Batas horison terlihat berbeda. Tak lagi jelas antara cokelat pucat kelabu daratan Direland dengan biru langit yang nyaris tak berawan seperti biasanya. Ducky sambil berusaha menelan kunyahan garing dari belalang gorengnya, menatap dengan pasrah pada gulungan debu-pasir yang datang bersama angin badai.
Lelaki itu sungguh-sungguh berharap semua yang terjadi hanya mimpi.
Mungkin kalau aku menjatuhkan diri dengan pasrah di atas tanah, esok pagi akan terbangun di ranjang penginapan dengan memar dan lecet hasil kerja sampingan sebagai test-driver rongso—prototipe. Aku tak rela belalang goreng jadi makanan terakhirku. Tulis Ducky di jurnalnya nanti.
Desir pasir yang terbawa angin. Bergemeresak. Semakin lama makin dekat.
"Itu tidak dijual. Ini belum jadi. Yang sebelah sana juga masih konsep. Jadi apa yang bisa kubeli, selain rongsokan yang kau akui sebagai ATV modifikasi itu?" tanya Ducky geram.
"Bung, itu karyaku yang kau sebut rongsokan."
"Lalu apa namanya ATV tanpa mesin, tanpa pedal, dan hanya bisa bergerak dengan tenaga angin, hingga rangkanya dibuat tipis, ringkih, dan bisa rompal hanya karena roda melindas batu-batu kerikil???" Ducky menunjuk pada benda yang sepintas berbentuk seperti ATV yang dilengkapi tiang berlayar, tetapi rangkanya yang kurus sudah patah jadi beberapa bagian.
"Yaaah ..." gumam lelaki yang warna rambutnya campuran hitam-putih merata, mengingatkan pada sebotol garam bercampur merica hitam. "Kau bisa menyebut ini sebagai prototipe yang kurang berhasil. Akan ada versi berhasilnya nanti."
"Babeh selalu bilang begitu," keluh seorang perempuan yang baru saja datang membawa troli. "Kenyataannya banyak buatan Babeh memang rongsokan, akui saja."
"Hei, kalau tak ada kegagalan tak ada keberhasilan. Ingat itu!" protes si Rambut merica-garam.
"Masalahnya lebih banyak yang gagal daripada berhasil. Ongkos kita habis untuk percobaan daripada merakit kendaraan yang sudah jelas-jelas berfungsi dan pasti laris!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ducky's Today Menu
PertualanganHari-hari si Bebek (nama panggilan sayang) bertahan hidup di luar Liberté. Tinggal di klinik sudah tak mungkin lagi karena dia sudah sembuh dari luka-lukanya. Perut lapar, uang tak ada, sedangkan tagihan pengobatan masih belum sepenuhnya tertutupi...