30 - His Last Journey

23 3 1
                                    


Pekerjaan terakhirnya tidak bisa dikatakan sukses

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pekerjaan terakhirnya tidak bisa dikatakan sukses. Bayarannya memang cukup besar, kendaraannya diperbaiki secara gratis, dan seluruh biaya akomodasi—yang sangat memuaskan, ditanggung klien. Namun dia beberapa kali terlalu dekat dengan identitas lamanya, dan sempat nyaris menyeberang ke alam lain karena usaha Alfred—kliennya untuk berterimakasih.

"Sebagai paman sekaligus salah satu mentor anak ini, saya ucapkan terimakasih atas jerih-payah Anda mengantarkan dan menemani Alfred," ucap lelaki paruh baya yang posturnya lebih bulat bila dibandingkan klien Ducky. "Omong-omong ... Saya Philippe. Sangat senang bertemu dengan Anda ... Euh, Ducky, betul?"

"Saya Laurent, sahabat Philippe. Sungguh saya sangat berterimakasih juga. Alfred sudah seperti keponakan ... bahkan seperti anak sendiri bagi Saya. Mewakili Renata yang tidak bisa hadir, saya ucapkan banyak terimakasih kepada Anda." Seorang lagi ganti merebut tangan Ducky, posturnya nyaris sama dengan Philippe dengan rambut lebih sedikit dan setengah kepala yang tak berambut mengilap licin.

Renata yang disebut-sebut itu pastilah ibu kandung Alfred. Ducky sedikit iri pada nada akrab yang diucapkan Laurent ketika menyebut namanya, dia sendiri masih belum bisa memanggil nama depan Suster Tillia.

Dua orang yang satu kepala lebih pendek dari dirinya merubung untuk berkali-kali menyalami, membuatnya rikuh. Ducky hanya ingin mengambil bayarannya dan segera pergi dari situ. Namun beberapa orang bertubuh lebih tegap darinya mengawasi dengan pandangan tajam, melihat lambang yang tersemat di kerah baju mereka yang tampak sangar—pedang melengkung ganda dan tengkorak di tengahnya, Ducky memutuskan untuk bersabar menuruti kemauan dua orang di hadapannya.

"Uangmu sudah cukup, Ducky?" tanya Alfred, ikut bergabung setelah hujan salam dan ucapan terimakasih mereka mereda. "Kau pernah bilang untuk bayar utang atau semacamnya, kalau tidak salah?"

Ducky baru akan berkilah soal Alfred salah dengar atau dia bicara asal-asalan karena tidak mau bila harus tertahan lebih lama lagi di lingkungan para cendekiawan berduit seperti mereka. Ketika pamannya Alfred memukulkan kepalan tangan ke telapak tangan. Ducky nyaris melarikan diri melihat kilauan semangat di mata kedua lelaki paruh baya itu.

 Ducky nyaris melarikan diri melihat kilauan semangat di mata kedua lelaki paruh baya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ducky's Today MenuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang