Cerulean Blue, kalau tak salah itu sebutan untuk warna biru langit. Seperti yang sedang dilihat Ducky sekarang, bersih nyaris tanpa seulas awan pun. Dia teringat karena seseorang pernah mempermasalahkan soal warna yang digunakan untuk seragam dinas harian Tentara Liberté, tidak serasi dengan warna mata anaknya yang berwarna Azure Blue, katanya.
Lalu kenapa kalau matanya berwarna Azure Blue, kedua mataku cokelat tetapi tak ada seorang pun yang meminta seragam dinas kami menjadi sewarna Umber atau Burnt Umber, tulis Ducky dengan berapi-api di jurnalnya. Saat itu dia sampai mencari tahu apa warna matanya di data base karena kesal.
Pekikan seekor elang terdengar nyaring dan panjang. Bayangannya melintas, menutupi pandangan Ducky dengan terbang dan berputar-putar di atasnya untuk beberapa saat. Sebelum kemudian mengepakkan sayap untuk pergi.
"Setidaknya bukan burung pemakan bangkai."
Baru juga dia selesai mengatupkan mulut, kaokan serak terdengar. Ada sekitar 3-4 ekor. Mungkin itu juga penyebab elang tadi pergi, menghindari konfrontasi dengan unggas-unggas terbang yang berukuran jauh lebih besar.
Ducky melengos panjang. Mungkin para unggas terbang itu bakal benar-benar mematuki bangkainya bila dia tak segera bangkit. Masalahnya kedua kakinya terperosok pasir halus hingga betis dan salah satu di antaranya tersangkut sesuatu yang berat di dalam pasir hingga tak bisa dicabut.
Setelah usaha berjam-jam untuk melepaskan diri dan menggali pasir di sekeliling kakinya, dia baru menyadari bahwa itu sia-sia. Karena butiran pasirnya terlalu halus, hingga pasir-pasir itu kembali mengalir menutupi kakinya setiap kali galiannya mencapai kedalaman tertentu. Ducky akhirnya menyerah dan memutuskan untuk menggeletakkan diri, telentang.
Untung lututnya masih bebas, jadi masih mudah baginya melakukan itu. Revolver dan senapan shotgun juga mencegah hewan gurun memangsa ¾ tubuhnya yang masih di permukaan. Namun persediaan air dan makanannya mulai habis di hari kedua.
Ducky mengunyah ekor kadal bakar yang hanya dikuliti seadanya sebelum dibakar. Mengernyit pada anyir yang tersisa karena dia sengaja tak membakar hingga dagingnya garing demi persediaan cairan. Tak ada pilihan lain, daripada mati karena dehidrasi.
Ketika sinar matahari mulai terlalu terik untuknya, Ducky menggunakan mantel, ransel, dan perlengkapan lain dalam tasnya sebagai tenda mini. Sengaja tidak membuat tenda penuh, khawatir bila angin terlalu kencang malah akan terbawa terbang dan meninggalkan dirinya tanpa perlindungan.
Sambil menggigiti sisa daging yang menempel di tulang ekor kadal, Ducky menyadari sesuatu yang gawat. Apapun yang membuat kakinya tersangkut mulai menariknya semakin dalam. Karena batas permukaan yang sebelumnya tak sampai lutut, kini sudah mulai mencapai setengah panjang paha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ducky's Today Menu
PertualanganHari-hari si Bebek (nama panggilan sayang) bertahan hidup di luar Liberté. Tinggal di klinik sudah tak mungkin lagi karena dia sudah sembuh dari luka-lukanya. Perut lapar, uang tak ada, sedangkan tagihan pengobatan masih belum sepenuhnya tertutupi...