Hari-hari si Bebek (nama panggilan sayang) bertahan hidup di luar Liberté. Tinggal di klinik sudah tak mungkin lagi karena dia sudah sembuh dari luka-lukanya. Perut lapar, uang tak ada, sedangkan tagihan pengobatan masih belum sepenuhnya tertutupi...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PENCURIAN AKBAR ABAD INI
Pagi ini, tepatnya pada hari Senin, 19 Juni 2XXX,
warga Koloni dikejutkan oleh raungan sirine tanda bahaya. Masyarakat sekitar masih belum menyadari masalah apa yang baru saja terjadi. Sampai dengan belasan unit satuan keamanan publik tiba di sekitar Pabrik Pengolahan Pangan Warga di Distrik 6, Koloni Liberté.
Berikut ini adalah apa yang terjadi berdasarkan pernyataan Ir. Duncan Seymour, juru bicara pabrik, kepada Evening Liberté Post siang ini. Dini hari tadi sekelompok orang tak dikenal membobol beberapa ruangan penting. Beliau juga mengatakan, bahwa tidak banyak kerusakan fisik yang ditimbulkan oleh para pembobol tersebut. Akan tetapi sejumlah besar dana operasional pabrik dan puluhan krat berisi bahan-bahan pangan berhasil dibawa pergi.
Menurut hasil pemeriksaan sementara, para pelaku yang disinyalir berjumlah lebih dari 20 (dua puluh) orang, secara kebetulan berhasil menemukan titik terdekat dengan ruang yang menjadi sasaran dari tembok luar pabrik. Kelompok pelaku membagi tugas untuk membobol beberapa ruang yang menjadi sasaran secara serentak. Kemudian bergegas melarikan diri dengan membawa sebisanya apa yang mereka temukan, ketika sistem keamanan pabrik aktif. Berdasarkan bekas usaha pembobolan yang tersisa, dari 4 (empat) ruangan yang diincar, hanya 2 (dua) yang berhasil dimasuki.
"Sungguh keji, apa yang harus kami berikan pada warga untuk periode pembagian ransum berikutnya?" tutur salah seorang pegawai pabrik yang tidak ingin disebutkan namanya. Dia pagi ini bermaksud datang untuk memenuhi jadwal shift seperti biasa, ketika dihadang oleh petugas. Bersama puluhan rekan sejawat, dia terpaksa kehilangan sebagian besar jam kerja untuk memenuhi kewajiban sebagai warga koloni yang baik dengan sukarela membiarkan para petugas Keamanan Publik memeriksa kasus secara menyeluruh.
PERNYATAAN PIHAK KEAMANAN
Kapten Philip Hoffman, Kepala Unit Khusus dari Satuan Keamanan Publik (SKP), menyatakan:
Pihaknya akan mengerahkan segenap kemampuan untuk mencari dan menangkap para pelaku. Menurut Beliau, kejahatan yang mereka lakukan tidak hanya merugikan warga Liberté secara material saja. Mereka juga sudah melukai kepercayaan yang diberikan oleh Para Pendahulu.
"Tentu saja SKP akan berusaha sebaik mungkin untuk menyelesaikan kasus ini. Saya sesungguhnya sangat kecewa. Bukankah Para Pendahulu yang terhormat sudah menaruh kepercayaan pada kita selaku penerus mereka, untuk senantiasa menjalani hidup yang bersahaja dan bermartabat sebagai warga Liberté?" ujar Kapten Hoffman kepada Evening Liberté Post, ketika ditemui di pos sementara yang dibentuk untuk menangani kasus Pencurian Akbar ini.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Berita itu dicetak dalam bentuk surat kabar klasik, di atas kertas dengan tinta dan teknologi stensil semi manual. Huruf-hurufnya berjajar rapi dengan editorial khas masa itu. Ducky membaca satu halaman berita itu sebagai bagian dari salah satu tugas laporan di Akademi.
Dia masih ingat bagaimana dia menuliskan apa yang diharapkan oleh para instruktur tentang kasus tersebut. Mengutuk para pelaku kejahatan dan mendukung pihak keamanan. Tanpa berusaha menyalahkan pihak keamanan pabrik yang membiarkan ruangannya dibobol. Tanpa mempertanyakan bagaimana pelaku yang katanya berjumlah cukup banyak, bisa mendapat akses masuk tanpa mengaktifkan sistem pengaman hingga sempat membawa kabur cukup banyak barang.
Ducky memandang keluar jendela yang hanya terbentuk dari dua lubang di dinding, berbentuk persegi. Bahkan tanpa teralis baja yang terpasang cukup kokoh di setiap lubang, lelaki itu yakin, tak ada manusia yang bisa melewatinya. Mungkin teralis dipasang untuk mencegah terjadinya transaksi antara kriminal dan orang-orang di luar.
Dia melirik pada piring ceper di tangannya. Bubur singkong dingin dan sepotong kecil dendeng kadal. Padahal dalam barang-barang yang dibawa Ducky sebelum ditahan, ada setumpuk dendeng dan daging asap buatannya sendiri. Lapar membuatnya menyendok bubur dan mengunyah dendeng yang nyaris seliat sandal itu.
Setidaknya alas tidur yang disediakan sudah sedikit lebih manusiawi, setelah dia bersikap baik pada orang yang menginterogasinya tadi. Namun borgol yang masih membelenggu tangannya menunjukkan dirinya masih belum lepas dari status tahanan. Mungkin akibat situasi yang sedang dialaminya juga Ducky tiba-tiba teringat pada berita tentang kejadian jauh di abad lalu tersebut.
Seumur hidup, bahkan sejak menjadi desertir, baru kali ini dia mengalami pengurungan sebagai kriminal. Cukup ironis, mengingat dia ditangkap justru di tempat yang tak memiliki cukup struktur untuk disebut sebagai koloni.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Catatan Penulis
Halo, semuanya! >w<)/
Selamat datang di tema kesembilanbelas DWC tahun ini. Para admin pecut tidak berhenti menemukan cara untuk memecut peserta, sampai meminta saran pada outsource pecut untuk memberikan tema hari ini .
(Makasih, lho ... Kakak Johana. Sungguh TvT)
Tema hari ke-19: Bikin crime news report ala koran dengan kejadian kriminal yang tidak terduga.
Ducky memang sedang masuk tahanan. Tapi kejahatannya mana cukup buat dimasukin koraaan. Cuma gelut. Di tempat yang ga punya cukup sistem untuk jadi koloni pula. Otak saya juga udah mandeg, ga mampu memikirkan kejahatan macam apa yang bisa dilakukan si Bebek hingga masuk koran. Jadi, saya buat saja berita "kriminal" yang terjadi di Koloni asal Ducky, yang pernah dibaca oleh ybs.
Semoga masih masuk dalam tema dan masih bisa dinikmati pembaca.