"Bagaimana ... Apa dia sudah mau bicara?"
Alih-alih menjawab, perempuan jangkung yang ditanya hanya meletakkan sebuah tas kumal—setengah melempar, ke meja di tengah ruangan.
"Hmm? Ada apa dengan tas ini?"
Lelaki yang bertanya mendekat perlahan, agak takut-takut dia menggunakan kemucing yang hampir gundul untuk menyendul-nyendul tas kumal di atas meja. Dia melompat mundur dengan pekikan ketika tas tersebut terguling dan tambalan kain yang berfungsi sebagai penutup tekulai membuka.
Tak terjadi apa-apa.
"Kenapa ketakutan begitu?" tanya perempuan yang sedari tadi hanya diam menonton kehebohan yang ditimbulkan oleh rekannya.
"Kau tidak segera menjawab pertanyaan, malah nyodorin benda kumal mencurigakan begini. Gimana aku tidak panik kalau tiba-tiba tasnya terbuka?!"
Protes lelaki yang masih menggenggam tangkai kemucing botak erat-erat seperti hendak menggunakan benda itu sebagai senjata.
"Itu hanya tas berisi buku-buku dan alat tulis," perempuan jangkung itu menjawab seraya melepaskan kain penutup hidung dan wajahnya.
Masih takut-takut lelaki yang menggenggam kemucing, menarik keluar isi tas kumal. Delapan buah buku tulis. Memang bukan dari bahan yang istimewa tetapi setiap lembar kertasnya bersih, belum ada noda tinta maupun pensil. Di bagian kantong yang lebih dalam, ada seikat pensil. Masih utuh, belum diraut.
"Apa dia juru tulis dari salah satu koloni?" gumam lelaki berkemucing sambil mengamati barang-barang yang bergeletakan di atas meja.
"Juru tulis macam apa bisa menjatuhkan 4 orang penjaga dalam kondisi setengah sadar karena kelaparan dan dehidrasi?"
"Ya, mana kutahu," tukas lelaki berkemucing, kesal. "Kan kau yang bicara dengannya?!"
"Pemburu dan scavenger, itu yang dia jawab waktu kutanyai soal identitas lelaki itu," jawab perempuan itu.
"Hmm," gumam lawan bicaranya, seketika kehilangan minat. Lalu mulai menyibukkan diri mengecek setiap sudut kantong kumal yang sepertinya juga sudah berlapis beberapa mili debu gurun. Asap debu berhamburan pada setiap gerakan kecil saja. Dia sempat mencoba menepis itu dengan kemucingnya tetapi malah malah membuat asap debu makin berhamburan.
"Hanya saja ... Sepertinya dia bukan hanya terlatih menghadapi hewan," tambah perempuan lawan bicaranya, nyaris tak terdengar karena tertelan suara bersin dan batuk lelaki berkemucing.
"Aku jadi penasaran bagaimana dia menghabiskan masa mudanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ducky's Today Menu
AventureHari-hari si Bebek (nama panggilan sayang) bertahan hidup di luar Liberté. Tinggal di klinik sudah tak mungkin lagi karena dia sudah sembuh dari luka-lukanya. Perut lapar, uang tak ada, sedangkan tagihan pengobatan masih belum sepenuhnya tertutupi...