30. Ngopi-ngopi

21.8K 1.7K 9
                                    

Selamat membaca🥰

Vote yagesss🙏

____

Disadari atau tidak, hidup banyak mengandung sebab dan akibat. Rata-rata semuanya beralasan. Mengapa bumi bisa berputar? Mengapa jalanan Jakarta seringnya padat merayap? Mengapa perahu di atas air bisa berlayar mengarungi lautan?

Seperti inilah yang kupikirkan, pasti ada alasan dibalik kedatangan seseorang mampir ke kediaman ini.

"Inara." Sapanya buatku was-was.

Tentu bukan Cakra yang datang, ia sudah dua hari hilang. Pesan-pesanku berujung tak dibaca, panggilanpun selalu ditolaknya. Entahlah, aku mumet memikirkan perubahan drastis Cakra.

Kali ini beban pikiranku bertambah lagi. Hal apa yang membuat tamu tersebut datang menemuiku? Terlebih ia yang awalnya berdiri di samping pak Iman tiba-tiba saja meluruhkan lututnya hingga beradu cium dengan lantai. Ia berlutut memohon maaf seperti hamba yang baru menyadari akan dosa besarnya.

"Eh, ini kenapa?" Terbataku meresponnya, pak Iman sendiri sigap di sampingku.

"Maaf, Inara. Tolong maafin kebejatan saya kemarin-kemarin." Sungguhnya memohon. "Tolong beri saya kesempatan buat hidup lebih baik. Tolong jangan masukin saya penjara."

Bingung kutelaah maksudnya. Memang betul aku mengutuk dirinya atas kelakuan yang ia perbuat, tapi tidak sampai meniatkan memenjarakannya. Belum juga menemukan penjelasan yang tuntas, dua satpam kompleks datang membuka pagar depan. Ada apa sih?

Roni si tua bangka plontos tersebut belum lelah memohon maaf meski kusuruh ia berdiri saja. Seketerlaluannya sikap Roni tetap saja ia lebih tua dariku. Pemandangan seperti ini rentan menimbulkan kesalahpahaman buruk tentang kesopananku.

"Kami ditelpon pemilik rumah buat kontrol, jaga-jaga takut ada keributan atau hal yang gak diinginkan." Terang salah satu satpam kompleks yang beberapa kali kutemui sedang berjaga.

"Pemilik rumah?" Tanyaku memastikan.

Keduanya sempat membuka mulut sebelum akhirnya diterobos oleh Roni. Ia makin menekanku untuk memaafkannya. "Tolong Inara, saya janji saya gak akan ganggu kamu sama keluarga kamu lagi tapi tolong maafin saya."

"Saya berpotensi masuk penjara kalo gak dapet maaf kamu. Semua bukti kejadian di kantor kemarin siap dikirim polisi. Rencana tersebut bisa batal dengan syarat kamu maafin saya, Nara."

Dalang dibaliknya Cakra? Ia menelpon dua satpam komplek karena tahu akan ada Roni mampir meminta maaf? Kugigit sedikit bibir bawah, jika begini aku makin bingung menafsirkan sikap Cakra. Sebenarnya ia mengabaikanku kenapa padahal jelas-jelas ia masih peduli padaku?

"Bu Iren gak main-main. Jadi tolong Inara maafin saya." Mohonnya lagi buatku mengerutkan kening.

"Bu Iren?"

"Iya, bu Iren dateng nemuin saya bawa bukti rekaman cctv. Dia udah lapor ke pihak perusahaan sampai saya turun jabatan. Gak sampai sana aja, bu Iren ngancem saya buat laporin ke pihak berwajib kalo saya gak dapetin maaf kamu."

Spontan aku menoleh pada satpam komplek tersebut. "Penelpon tadi atas nama siapa ya, Pak kalo boleh tahu?"

"Mamanya pak Cakra, Mbak. Bu Iren."

Nah, aku terlalu cepat menyimpulkan. Sudah teramat jelas bahwa Cakra menghindariku, ia sudah lelah dan menyerah seperti terjabarkan di mimpiku kemarin malam.

***

Malam ini paguyuban gibah terjadwal melakukan pertemuan di salah satu cafe terdekat. Sebatas ngopi-ngopi sembari update topik panas yang terjadi, kebetulan Kanaya dan Caca sedang longgar dari aktivitasnya mengumpulkan cuan.

Ketika Berhenti di KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang