Pikiran Ziva di kala itu sangat kacau, pembalasan dendam yang ia lakukan sudah menghilangkan empat nyawa temannya sendiri. "Seandainya gue tidak bertindak gegabah," gumamnya. Ziva kembali melihat sosok Ipul yang memiliki rupa sangat menyeramkan, sontak saja Ziva kaget ketika menatap ke sosok Ipul tersebut.
Ziva memejamkan matanya sambil berteriak, "Tolong, jangan ganggu gue." Zayn yang melihat Ziva berteriak ketakutan dengan sigap langsung menenangkan Ziva. "Istighfar loe, Ziv. Jangan teriak begitu," saran Zayn menenangkan. Ziva langsung membuka matanya kembali dan melihat sosok Zayn dan warga yang memandanginya. "Tadi ada Ipul di sana," ungkap Ziva sekaligus menunjukkan arah yang ia lihat.
Zayn menjawab, "Di mana? Nggak ada siapa-siapa di sana." Ikbal celetuk, "Loe lagi halusinasi aja, Ziv. Udahlah tenangkan pikiran loe dan jangan mikirin yang aneh-aneh mungkin aja loe lagi banyak pikiran tentang kematian empat sahabat kita." Ziva terdiam dan sedikit merenungi kembali. Zayn berkata, "Jangan kebanyakan melamun ... Kagak baik." Ziva hanya merespon dengan memberikan isyarat menganggukan kepalanya.
Ziva di tenangkan kembali oleh teman-temannya yang lain, akan tetapi Ziva masih terbawa suasana sedih dan banyak pikiran yang ia pikirkan. Tiba-tiba saja Ziva merasakan ada yang hadir bersamanya. "Bulu kuduk gue merinding banget," celetuk Ziva. Samsul menyahut, "Lho, kenapa lagi? Tapi gua biasa aja nggak merasakan apa-apa." Ziva merasakan jika dirinya di teror oleh sosok empat temannya terutama sosok Ipul yang seringkali mendatanginya.
Ziva sangat tidak nyaman dan selalu ketakutan, seluruh tubuhnya bergetar hebat bahkan ia seperti orang linglung. "Loe kenapa lagi? Coba katakan saja ke kita semua," ujar Zayn. Ziva hanya menggelengkan kepalanya saja tanpa berbicara sepatah kata, ia merasakan ketakutan dan raut wajahnya terlihat sangat khawatir. Samsul menenangkan pikiran Ziva lalu merangkulnya dengan mengusap pundak Ziva.
Tak lama kemudian, Ziva terdengar suara yang sedang memanggil-manggil namanya berulang kali.
"Ziva..."
"Ziva..."
"Loe harus bertanggungjawab atas perbuatan loe, Zivaaa!"
Teriakan misterius membuat Ziva berteriak sehingga membuat orang yang berada di sekitarnya terkejut. "Jangan ganggu gue, anjing! Siapa loe?!" teriaknya. Zayn bertanya, "Loe bicara sama siapa?" Ziva menjawab ketus, "Gue juga nggak tahu! Kenapa loe nanya ke gue? Gue aja heran kenapa bisa begini." Zayn semakin heran dan kebingungan ketika mendengarkan jawaban Ziva.
"Kumat lagi halusinasinya," celetuk Ikbal. Ziva menyahut, "Udah loe semua tenang aja ... Gue nggak kenapa-napa mungkin aja emang lagi halusinasi pikiran gue." Zayn sedikit menggaruk kepala karena merasa keheranan. Tiba-tiba saja suara misterius terdengar kembali di pendengaran Ziva, ia langsung menutup ke dua telinganya dengan ke dua jari telunjuknya sendiri.
"Jangan ganggu gue!" teriakan Ziva terdengar histeris. Ziva langsung berlari ke arah yang tidak ketahui. Ikbal langsung mengejar Ziva dengan kesanggupan dirinya berlari. "Ziva, tunggu gue," teriakan Ikbal sekaligus berlari mengejar Ziva. Akan tetapi Ziva tidak menggubris teriakan Ikbal yang memanggilnya, Ziva terhenti sejenak dan tiba-tiba saja ia merasakan sangat pusing di bagian area kepalanya. "Duh, pusing banget kepala gue," lirihan Ziva. Penglihatan Ziva berubah menjadi buram. Tak lama kemudian, Ziva jatuh pingsan di pinggir jalan raya.
Untung saja dengan sigap, Ikbal menghampiri Ziva yang sudah tergeletak pingsan di pinggir jalan. "Ziva ... Bangun loe! Jangan bercanda," desak Ikbal yang membangunkan Ziva. Tetapi tubuh Ziva tidak merespon gerakan apapun. Ikbal langsung membawa Ziva seorang diri ke salah satu rumah warga kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suci Dalam Debu (TAMAT)
General FictionBerawal dari kehidupan seorang pria yang hidupnya di penuhi oleh pergaulan bebas dan kejahatan yang dia lakukan kepada temannya sendiri, bahkan terjadinya pembunuhan yang dilakukan oleh pria tersebut. Di sebabkan karena rasa dendam kepada salah satu...