Ziva tidak ingin teman-temannya mengetahui yang sebenarnya terjadi, ia sangat takut jika semuanya terbongkar. Tak sampai di situ, Ziva merasa merinding di sekujur tubuhnya. Tak sengaja, Ziva menoleh ke arah dapur. Tiba-tiba saja, wajah Ipul menghadap sangat dekat dari wajah Ziva.
Sosok Ipul langsung mencekik leher Ziva dengan sangat kuat, sehingga Ziva kewalahan sampai terdengar pekikan dari suaranya. Zayn dan teman-temannya yang lain terlihat sangat kaget sekaligus panik ketika melihat Ziva tercekik sendiri. "Deni, tolong bantu lepas tangannya Ziva dari lehernya," pinta Zayn. Sekuat tenaga, Deni melepaskan tangan Ziva yang sedang mencekik dirinya sendiri.
Deni berhasil melepaskan cekikan tersebut, sehingga membuat Ziva batuk. "Sumpah, gue nggak kuat," rintihan Ziva menahan rasa sakit. Zayn menyahut, "Nggak kuat kenapa?" Ziva hanya terdiam tanpa berkata-kata. Di saat sudah menjelang malam hari, Deni dan Samsul berpamitan kepada Ziva dan yang lain untuk pulang ke rumah. "Sekarang gue pulang dulu, Bro. Besok kita datang ke sini lagi dan kalian semua santai saja," pamit Samsul.
Ziva mempersilakan Deni dan Samsul pulang seraya berkata, "Silakan, Bro. Tapi hati-hati loe berdua di jalan jangan kebut-kebutan." Deni dan Samsul serentak menjawab, "Santui." Mereka berdua langsung pergi keluar dari kontrakan Ziva dan mengendarai sepeda motornya masing-masing.
Ziva terlihat sangat sedih dan khawatir, Ikbal yang menyadari raut wajah Ziva yang terlihat khawatir ia menanyakan langsung kepada Ziva. "Muka loe kenapa khawatir gitu?" tanya Ikbal. Zayn langsung menatap Ziva dan Ikbal. Kemudian Zayn bertanya, "Ada apa?" Ikbal menjawab, "Coba loe lihat raut wajahnya." Zayn kembali bertanya, "Raut wajah siapa?" Ikbal memberikan syarat dengan wajahnya sendiri sehingga menunjukkan ke arah Ziva. Zayn mengerti dengan isyarat yang di lakukan oleh Ikbal.
Zayn bertanya kepada Ziva untuk memastikan sekaligus penasaran. "Loe kenapa?" tanya Zayn. Ziva hanya menggelengkan kepalanya saja tanpa berkata-kata. Zayn kembali bertanya, "Loe kenapa? Jujur saja ke kita." Ziva menghela nafas lalu menjawab, "Gue nggak mau di tinggal sendirian di kontrakan ... Gue bingung kalau kalian pulang nanti halusinasi gue kumat lagi dan kalau bukan sama kalian terus gue harus sama siapa? Gue takut." Zayn dan Ikbal saling bertatapan satu sama lain.
Kemudian Ikbal menyahut, "Oke, loe tenang saja. Kita akan temani loe di sini dan nggak akan pulang ke rumah." Ziva menatap Ikbal dengan sedikit senyuman dari raut wajahnya. "Gue senang banget kalau kalian mau temani gue di sini," ucap Ziva. Ikbal dan Zayn tersenyum menatap Ziva. Di saat itu satu persatu mereka mandi secara bergantian.
Giliran Ziva yang mandi seorang diri. Ketika Ziva bergegas ke kamar mandi, ia merasakan ada sesuatu yang mengintai dirinya. "Sepertinya ada yang mengikuti gue. Tetapi siapa? Ah, sudahlah," gumam Ziva dalam batin. Di saat Ziva hendak mandi, ia tak sengaja melihat tembok kamar mandinya tertulis dengan tinta merah seperti darah.
"Loe harus bertanggungjawab!"
"Diri loe tidak akan selamat selama loe tidak bertanggungjawab atas perbuatan loe sendiri!"
Ziva terhenti sejenak, dirinya melihat ke seluruh ruangan kamar mandi. Ziva benar-benar ketakutan dengan teror yang telah meneror dirinya. Ziva mengambil air yang berada di dalam bak mandi, seketika ia melihat air berubah menjadi darah yang merah pekat. Tak sampai di situ, ke dua pundak Ziva terasa berat. Sesekali Ziva celetuk, "Duh, berat banget pundak gue dua-duanya." Ziva langsung tergesa-gesa mandi.
Selesai mandi, Ziva langsung memakai handuk dan bergegas keluar dari kamar mandi. Tiba-tiba saja, ke dua kaki Ziva seperti ada yang menahan sehingga Ziva kesulitan untuk berjalan. "Kenapa lagi! Tolong jangan ganggu gue!" teriak Ziva.
![](https://img.wattpad.com/cover/343434199-288-k931462.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Suci Dalam Debu (TAMAT)
Fiksi UmumBerawal dari kehidupan seorang pria yang hidupnya di penuhi oleh pergaulan bebas dan kejahatan yang dia lakukan kepada temannya sendiri, bahkan terjadinya pembunuhan yang dilakukan oleh pria tersebut. Di sebabkan karena rasa dendam kepada salah satu...