Ipul hanya terdiam dan menahan rasa sakit yang ia terima. Ziva tersenyum sinis menatap Ipul dan merasakan sangat puas di dalam hatinya. "Dendam gue akhirnya terbalaskan juga," gumam Ziva dalam hatinya.
Sedangkan satu persatu di susul oleh keluarga besar Putra dan Rafi ke rumah sakit, dan menghampiri ruangan UGD yang telah di hubungi oleh Ikbal. Ziva bertanya kepada Ikbal. "Loe punya semua kontak keluarga Agung, Rafi, dan Putra?" tanyanya. Ikbal merespon dengan sedikit candaan lalu mengatakan, "Hahaha ... Gue udah akrab dengan mereka semua bahkan gue udah seperti keluarga mereka pokoknya udah dekat banget." Ziva hanya terdiam dan sedikit menganggukan kepalanya saja seperti memahami apa yang telah di katakan oleh Ikbal.
Ketika keluarga besar Putra dan Rafi berkumpul di titik ruangan UGD, lagi dan lagi Ipul di maki-maki bahkan di salahkan. "Kamu harus bertanggungjawab atas tindakan dan perbuatan yang sudah kamu lakukan terhadap anak kami ... Akan saya laporkan kamu ke pihak polisi," tuntutan ancaman Ibu Rafi kepada Ipul.
Ipul tertunduk malu dan benar-benar tidak bisa menjawab apapun, dirinya sudah terpojok dengan situasi yang membuatnya tidak nyaman. Ipul langsung pergi dari tempat dan keluar dari rumah sakit, dia langsung pergi pulang ke rumahnya dengan deraian air mata. Di perjalanan, Ipul menangis sejadi-jadinya dan mengendarai sepeda motor dengan kecepatan di atas rata-rata. Ia tidak perduli lagi dengan sekitar jalan raya yang banyak kendaraan lain di dekatnya.
Dengan laju kecepatan di atas rata-rata, sebuah tragedi terjadi pada diri Ipul. Ipul mengalami kecelakaan, ia menabrak mobil yang di parkir dekat tembok. Ipul mengendarai sepeda motornya sampai tembus tembok dan mobil yang terparkir hancur. Di saat itu, kondisi Ipul tengah sekarat dan mengalami kejang-kejang dengan wajah yang rusak berlumuran darah. Tiba-tiba saja, banyak orang-orang sekitar yang menyaksikan kecelakaan.
Ipul langsung menghembuskan nafas terakhirnya di dekat pecahan mobil yang rusak, banyak darah yang berceceran. Kondisi jenazah Ipul sangat memprihatinkan dan benar-benar mengenaskan. "Astagfirullahalazim ... Kasihan banget mayatnya sampai parah begitu," celetuk warga sekitar. Para warga yang menyaksikan hal itu, langsung sigap menghubungi kantor polisi untuk memberitahu jika ada yang kecelakaan.
Sementara itu, Ziva bersama yang lainnya menunggu kabar dari dokter yang menangani Agung, Putra, dan Rafi. Setelah setengah jam menunggu, dokter keluar dari ruangan kemudian memberitahu kabar kondisi pasien yang sedang di tanganinya. "Gimana keadaan mereka, Dok?" tanya Zayn memastikan. Dokter terdiam sejenak lalu menghela nafas sekaligus menggelengkan kepala.
"Di sini siapa ada keluarga dari pasien?" tanya dokter. Keluarga Rafi, Putra, dan Agung serentak menghampiri dokter.
"Bagaimana keadaan anak-anak kami?" Di saat itu para keluarga pasien memastikan keadaan dan kabar dari dokter tentang kondisi anak mereka masing-masing. Dokter menghela nafas dan memegang pundak orangtua Agung. "Kalian semua yang tabah ... Pasien yang kami tangani nyawanya sudah tidak bisa di selamatkan karena keracunan yang sudah menjalar di dalam tubuh mereka," ungkap sang dokter.
Mereka semua yang mengetahui ungkapan dari dokter, merasa tidak menyangka. Keadaan saat itu penuh dengan duka dan air mata, bahkan keluarga besar Agung memaki-maki sang dokter. "Anda seorang dokter tetapi anda tidak bisa menyelamatkan nyawa anak kami ... Harusnya anda profesional sebagai dokter!" murkanya. Keluarga besar Agung tidak menerima kenyataan yang ia dapat. Sedangkan keluarga besar Rafi dan Putra sangat pasrah hanya bisa menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suci Dalam Debu (TAMAT)
Aktuelle LiteraturBerawal dari kehidupan seorang pria yang hidupnya di penuhi oleh pergaulan bebas dan kejahatan yang dia lakukan kepada temannya sendiri, bahkan terjadinya pembunuhan yang dilakukan oleh pria tersebut. Di sebabkan karena rasa dendam kepada salah satu...