17 - Combat

26 4 8
                                        


Panas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Panas. Namun berbeda dengan terik menyengat dan kering di Mesir. Udara di sekelilingnya gerah dan lembab, kain seragamnya menempel karena keringat. Helm pelindung yang harus dikenakan sama sekali tak membantu.

Situasi yang tak familier itu sudah tak menyenangkan. Ditambah dia harus berjaga-jaga di tempat semi terbuka. Bukit ... Apa itu namanya, dia lupa. Rekannya menyebut soal hewan lokal, pemamah biak yang berukuran mungil. Nama yang tak familier dari bahasa asing.

Persenjataan mereka cukup lengkap. Tetapi dia tak bisa mengenyahkan rasa gelisah. Serangan yang mendadak datang siang itu, membuat mereka harus mundur dan bertahan di sepanjang bukit itu.

"Apes," gerutu rekannya. Memperbaiki posisi helm pelindung. "Sebelas bulan di laut, sekarang kita harus menghadapi lawan merepotkan."

"Yeah, aku paham," yang lain menimpali. "Kita latihan setiap hari di Norfolk untuk menghadang Jerman, tetapi akhirnya malah terdampar di tempat basah ini. Maksudku, Scotland tak kalah basahnya, tetapi tak pernah sepanas ini."

Dia mendengarkan keluhan-keluhan senada itu dalam kebingungan. Antara memahami dengan tidak. Ucapan mereka terkoneksi langsung dengan ingatannya tentang sebuah tempat yang dingin dan banyak hujan itu. Tetapi tak bisa benar-benar merasakan nostalgia.

Seharusnya dia berasal dari sana juga. Keluarganya dari Humberside, masih bertetangga dengan Norfolk. Tetapi dibandingkan rawa-rawa, hutan, dan pantai di sana, tubuhnya merasa lebih akrab dengan cuaca gurun di Mesir yang hanya didatangi beberapa minggu saja.

"Ah, kebingunganmu itu karena mabuk laut. Berbulan-bulan melihat air lalu tiba-tiba di cuaca rawa yang panas ini, siapapun akan bingung, Sobat!" ucap seseorang. Menepuk punggungnya dengan prihatin. "Kita sama-sama tak banyak pengalaman di lapangan juga. Untuk sekarang, yang penting bertahan selama mungkin, sampai bala bantuan datang."

Bala bantuan. Dia mengedarkan pandangan ke lereng bukit, sangat pesimis. Namun dengan berbagai ketidaknyamanan dan pertanyaan pada ingatannya sendiri, ada hal-hal yang masih sangat familier.

Senapan yang digenggam, berbagai senjata dan kelengkapan yang dikenakan. Lalu ... Ketegangan yang menyertai ketika menghadapi pertempuran.

"INCOMING!" seru seseorang. Sekejap saja situasi berubah. Baku tembak berlangsung.

Di antara rentetan peluru dan ledakan artileri, dia memperkirakan posisi lawan, membidik, dan menembak. Tugasnya memastikan operator yang menjalankan 25 Pounder bisa terus menembak, tanpa terganggu. Tubuhnya sudah pernah berlatih dengan persenjataan yang sedang digenggam—apakah itu hanya dalam ingatan atau betul-betul pernah dialami, dia tak tahu.

Ducky's Today MenuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang