Hari-hari si Bebek (nama panggilan sayang) bertahan hidup di luar Liberté. Tinggal di klinik sudah tak mungkin lagi karena dia sudah sembuh dari luka-lukanya. Perut lapar, uang tak ada, sedangkan tagihan pengobatan masih belum sepenuhnya tertutupi...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sudah beberapa jam berlalu sejak mereka dihujani peluru dari jarak jauh. Kilau bintang yang dilihat oleh Ton ternyata pantulan lensa teropong sniper. Mereka masih belum berani keluar, karena periskop yang digunakan Ton untuk mengintip situasi di luar, kacanya pecah tertembak peluru, beberapa menit yang lalu.
Gerutuan yang lebih seperti geram hewan buas terdengar dari jok pengemudi. Lelaki besar itu terlihat bosan. Begitu juga dengan anggota rombongan yang lain.
Em mencoba menyibukkan diri dengan menjalin rambut pendeknya. Sedangkan Ton menggores-goreskan kuku pada kerak di dinding shuttle. Benita telentang di tengah lantai shuttle, berusaha untuk tidak menendang barang-barang yang mereka kumpulkan dengan susah payah sebelumnya.
"Umm," Ducky memulai dengan ragu. "Kenapa kita tidak segera pergi dari sini saja?"
"Karena si Tua itu pelit!"
Ducky mengangkat alis, tidak memahami korelasi jawaban Em dengan pertanyaanya.
"Payah! Apa kau tidak tahu? Shuttle lapis baja ini hanya bisa memasang pelindung roda waktu berhenti. Menjalankan shuttle hanya akan membuat roda-roda kita jadi sasaran," jelas Ton, cukup untuk membuat Ducky memaafkan kata-kata hinaan di awal kalimatnya.
"Aku lapar," keluh Benita.
"Beni, kita baru sarapan 4 jam yang lalu!"
"Bukan kau yang harus menggali pasir halus sedalam 4 meter, Em!"
Ducky mengeluarkan bungkusan berisi jatah makan siangnya dari tas. Membukanya. Lalu menyerahkan selembar dendeng pada Benita.
"Tukar dengan kentangmu," dia menambah pada Benita yang masih terbelalak heran.
"Ha! Tidak cuma reaksimu yang lamban. Kunyahanmu juga."
Mengabaikan cemoohan Ton, Ducky mendapat sebongkah kentang yang langsung dilahapnya begitu saja. Sudah dingin, tetapi masih empuk.
Melihat dua orang dari mereka mengunyah dengan nikmat, membuat yang lain menelan ludah. Pada akhirnya mereka semua memakan sebagian jatah masing-masing. Benar kata orang-orang tua, bosan bisa membuatmu lapar.
"Sampai kapan kita harus menunggu seperti ikan dalam kaleng begini?" gerutu Em.
"Ikan dalam kaleng?" ulang Ducky.
"Entah, si Tua kadang berkomentar begitu kalau kita harus berlindung dalam shuttle."
"Kurasa yang dikatakan Agen itu salmon dalam kaleng," Ton berkomentar di sela-sela kunyahan dendengnya.
Ducky tidak pernah melihat ikan hidup. Air untuk memelihara ikan diawasi ketat jauh di area pengolahan makanan dan penelitian. Tetapi dia tahu tentang salmon dari buku. Membayangkan mereka berada dalam kaleng raksasa dengan lusinan salmon mengambang di sekeliling mereka sedikit membuat perutnya mual.
Anyir dalam ingatan, sedikit membuat kentangnya jadi tidak nikmat. Makanan sintetis dengan rasa ikan tidak pernah jadi favoritnya selama di Liberté apalagi aroma minyak ikan sintetis.
"Sarden," lelaki besar yang juga mengunyah bekal tiba-tiba ikut berkomentar.
"Yang dikatakan oleh Agen itu bukan salmon dalam kaleng, melainkan sarden dalam kaleng," tambahnya lagi dengan suara berat dan dalam.
Setelah "Oh" panjang, semua kembali meneruskan makan. Kecuali Ducky. Dia sudah kehilangan selera makan. Imaji berenang di tengah minyak ikan beserta lusinan salmon dan sarden terlanjur menancap dalam benaknya.
"Lemah!" bisik Ton di sela-sela kunyahan dendengnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Catatan Penulis
Halo, semua! >w<)/
Kembali bersama saya di update harian DWC. Hari ini agak telat karena kepala dan badan jompo ini susah banget diajak melek, setelah dua hari berturut-turut jaga stand di event. Syukurlah walau hanya sedikit jumlah katanya, masih sempat menulis hingga selesai.
Tema untuk hari ini, peserta diwajibkan masuk ke sebuah website random generator, yang akan memberi kita tampilan website aneh-aneh secara acak bila kita menekan icon next website.
Lalu, yang saya dapatkan setelah menekan icon tersebut adalah:
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Umm ... bagaimana cara menjelaskannya, ya. Website itu hanya ada satu halaman, dengan banyak gambar salmon semi ala kamera 360 derajat, karena posisi para salmon akan berubah bila kita menggeser-geser layarnya. Benar-benar seperti berenang di tengah salmon. Lalu bagaimana dunia post apocalypse yang serba gersang bisa memunculkan lusinan salmon? Yah ... saya sedang terlalu pening untuk berpikir, jadi biarkan si Bebek saja yang menderita. Kru lain sepertinya baik-baik saja.