Ipul bersama teman-temannya yang lain menghampiri Ziva masuk ke dalam rumah Hendrik. Ziva menoleh ke arah belakang yang ternyata sudah ada Ipul dan seluruh temannya. Ziva memberikan handphone kepada Ipul seraya bertanya, "Ini handphone loe, kan? Ipul mengambil handphone yang di berikan oleh Ziva kemudian menjawab, "Iya, bro. Ini handphone milik gue dan loe nemu handphone gue di mana? Kok sampai bisa ada di loe." Ipul penasaran.
Ziva menoleh sinis ke arah Hendrik. Di kala itu, Hendrik sudah babak belur di hajar habis-habisan oleh Ziva. Hendrik menundukkan pandangannya karena dirinya tak kuasa menahan rasa malu. Kemudian Ipul mendekati Hendrik dan bertanya, "Loe jawab yang jujur ... Apa benar loe yang mengambil handphone gue dan Ziva?" Hendrik hanya menganggukan kepalanya saja tanpa berucap sepatah kata.
Ipul tersenyum menatap Hendrik seraya berkata, "Gue nggak akan marah tapi alasannya apa sampai loe berani mengambil handphone teman loe sendiri? Katakan sejujurnya." Hendrik dengan suara yang pelan dan menahan rintih kesakitan memberikan jawaban, "Gue minta maaf kepada loe semua dengan apa yang terjadi ... Gue terpaksa mengambil handphone loe dan Ziva karena gue juga ingin punya handphone dan gue akui yang gue lakukan ini sudah termasuk pencurian sekali lagi gue minta maaf." Ziva yang sudah sangat geram, ia ingin menghajar Hendrik kembali.
Dengan sigap Ipul menahan Ziva, di bantu oleh teman-temannya yang lain untuk menahan Ziva. "Tahan amarah loe, Ziva. Jangan bertindak gegabah dan loe tahu sendiri kalau Hendrik teman kita semua," ucap Ipul. Ziva menatap tajam ke arah Hendrik. "Kalau bukan karena Ipul ... Udah gue habisi nyawa loe hari ini," geram Ziva.
Hendrik berusaha menghampiri Ziva dan meminta maaf atas kesalahannya. "Gue minta maaf ... Gue akui semua perbuatan yang gue lakukan sangat fatal," ucap permintaan maaf Hendrik. Ziva menjawab dengan ketus, "Kenapa loe minta maaf? Mulai hari ini loe udah nggak gue anggap sebagian dari kita lagi." Sontak saja Ipul dan teman-temannya yang lain tercengang ketika mendengar jawaban Ziva. Ipul bertanya, "Maksud loe apa bicara seperti itu? Loe mau memutuskan hubungan pertemanan dengan Hendrik?" Dengan sombongnya Ziva kembali menjawab, "Itu loe tahu dan gue nggak sudi berteman dengan orang yang punya panjang tangan ... Najis tahu nggak?!" tegas Ziva dalam mengambil keputusan.
Hendrik sudah pasrah dengan keadaan, ia hanya bisa tersungkur dan menangis. Ipul menenangkan Hendrik dan membawanya duduk di sofa. Ipul merangkul seraya berkata, "Tenang saja ... Gue udah maafin semua kesalahan loe dan loe tetap menjadi teman gue." Ikbal menghampiri Ipul dan Hendrik sekaligus berucap, "Gue juga akan menjadi teman loe." Irfan menghampiri Ziva dan memberikan saran, "Turunin ego loe dan maafkan saja kesalahan Hendrik agar hubungan pertemanan kita baik-baik saja ... Jangan lupa juga Hendrik pernah baik sama loe dan loe juga jangan menilai satu kesalahan teman sehingga loe lupa seribu kebaikan yang udah pernah loe rasakan darinya."
Ziva hanya diam saja tanpa menjawab ucapan Irfan yang telah memberikan saran untuk dirinya. Ziva menatap ke arah Hendrik, hatinya sedikit terketuk untuk memaafkan Hendrik. Tak perlu lama-lama, Ziva menghampiri Hendrik dan merangkulnya. "Gue udah maafkan semua kesalahan loe ... Jangan di ulangi lagi kalau loe ingin handphone bilang saja ke gue dan jangan mencuri lagi," ujar Ziva. Ipul dan temannya yang lain ketika melihat Ziva dan Hendrik sudah baikan kembali, mereka semua sangat bahagia dan senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suci Dalam Debu (TAMAT)
Fiksi UmumBerawal dari kehidupan seorang pria yang hidupnya di penuhi oleh pergaulan bebas dan kejahatan yang dia lakukan kepada temannya sendiri, bahkan terjadinya pembunuhan yang dilakukan oleh pria tersebut. Di sebabkan karena rasa dendam kepada salah satu...