Bingung Dengan Sebuah Pilihan

56 59 6
                                    

Ketika Ziva menoleh ke arah belakang dan tatapannya tertuju ke bawah, Ziva melihat sosok Ipul yang amat menyeramkan sedang memegang ke dua kaki Ziva sehingga dirinya tidak bisa bergerak. Sontak saja Ziva berteriak, "I-ipul? Lepaskan anjing! Jangan ganggu gua dan alam kita sudah berbeda!" Tetapi sosok tak kasat mata yang menjelma jadi Ipul terus saja memegang ke dua kaki Ziva dengan sangat kuat. Ziva semakin berteriak ketakutan.

"Toolooongg!"

Teriakan Ziva terdengar oleh Zayn. Dengan sigap Zayn menghampiri Ziva ke kamar mandi, Zayn melihat Ziva yang sudah terlihat ketakutan. "Loe kenapa teriak-teriak?" Lalu penglihatan Ziva menoleh ke samping yang ternyata sudah ada Zayn. "Loe lihat di bawah kaki gue," pinta Ziva. Zayn melihat ke arah bawah kaki Ziva. "Apaansih loe padahal nggak ada apa-apa juga," ujar Zayn. Ziva langsung melihat ke bawah. "Lho, tadi ada yang nahan kaki gue tapi kok sekarang udah hilang begitu saja," ucap Ziva kebingungan.

Zayn berdecak, "Ck, loe halusinasi lagi? Udah sekarang loe pergi ke kamar pakai pakaian loe dan gue tunggu di depan pintu." Ziva dan Zayn bergegas ke kamar. Zayn menunggu Ziva hanya di depan pintu kamar saja, sedangkan Ziva sedang memakai pakaian yang telah ia ambil dari dalam lemari.

Ziva langsung menghampiri Zayn. "Udah selesai loe?" tanya Zayn. Ziva menjawab, "Udah." Kemudian Zayn dan Ziva duduk di ruang tamu, mereka berdua duduk di samping Ikbal dan Reyhan yang sedang tertidur di lantai. Ziva menepuk kaki Reyhan. "Lelah banget, Bang. Sampai pulas begitu tidurnya," ejek Ziva. Zayn hanya tertawa melihat tingkah laku Ziva yang seringkali mengejek teman-temannya.

Reyhan merespon dengan sedikit tertawa dalam keadaan tidur setengah sadar, pada saat itu Ziva dan Zayn saling mengobrol satu sama lain. Mereka berdua saling berbincang santai, di dalam batin Ziva terbesit untuk menceritakan semuanya kepada Zayn. Ziva terdiam sejenak dan merenung. "Apa harus gue ceritakan semuanya kepada Zayn? Tapi gue khawatir akan kena masalah apalagi sampai keluarga besar gue yang ada di rumah ikut terbawa dengan kasus gue ini," gumam Ziva.

Ziva mempunyai beberapa pilihan dalam hidupnya, di antara jujur atau berbohong. "Kalau gue jujur hidup gue akan tenang dan pasti tidak akan di ganggu lagi oleh setan sialan itu! Tapi kalau gue berbohong pastinya hidup gue di teror terus menerus oleh sosok Ipul," gumamnya kembali.

Setelah memikirkan hal itu, Ziva lebih memilih untuk tidak memberitahukan kepada siapapun perihal dirinya yang sudah menghabisi tiga nyawa temannya sendiri. Zayn menatap ke arah Ziva yang sedang melamun. "Loe kenapa melamun terus? Ada masalah apa? Loe nggak pernah cerita ke gue kalau ada apa-apa sama diri loe," ujar Zayn sekaligus bertanya-tanya kepada Ziva.

Ziva tersenyum seraya berkata, "Gue nggak kenapa-napa hanya saja banyak pikiran yang harus gue pikirkan." Zayn penasaran dan kembali bertanya, "Loe mikirin apa emangnya? Udah ceritakan saja ke gue siapa tahu gue bisa bantu loe." Zayn menawarkan Ziva untuk menceritakan apa yang telah di pikirkan oleh Ziva sendiri. Ziva menghela nafas panjang kemudian ia menjawab, "Nggak apa-apa ... Udahlah jangan di bahas yang ada kepala gue tambah pusing."

Zayn menyahut, "Yasudah terserah loe aja tapi kalau loe ada yang ingin di ceritakan langsung aja cerita ke gue." Ziva hanya merespon dengan senyuman ketika menatap Zayn, sekaligus sedikit menganggukan kepalanya. Ziva langsung melihat jam yang ia kenakan di tangan kanannya. "Lho, anjir. Cepat banget waktunya baru saja tadi jam tujuh malam kenapa sekarang sudah jam sepuluh aja," celetuk Ziva.

Zayn melihat jam yang ia kenakan juga di tangan kirinya. "Lah iya juga, sampai nggak terasa sama sekali sudah jam sepuluh saja," ujar Zayn. Tiba-tiba saja Ziva merasakan sangat kantuk, ia membaringkan tubuhnya di lantai dan tertidur. Sedangkan Zayn belum tertidur, ia bersantai sekaligus menjaga teman-temannya yang sedang tertidur.

Suci Dalam Debu (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang