Ziva mengatur nafas lalu celetuk, "Untung saja hanya mimpi semata." Ziva melihat ke arah jam yang sudah ada di dinding. "Oh, masih pukul satu pagi," ujarnya. Kemudian ia tidur kembali untuk ke dua kalinya. Akan tetapi Ziva memimpikan hal yang sama ketika pertama kali ia mimpi, Ziva sangat pulas tertidur.
Hari ke empat, azan subuh terdengar berkumandang dengan pukulan bedug yang bergema. Ziva terbangun ketika dirinya mendengarkan suara azan. Seperti biasanya, Ziva melaksanakan ibadah solat subuh. Akan tetapi petugas tahanan membawakan pakaian muslim dan sarung yang berbeda kepada Ziva. Sedangkan pakaian muslim yang telah sudah di pakai, Ziva kembalikan lagi kepada petugas tahanan. Kemudian Ziva langsung memakainya, lalu solat subuh di dalam sel tahanan.
Ketika sudah selesai solat, Ziva tak lupa berdoa kembali. Tetapi kali ini, ia sekaligus mendoakan teman-temannya yang sudah ia bunuh waktu itu. Ziva sudah selesai solat, ia langsung membuka pakaian muslim lalu berganti memakai baju oren khusus narapidana. Ziva menghampiri Arif yang masih tertidur, ia menepuk-nepuk kaki Arif. "Woi, bangun lo. Udah pagi juga," ucap Ziva.
Arif menggerakan tubuhnya lalu merespon Ziva. "Ganggu aja lo ... Gue lagi kantuk juga," respon Arif. Ziva membangunkan Ziva seraya berkata, "Sudah pagi. Bangun, Bro." Tak lama kemudian, petugas tahanan datang membawa makanan berupa nasi dan goreng telur. Petugas tahanan memberikan sarapan pagi kepada satu persatu narapidana termasuk Ziva.
Ziva sangat senang ketika ada lauk telur goreng. "Waw, ternyata ada telur goreng. Enak parah," celetuk Ziva. Arif terduduk diam melamun. "Lo kenapa diam saja?" tanya Ziva. Arif menjawab, "Belum kumpul nyawa gue." Ziva mengatakan dengan bercanda. "Kumpulin saja dulu nyawa lo," katanya. Arif tertawa menepuk pundak Ziva, sedangkan Ziva tersenyum melihat Arif tertawa.
Arif dan Ziva sarapan bersama di dalam sel tahanan. Mereka berdua menyantap makanan sekaligus mengobrol dengan topik pembicaraan vonis hukuman yang dapat di terima oleh diri mereka masing-masing. "Lo di vonis hukuman apa?" tanya Ziva. Arif menjawab, "Mati." Ziva menyahut, "Lho, gue juga di vonis hukuman mati." Arif tertawa seakan-akan mengajak Ziva bercanda. "Lo tenang saja, semua orang pasti akan mati dan menemui ajalnya masing-masing," ujar Arif.
Ziva sangat heran dengan Arif yang terlalu santai ketika mendapatkan vonis hukuman mati. "Lo diberi waktu untuk hidup berapa hari?" tanya Arif. Ziva menjawab, "Lima hari dan sekarang sisa waktu gue hidup sudah empat hari." Arif menceritakan sisa hidup yang kini ia jalani. "Sisa hidup gue nunggu waktu esok saja ... Jika besok gua udah nggak ada di dunia gue minta tolong banget sama lo," ucap Arif. Ziva bertanya, "Minta tolong apa?" Arif menghela nafas cukup dalam sekaligus menahan sedih. "Doakan gue di setiap lo solat," pintanya. Ziva terdiam sejenak.
Ziva langsung memeluk Arif dengan pelukan persahabatan pada umumnya. Arif terharu dengan kepedulian Ziva kepada dirinya. "Gue baru kali ini dapat teman yang benar-benar baik dan perduli dengan adanya gue," lirih Arif menahan tangis. Ziva berusaha menenangkan Arif. "Jangan sedih, Bro. Gue akan mendoakan lo asal dari sekarang lo bertaubat sebelum menjelang kematian," saran Ziva.
Arif mengusap air matanya, ia menangis sesenggukan. Arif mengikuti saran dari Ziva. "Nanti kalau lo mau solat, gue mohon banget sama lo dan tolong ajak gue," pinta Arif. Ziva sedikit menganggukan kepalanya seraya berkata, "Baiklah ... Sekarang lo jangan nangis lagi." Arif dan Ziva melanjutkan sarapan pagi yang tertunda.
Selesai sarapan, Ziva dan Arif diberikan tugas untuk membersihkan ruangan yang berada di dalam sel penjara. Tak hanya itu, mereka berdua dibantu oleh para petugas yang menjaga tahanan narapidana. Keseharian Ziva di dalam sel penjara yakni membersihkan seluruh ruangan, diberi makan dan minum, melaksanakan ibadah, mengobrol santai dengan narapidana yang lain bersamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suci Dalam Debu (TAMAT)
Ficción GeneralBerawal dari kehidupan seorang pria yang hidupnya di penuhi oleh pergaulan bebas dan kejahatan yang dia lakukan kepada temannya sendiri, bahkan terjadinya pembunuhan yang dilakukan oleh pria tersebut. Di sebabkan karena rasa dendam kepada salah satu...