06 - Under the Sea

38 9 4
                                    

Ini adalah kisah tentang seseorang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini adalah kisah tentang seseorang ... Seseekor—atau sesuatu? Tak terlalu jelas bentuknya. Dia hidup di tempat yang sangat tidak lazim. Di tengah samudera terdapat atol, rangkaian terumbu karang yang mengelilingi sesuatu. Biasanya laguna atau masih berupa pulau karang sebelum terbenam sama sekali. Sekumpulan makhluk yang berbeda-beda, tinggal di dasar lautan—itu adalah kumpulan air dalam jumlah besar, lebih besar dari kolam maupun danau manapun yang pernah kau lihat.

"Mana ada tempat seperti itu!"

"Ssst!"

Di antara buih dan lambaian rumput laut—itu adalah tanaman dalam air, konon tidak hanya para ikan, manusia juga suka. Ada bentuk-bentuk aneka warna yang berjajar. Salah satunya terlihat seperti topeng atau patung primitif, sementara yang bertetangga dengannya berbentuk seperti buah nanas, dan batu bulat yang bagian bawahnya datar.

"Batu bulat? Gimana ada yang bisa hidup di situ?"

"Ton!"

"Oh, aku tahu! Batu bulatnya ada lubang besar seperti gua, kan?"

"Maaf, Ton. Tidak ada lubang."

"APA?!" seru Ton dan Em nyaris berbarengan.

"Umm ... anggap saja seperti serangga yang hidup di bawah batu?" Ducky akhirnya memberikan pengandaian yang bisa diterima oleh kedua pendengarnya.

Ketiga makhluk itu masing-masing terdiri dari seekor gurita, seekor bintang laut, dan makhluk spons. Mereka hidup setiap hari seperti layaknya masyarakat normal. Bekerja untuk makan, bermain untuk belajar berburu, dan kembali ke tempat berlindung masing-masing untuk beristirahat dan tidur.

"Sebentar, Ducky ... Aku pernah dengar soal gurita, tapi ... bintang laut itu apa?"

"Makhluk air yang punya banyak kaki seperti bintang."

"Bedanya dengan gurita?"

"Mereka bahkan berbeda filum." Melihat ekspresi kedua lawan bicaranya yang kosong, Ducky berpikir sejenak lalu melanjutkan, "Uhh ... Bentuk mereka sangat berbeda, terutama jumlah kaki, dan mungkin lubang yang sama untuk tempat mulut dan pantat pada bintang laut?"

Ekspresi jijik dan mual seketika terbentuk pada wajah Ton dan Em. Untunglah Benita, yang berbaring santai di dekat mereka terlihat baik-baik saja, entah karena tidak mendengarkan atau memang tidak terlalu mempermasalahkan hal itu.

"Kenapa kau cerita yang seperti itu, Bodoh?" protes Ton setelah menenangkan diri.

"Kalian sendiri yang tiba-tiba menodong, menyuruhku cerita." Ducky membalas tak kalah sewotnya.

"Ya, sebagai ganti karena kami harus pontang-panting menyelamatkan pantatmu dari hujan peluru. Tapi tidak harus tentang seseekor yang pantat dan mulutnya sama juga!!!"

"Aku sudah katakan sejak awal bahwa kalian tak perlu ikut. Posisi kita jadi mudah ketahuan, kan?"

"Sudah-sudah! Lewatkan saja soal mulut dan ... yah, itu tadi. Lanjutkan ceritanya, Ducky!" Em menengahi setelah reda dari rasa mualnya.

Melihat kedua pendengarnya kembali antusias, Ducky buru-buru memutar otak, memikirkan cerita lain tentang makhluk bawah air yang lebih terdengar dongeng. Setelah beberapa kali melantur dengan asal-asalan menambahkan detil, cerita berhasil dia belokkan pada kerajaan bawah laut tempat asal penyu yang diselamatkan anak nelayan miskin. Akhir ceritanya memang agak mengenaskan, tetapi setidaknya tidak ada hewan laut yang aneh di cerita itu.

Dia tidak sampai hati untuk meneruskan bahwa kisah yang akan dia ceritakan sebetulnya cerita anak tentang kelakuan bodoh makhluk spons dan teman-temannya yang terlihat seperti hasil mutasi genetika. Konon cerita itu dibuat karena terinspirasi secara tidak langsung oleh uji coba senjata nuklir beberapa abad yang lalu.

Sepertinya para penulis butuh nama tempat yang bombastis untuk makhluk-makhluk aneh yang akan mereka animasikan. Lalu terpilihlah nama atol itu. Pemilihan nama itu sekaligus memberikan alasan mengapa para karakter bertingkah dan berwujud sedikit aneh. Karena terumbu karang dan area laut di sekitarnya tercemar radioaktif akibat uji coba senjata, hingga para ikan yang dipancing oleh penduduk asli di sekitar situ malah menyebabkan mereka sakit.

Ducky sedikit memahami mengapa cerita bodoh itu lolos untuk dibiarkan berada di perpustakaan Liberté yang biasanya ketat menyensor hal-hal yang dianggap tak berguna, bahkan untuk bacaan atau tontonan anak sekalipun. Kegagalan dan keberhasilan di masa lalu selalu jadi bahan propaganda yang bagus bagi mereka.

"Gurita, enak tidak?" celetuk Benita, tak lama setelah si Nelayan berubah menjadi orang tua dan tergeletak kehilangan nyawa.

"Beeen!!!" protes Ton.

"Beni! Kami sedang sedih karena si Nelayan, malah kamu rusak dengan pertanyaan soal gurita?"

"Aku tidak tahu, tak pernah memakannya." Ducky menjawab, walau dalam hati dia masih belum bisa membayangkan ada makanan laut yang betul-betul enak.

"  Ducky menjawab, walau dalam hati dia masih belum bisa membayangkan ada makanan laut yang betul-betul enak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ducky's Today MenuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang