Mengungkapkan Perasaan

105 108 14
                                    

Ipul menggoda Icha seraya berkata, "Kok kamu mau dengan dia? Sama aku aja nanti aku belikan skincare dan makanan yang kamu mau." Ziva tak kuasa menahan cemburu ketika Ipul mencoba menggoda wanita yang ia kagumi. Ziva terlihat sinis menatap Icha dan Ipul, Putra yang melihat tatapan Ziva ia mengetahui jika Ziva menahan kesal. "Ipul ... Jangan bikin hati Ziva panas deh loe rese banget bikin orang jelous aja," celetuk Putra.

Ziva menyahut, "Apaan sih loe jadi sok tahu perasaan gue." Putra menjawab, "Sudah jelas kalau loe cemburu dan terlihat dari tatapan wajah loe." Ziva hanya terdiam dan tertunduk malu. Sedangkan Icha menatap Ziva sekaligus tersenyum padanya. "Kenapa malu?" tanya Icha. Ziva menjawab, "Siapa yang malu? Nggak kok, aku nggak malu." Icha memegang tangan Ziva dan berkata, "Kamu kalau suka denganku katakan saja hari ini ... Aku juga menyukaimu." Sontak saja Ziva terkejut dengan perkataan Icha yang mengungkapkan perasaannya terlebih dahulu.

Ipul tampak sedikit kesal dan cemburu. "Sudahlah, Pul. Cewek itu sukanya sama Ziva bukan loe," ucap Zayn. Ipul menyahut dengan ketus, "Nggak usah ikut campur loe." Zayn hanya terdiam dan menggelengkan kepala sekaligus menahan tertawa. "Gue harus rebut Icha dari Ziva," gumam Ipul dalam batin. Sedangkan Ziva dan Icha saling menerima masing-masing, Ziva memeluk Icha dan mengelus kepala Icha lalu mencium keningnya. "Aku sangat mencintaimu, Icha," ungkap Ziva. Icha menjawab, "Aku juga sangat mencintaimu sejak pertama bertemu denganmu aku sudah merasakan nyaman di dekatmu." Ziva tersenyum menatap Icha.

Icha sangat bahagia ketika memiliki Ziva, begitupun dengan Ziva. Mereka berdua saling bahagia satu sama lain ketika sudah saling memiliki. Ziva meminta nomor handphone Icha seraya bertanya, "Nomor handphonemu berapa?" Icha langsung memberikan nomor handphonenya kepada Ziva. "Nanti hubungi aku saja kalau ada keperluan," ucap Icha. Ziva menjawab, "Tidak hanya itu ... Aku akan terus menghubungimu setiap saat tanpa harus ada keperluan." Icha tersenyum menatap Ziva.

Ipul menatap sinis ke arah Ziva, di dalam dirinya ia tidak rela jika Ziva memiliki wanita cantik yang sudah menjadi kekasihnya. "Seharusnya Icha sama gue ... Tapi kenapa jadinya harus milik Ziva," gumamnya. Ipul terlihat sedikit sedih ketika melihat Icha bersama dengan Ziva.

Kemudian Ziva berkata, "Kamu mau aku antarkan pulang atau ingin tetap di sini sampai nanti sore?" tawaran Ziva untuk Icha. Icha menjawab, "Pulang saja ... Aku lagi nggak enak badan juga." Ziva kembali menawarkan, "Mau aku antar sampai rumah?" Icha menjawab, "Boleh tapi aku tinggal di kosan bersama salah satu temanku." Ziva dan Icha berdiri kemudian bergegas keluar dan menumpaki sepeda motor bersama.

Ziva memboncengi Icha lalu pergi mengantarkan Icha sampai tempat tinggalnya. Di kala itu Putra mendekati Ipul kemudian berbisik, "Loe suka sama Icha?" Ipul berdalih, "Nggak ada kerjaan banget gue suka sama milik teman sendiri ... Udahlah loe nggak usah bahas itu di depan gue." Putra menjawab, "Yaudah loe tenang aja jangan sewot gitu juga, hahaha." Ipul ikut tertawa ketika melihat wajah Putra yang tertawa mengejeknya.

Ipul mengejek, "Muka loe kocak banget." Putra menyahut, "Gini juga gue tampan." Ipul menjawab, "Terserah loe aja yang penting bahagia udah." Ipul dan Putra saling tertawa.

Sedangkan Ziva dalam perjalanan bersama Icha, untuk mengantarkan Icha pulang ke kosannya. Di dalam perjalanan, Icha dan Ziva saling mengobrol satu sama lain. Mereka berdua mengobrol basa basi untuk mencairkan suasana yang hening di perjalanan. Ziva menurunkan kecepatan laju dalam berkendara sepeda motor ketika sedang membawa Icha.

Suci Dalam Debu (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang