Ziva sudah sangat pasrah dengan keadaan yang ia alami saat itu. "Gue mau memberikan kabar ke cewek gue tentang hal ini tapi gue takut," keluh Ziva. Ikbal bertanya, "Takut kenapa?" Reyhan celetuk, "Bukannya lebih bagus kalau cewek loe tahu terlebih dahulu tentang hal ini? Daripada cewek loe tahu berita yang tersebar tentang loe dari mulut orang lain bisa jadi bahaya kalau ceritanya di lebih-lebihkan oleh mereka ke cewek loe." Ziva menyadari akan hal itu. Ia setuju dengan pendapat Reyhan tentang hal tersebut.
"Benar juga apa yang loe bilang. Gue mau menghubungi cewek gue dulu, nih. Semoga aja dia nggak mutusin gue," ujar Ziva. Ziva langsung menghubungi Icha melalui panggilan telepon. Setelah di tunggu sekian detik, Icha menjawab panggilan telepon dari Ziva.
"Halo...."
"Loe temannya doi gue? Sekarang ada di mana dia dan keadaannya gimana?"
"Sayang, ini aku, Ziva. Aku ingin beritahu sesuatu tentang diriku saat ini."
Ziva melirik ke arah Ikbal dan Reyhan, kemudian ia melanjutkan obrolannya dengan Icha.
"Emangnya kenapa dengan kamu? Coba ceritakan saja."
"Aku menyerahkan diri ke kantor polisi dan sekarang aku masih dalam proses tahanan sehingga aku tidak diperbolehkan untuk pulang."
Icha terkejut ketika mendengarkan kabar yang tidak mengenakan dari ucapan Ziva sendiri.
"Apa?! Emangnya kamu melakukan kesalahan apa? Katakan sejujurnya."
Ziva terdiam sejenak. Ia tidak sanggup menjelaskan yang sebenarnya ia lakukan. Dengan berusaha tegar, Ziva terpaksa menceritakan semua perbuatan yang pernah dia lakukan.
"Aku minta maaf jika aku menyembunyikan semuanya dari kamu."
"Sekarang kamu jelaskan semuanya, Ziva."
"Aku sudah membunuh nyawa temanku sendiri hanya karena dendam kepada satu orang yang ingin aku singkirkan dari circle tongkronganku. Tetapi ia juga ikut tewas karena kecelakaan tunggal."
Sontak saja, Icha terkejut dengan penjelasan Ziva. Icha sangat tidak menyangka jika kekasihnya seorang pembunuh.
"Kita putus!"
"Sayang? Aku mohon jangan putus."
"Gue nggak mau punya cowok pembunuh!"
Icha mematikan teleponnya, lalu menghapus seluruh media sosial yang terkait dengan Ziva. Bahkan menghapus nomor handphone Ziva.
Sedangkan Ziva sudah sangat pasrah dengan semua yang telah terjadi, ia hanya bisa menangis sesenggukan. Ikbal yang penasaran langsung bertanya, "Loe kenapa?" Ziva menjawab, "Gue baru saja putus dengan Icha." Reyhan langsung menghampiri Ziva dan mengusap ke dua pundaknya.
"Sudah, loe jangan nangis. Berarti Icha hanya main-main saja dan nggak serius mencintai diri loe," ujar Ikbal. Ikbal turut menenangkan Ziva dengan mengusap ke dua pundaknya. Tiba-tiba saja, Zayn menghampiri Ikbal dan dua temannya yang lain. Ziva masih saja menangis sesenggukan.
Zayn menatap tajam ke arah Ziva, kemudian memberikan isyarat kepada Ikbal hanya dengan dongakan wajah. "Kenapa loe?" tanya Zayn, sinis. Ziva tak kuasa menjawab pertanyaan Zayn.
"Gue sudah kehilangan semuanya ... Udah putus harapan dan sekarang gue nggak tahu lagi cara bertahan hidup," lirih Ziva. Zayn turut bersedih ketika melihat Ziva yang sedang terpuruk di ambang kesedihan. "Udah, Bro. Bukan loe aja yang sudah kehilangan tiga teman kita. Tapi semua juga sangat kehilangan," sahut Zayn. Ziva masih menangis sesenggukan tanpa henti.
Satu persatu anggota polisi yang bertugas di sana, datang ke kantor. "Ada kasus apalagi ini?" tanya anggota polisi yang lain. "Nanti akan kita selediki lebih lanjut tentang kasusnya ... Sudah saya rekap di catatan," jawaban polisi yang bertugas mencatat kasus calon pidana.
Pada saat itu, sudah banyak polisi yang datang bertugas di kantor. Ikbal langsung melihat jam yang ia pakai di tangannya. "Lho, cepat banget waktunya. Sudah jam tujuh pagi saja," celetuk Ikbal. Zayn berkata, "Baru saja pas gue mau berangkat ke sini sudah jam lima subuh, deh. Nggak terasa." Kemudian Ziva di panggil kembali oleh anggota polisi yang bertugas mencatat berbagai macam kasus calon pidana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suci Dalam Debu (TAMAT)
Fiksi UmumBerawal dari kehidupan seorang pria yang hidupnya di penuhi oleh pergaulan bebas dan kejahatan yang dia lakukan kepada temannya sendiri, bahkan terjadinya pembunuhan yang dilakukan oleh pria tersebut. Di sebabkan karena rasa dendam kepada salah satu...