Party

125 130 7
                                        

Putra menenangkan Ziva. "Ziva Alexander ... Santai bro jangan gegabah jika loe kesal dengan mereka," nasihat Putra. Ziva terdiam tanpa sepatah kata tatapan yang sangat tajam menoleh ke arah teman-temannya satu persatu. Agung yang mulai mengerti tentang perasaan Ziva ia berkata, "Tahan emosi loe ... Kami semua di sini mengerti kekesalan loe dan ingat, Ziv. Kita semua teman satu tongkrongan dengan loe."

Ziva menghela nafas kembali. "Fyuh ... Gue nggak akan marah sama kalian," decaknya. Tiba-tiba saja Hendrik dan Deni datang menghampiri Ziva bersama yang lain di dalam kontrakan. "Sorry bro ... Tadi gue ada urusan sebentar," ucapan Hendrik meminta maaf. Ziva bertanya, "Urusan apa?" Hendrik menjawab, "Urusan di rumah ... Biasa gue di suruh beli makanan dulu sama ibu jadi telat datang ke sini." Ziva memaklumi keterlambatan Hendrik dan tidak perduli dengan keterlambatan Deni.

Kemudian Ziva bertanya, "Di sini siapa yang mau mengantarkan gue beli minuman anggur putih?" Samsul dengan sigap langsung menyahut, "Yok, sama gue saja." Ziva terbangun dari duduknya kemudian mengeluarkan uang yang dia simpan di dalam plastik. Samsul dan Ziva bergegas keluar dan Ziva yang mengendarai motor, sedangkan Samsul di boncengi olehnya.

Ziva memengaruhi kecepatan tinggi dalam berkendara sepeda motor. Samsul sangat khawatir dan ketakutan, ketika dirinya baru pertama kali di bonceng oleh Ziva. "Bro ... Pelan-pelan bawa motornya gue udah takut setengah mampus ini," bisikan Samsul. Ziva menjawab, "Lo santai saja dan ini belum seberapa gue bawa kecepatannya ... Sebentar lagi kita sampai." Samsul menuruti ucapan Ziva. "Yaudahlah nurut aja gue daripada panjang masalah sama dia ... Untung loe teman gue kalau bukan juga udah gue bonyokin loe," gumam Samsul dalam batin.

Sesampainya di toko minuman bir, Ziva memesan lima botol anggur putih full. "Bang ... Anggur putihnya lima botol," pesan Ziva. Penjual menyahut, "Siap, bos. Di tunggu saja kita akan bungkuskan." Samsul terkejut ketika Ziva memesan minuman alkohol sebanyak lima botol. Ziva dan Samsul menunggu dengan bersantai duduk sekaligus menunggu pesanan.

Sekitar lima menit menunggu, penjual minuman tersebut memberi bungkusan kepada Ziva. Ziva menghitung botol yang ia pesan. "Bang ... Saya mesan lima botol tapi ini ada enam botol," protes Ziva. Penjual minuman bir menjawab, "Satu botolnya bonus buat loe." Ziva terlihat bahagia dan dia langsung berjabat tangan dengan Penjual minuman tersebut.

Kemudian Ziva dan Samsul bergegas pergi ke kontrakan kembali. Seperti biasa, Ziva yang mengendarai sepeda motor dengan memboncengi Samsul. "Woi bro ... Gue masih mau hidup," teriak Samsul. Ziva menyahut, "Congor loe bisa diam gak, Sul." Samsul terdiam dan tidak ingin memperpanjang masalah dengan Ziva.

Tak sampai sepuluh menit, Ziva dan Samsul sudah sampai di depan kontrakan. Kemudian Samsul membawa bungkusan yang berisi minuman lima botol bir anggur putih. "Wuih ... Banyak amat loe belinya," celetuk Ipul. Samsul menjawab, "Bukan gue yang beli tapi Ziva yang memesan minuman sebanyak ini."

Ziva menyarankan agar mengeluarkan satu persatu botol bir dan menyuruh Agung untuk mengambil sepuluh gelas. "Di sini siapa yang nggak mau minum?" tanya Ziva. Agung dan Putra serentak menjawab, "Gue." Ziva berkata, "Yasudah ... Loe berdua lihat kami saja dan jangan ikut mabok." Agung membawakan sembilan gelas di hidangkan di hadapan teman-temannya. "Buka bro," pinta Ziva. Ipul membuka botol bir tersebut dan menuangkan ke dalam gelas satu persatu.

Suci Dalam Debu (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang