yang di rasakan oleh keluarga besar Ipul pecah kembali, ketika melihat Ipul di kuburkan. Ziva tak kuasa melihat jenazah Ipul, ia memalingkan wajahnya.
"Loe kenapa buang muka?" tanya Deni. Ziva menjawab, "Gue nggak kuasa lihat Ipul di kubur dan gue nggak mau sedih lagi." Zayn mengusap pundak Ziva dan tersenyum menatapnya. Tangisan keluarga almarhum Ipul di depan kuburan membuat para warga yang melayat turut sedih ketika menyaksikan hal itu.
Ketika semua sudah beres, Zayn dan temannya yang lain berjalan pulang ke rumah almarhum Ipul. Sesekali Ziva menengok ke arah belakang, tak sengaja ia menatap sosok Ipul yang sedang berdiri di atas kuburannya sendiri. "Ipul?!" tegas Ziva sekaligus terkejut. Zayn menoleh ke arah Ziva dan bertanya, "Loe lihat apalagi?" Ziva hanya terdiam tanpa menjawab pertanyaan Zayn. Mereka serentak berhenti sejenak ketika mendengar pertanyaan Zayn kepada Ziva.
Ziva hanya berkata, "Gue nggak lihat apa-apa." Ziva dan temannya yang lain lanjut berjalan menuju rumah Ipul. Sesekali Ziva membatin, "Kenapa gue seringkali di teror oleh makhluk tak kasat mata yang menyerupai Ipul? Ah, sudahlah. Mungkin gue hanya halusinasi saja." Ziva tak menghiraukan apapun dan ia mencoba berusaha untuk tidak perduli dari segala macam gangguan dan teror.
Sesampainya di rumah almarhum Ipul, Ziva dan teman-temannya yang lain berpamitan kepada keluarga besarnya Ipul. "Pak, Buk, kami semua pamit pulang," pamit Zayn.
Satu persatu dari keluarga besar Ipul memberikan jawaban.
"Kok cepat sekali pulangnya?"
"Nanti saja pulangnya."
"Yasudah, hati-hati di jalan."
Zayn berkata, "Terimakasih, Bapak dan Ibu sudah menyambut kami dengan baik di sini. Saya pulang dulu, Buk. Wassalamualaikum."
Keluarga besar Ipul serentak menjawab, "Waalaikumussalam." Zayn bersama temannya yang lain mengendarai sepeda motor masing-masing dan saling berboncengan satu sama lain. Ziva di boncengi oleh Samsul.

KAMU SEDANG MEMBACA
Suci Dalam Debu (TAMAT)
Художественная прозаBerawal dari kehidupan seorang pria yang hidupnya di penuhi oleh pergaulan bebas dan kejahatan yang dia lakukan kepada temannya sendiri, bahkan terjadinya pembunuhan yang dilakukan oleh pria tersebut. Di sebabkan karena rasa dendam kepada salah satu...