Ducky menjawab, walau dalam hati dia masih belum bisa membayangkan ada makanan laut yang betul-betul enak. "Aku belum pernah makan."
"Kalau begitu, Anda harus mencoba! Kami cukup bangga dengan sup bola-bola ikan sintetis dan gorengan kapal selam buatan koki, bagaimana kalau setidaknya mencicipi salah satu dari kedua menu tersebut?" resepsionis itu bersikeras. "Tentu saja gratis, jadi kami akan mengembalikan biaya makan yang sudah terlanjur anda bayar."
"Uhh ... Baiklah," guman Ducky, akhirnya menyerah.
Pihak penginapan sepertinya sangat senang karena dia memberi petunjuk soal urutan ukiran kuno di pajangan mereka. Ducky sudah berharap hadiah yang didapat dari keberhasilan kecil itu adalah koin-koin atau benda artefak yang berguna untuk perjalanan selanjutnya. Namun sayangnya koloni itu tidak terlalu banyak memiliki koin dan artefak canggih yang mereka miliki tidak mungkin dimasukkan ke dalam tas.
Dengan gelisah dia duduk menunggu di bangku dengan bahan yang sama dengan perabotan di lobi penginapan. Gelas logam tahan karat yang menjadi wadah minumnya beberapa kali diraih untuk membasahi mulut yang kering. Daripada berdebar menunggu hadiah, Ducky lebih merasa bakal menerima hukuman.
Satu hal yang dia sadari, kualitas air di situ tidak kalah dengan Liberté
Selain dirinya ada beberapa pengunjung lain di area makan itu, tetapi dari penampilan mereka, tampaknya setengah yang datang adalah penduduk lokal.
"Bisa punya waktu luang dan dana untuk makan di luar, senang sekali!" gerutunya, berusaha selirih mungkin untuk tidak memperdengarkan komentar bernada iri-hatinya.
Sungguh berbeda dengan kondisi koloni lain yang dia lewati sepanjang perjalanan. Rata-rata, selain pengurus administrasi atau penjaga, untuk bisa makan sehari-hari saja sudah sulit.
"Sup bola ikan dengan irisan lobak," ujar seorang pramusaji segera setelah meletakkan sebuah mangkok dengan kuah bening. "Selamat menikmati!"
Ducky menghidu aroma gurih dan segar dari kaldu apapun dalam kuah bening itu. Samar tercium aroma hidangan laut, tetapi tidak sampai se anyir makanan yang biasa dibagikan masa-masa akademinya dulu.
Potongan sayur umbi yang lebih putih dan lebih transparan dari kentang menarik perhatian Ducky. Ketika sepotong mencapai mulut giginya dikejutkan oleh sensasi renyah yang berbeda dengan wortel rebus. Nyaris tak ada rasa yang dibawa, hanya tekstur dan kemampuan menyerap kaldu dengan baik lalu menyebarkan ke segala penjuru lidah pada setiap kunyahan.
"Apakah sesuai dengan selera Anda?" Pramusaji yang masih berdiri menunggu di dekat mejanya bertanya.
"A-aku akan coba bola-bola ikannya dulu," kilah Ducky.
Dikatakan bola, sebetulnya bentuknya tak terlalu bulat mulus. Agak tidak beraturan dengan gerenjul dan banyak lekukan, seperti kerikil kasar.
"Untuk meniru tekstur pada resep aslinya," jelas pramusaji yang sama, sebelum Ducky sempat berkomentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ducky's Today Menu
AventuraHari-hari si Bebek (nama panggilan sayang) bertahan hidup di luar Liberté. Tinggal di klinik sudah tak mungkin lagi karena dia sudah sembuh dari luka-lukanya. Perut lapar, uang tak ada, sedangkan tagihan pengobatan masih belum sepenuhnya tertutupi...