Fitnahan

88 89 9
                                    

Ipul benar-benar tidak menyangka dengan kejadian yang dirinya alami. Sejak saat itu, Ipul hanya bisa terdiam diri tanpa berucap sepatah kata kepada teman-temannya yang lain. Bahkan Ipul mengendarai sepeda motornya, kurang fokus dalam berkendara.

Sedangkan Ziva merasakan sangat puas membalaskan dendam dan rasa sakit hatinya kepada Ipul. "Mampus loe ... Sebentar lagi loe akan di penjara," gumam Ziva dalam batinnya. Di perjalanan, Ipul meneteskan air matanya tanpa bersuara.

Sesampainya di rumah sakit, Ipul dan teman-temannya yang lain langsung memarkirkan sepeda motornya masing-masing. Kemudian Zayn menghubungi Ikbal kembali melalui telepon.

"Halo, Bal. Sekarang loe masih menunggu di depan pintu UGD?"

"Iya, gue masih di sini. Kenapa?"

"Gue sama yang lain sudah sampai di depan pintu rumah sakit, loe bisa susul kita nggak di sini? Soalnya gue nggak tahu arahnya."

"Yaudah, Zayn. Loe tunggu aja di situ biar gue aja yang susul loe ke sana."

"Gue tunggu, jangan lama-lama loe ke sininya."

"Siap."

Telepon di akhiri oleh Zayn. Ikbal langsung bergegas menyusuli teman-temannya yang sudah menunggu di depan pintu rumah sakit. Sesampainya Ikbal menghampiri Zayn bersama yang lainnya. Ikbal berkata, "Ikut gue biar loe tahu arah ruangannya ada di sebelah mana." Mereka bersama-sama mengikuti arahan dari Ikbal dan berjalan menuju ruangan Unit Gawat Darurat.

Ketika sudah sampai di depan pintu ruangan UGD, mereka semua menatap ke arah Ipul dengan tatapan tajam dan sinis. Ziva celetuk, "Loe siap bertanggungjawab atas tindakan loe yang meracuni mereka bertiga? Sampai harus di bawa ke ruangan UGD." Zayn merasakan ada yang ganjil dengan ucapan Ziva. "Lho, kenapa Ziva bisa tahu penyebabnya adalah keracunan? Sedangkan belum juga ada keterangan lebih lanjut dari dokter yang menanganinya," gumam Zayn.

Ikbal mengatakan, "Siap-siap loe harus berhadapan oleh orangtua Agung, Rafi, dan Putra." Ipul hanya diam saja dan tidak berkutik sedikitpun. Sesekali Ipul berdoa kepada Tuhan di dalam hatinya seraya mengucapkan, "Berilah aku petunjuk jika aku benar tidak bersalah." Seluruh teman-temannya menghakimi Ipul kecuali Zayn.

Tiba-tiba saja handphone milik Ikbal berdering. "Siapa, Bal?" tanya Ziva. Ikbal menyahut, "Keluarganya Agung telepon gue." Ziva menjawab, "Angkat saja." Ikbal menjawab panggilan telepon dari keluarga Agung.

"Kirim arahan posisinya anak saya, sekarang dia ada di mana?"

"Saya menunggu Agung di depan pintu kamar UGD, Tante."

"Kami dan sekeluargabakan segera bergegas ke sana akan tetapi kamu tunjukkan arah jalannya."

"Siap, Tante."

Ikbal memberikan arahan jalan secara detail kepada keluarga Agung. Tiba-tiba saja keluarga Agung datang dan menghampiri Ikbal bersama teman-temannya yang lain termasuk Ipul.

"Sekarang gimana kondisi anak saya?" tanya sang Ibu Agung penasaran dengan kelanjutan informasi tentang anaknya. "Kami semua belum dapat kabar dari dokter," jawaban Ikbal menahan rasa sedih. Keluarganya Agung terduduk lemas dan memikirkan kondisi anaknya. "Penyebab Agung seperti ini karena apa?" tanya Ibunya yang tak kuasa menahan tangis.

Tiba-tiba Ziva langsung menjawab, "Keracunan minuman kopi yang di buatkan oleh dia." Langsung memberitahukan melalui jari telunjuknya ke arah Ipul. Tak kuasa menahan geram, sang ayah daripada Agung langsung saja menghampiri Ipul kemudian melayangkan tangannya. "Kamu di ajarkan oleh siapa jadi pembunuh?" tanyanya. Ipul menahan rasa sakit di pipinya sehabis di tampar oleh ayahnya Agung.

Ipul di fitnah oleh Ziva bertujuan untuk menyingkirkan Ipul dalam berbagai cara yang Ziva lakukan.

Suci Dalam Debu (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang