"Maaf oma, saya gak sengaja. Gak ada maksud apa-apa. Tolong oma maafin saya!", ucap Mas Yangsa seperti begitu memohon ampun kepada oma. Sedangkan aku mendadak diam seribu bahasa karena masih tak percaya dengan yang terjadi sebelumnya. Oma menatap kami tajam. "You berdua masuk!", perintah oma dengan nada tinggi. Aku dan Mas Yangsa pun masuk menyusul oma ke dalam rumahnya. Sesaat kemudian kami tertunduk pasrah karena sadar sudah melakukan kesalahan. "You berdua harusnya bisa jaga sikap! Belum waktunya. Paham?", bentak oma padaku dan Mas Yangsa. "Maaf oma ini salah saya. Kasih gak tau apa-apa. Saya kelepasan oma. Ini yang pertama dan terakhir. Gak akan terulang lagi. Saya janji", ucap Mas Yangsa pelan dengan penuh penyesalan. "No janji-janji, yang penting itu bukti! Jangan terjadi lagi!", ucap oma tegas berulangkali. Aku dan Mas Yangsa pun mengangguk dan benar-benar meminta maaf pada oma. Entah bisikan dari mana, pastinya apa yang terjadi hari itu benar-benar murni karena Mas Yangsa terbawa suasana.
"Okay, perkara ini kita tutup! Sekarang you berdua jelasin mengapa bisa sama-sama datang ke sini? Sengaja janjian? JAWAB!!!", ucap oma dengan setengah berteriak. Aku dan Mas Yangsa pun terkejut berbarengan mendengar oma yang benar-benar bicara dengan nada tinggi dan penuh emosi. Tak ingin suasana terus panas, Mas Yangsa pun berusaha untuk menenangkan oma. Seakan reflek dia mengambil air mineral gelas yang tersusun rapi di atas meja kemudian memberikannya pada oma. "Maaf oma, silahkan minum dulu. Suara oma nanti habis kalau teriak-teriak", ucap Mas Yangsa berusaha mencairkan suasana. Terlihat oma melotot dan seakan mau menerkam kami semua. Namun, sebenarnya gelagat oma juga tak kuasa menahan tawa melihat kelakuan bodor dari Mas Yangsa. "Jangan bercanda. Kalau you haus, minum sendiri! Gak usah basa-basi!", jawab oma dengan sedikit menurunkan suaranya. Dengan polosnya Mas Yangsa mengangguk dan mengucapkan terimakasih sembari benar-benar menyeruput air mineral gelas itu sampai habis tak tersisa.
"Pelan-pelan minumnya nanti you keselek bahaya!", ucap oma tak kuasa menahan tawa. Aku masih terdiam melihat drama nyata antara oma dan cucu kesayangannya. Mas Yangsa memang paling bisa mengambil hati oma. Sesaat kemudian oma pun terlihat sudah lebih santai dan seakan sudah bisa untuk diajak bicara. Tanpa menyia-nyiakan waktu, Mas Yangsa pun berusaha dengan baik untuk menjelaskan pada oma maksud dan tujuan kami datang memang hanya ingin menenangkan diri. Namun, kedatangan kami juga murni keinginan pribadi tanpa direncanakan secara bersamaan justru seakan Tuhan yang sudah menakdirkan sehingga kami dapat bertemu kembali. Mas Yangsa juga menceritakan semua permasalahan yang sedang dia hadapi dan meminta nasihat bijak dari oma. Terlihat dengan seksama oma mendengar semua isi hati yang dicurahkan Mas Yangsa. "Okay, I see. Ingat pesan oma ya. Hidup itu pilihan, yakinlah dalam suatu kesulitan pasti ada jalan. You hadapi saja dengan hati yang lapang. Terima juga kenyataan yang sudah Tuhan takdirkan. Percuma you sesali dan tangisi apa saja yang sudah terjadi. Trust me, pasti ada hikmah dan berkah dari ini semua. Salah satunya you bisa punya new family member, tak apa. Rangkul saja dia!", ucap oma sambil menepuk-nepuk bahu Mas Yangsa yang terlihat berusaha untuk terus mengusap air matanya. Suasananya terasa begitu sendu. Tapi, kami bersyukur masih ada oma yang dengan tangan terbuka dapat mendengar dan memberikan nasihat untuk menenangkan hati kami yang sedang tidak baik-baik saja saat itu.
Tanpa terasa bicara panjang dengan oma, waktu pun menunjukkan sudah hampir larut malam. "Kasih, you tidur sama oma dan you bisa tidur di kamar tamu di atas ya!", perintah oma padaku dan Mas Yangsa. Seakan tak ingin hal-hal yang tidak diinginkan terjadi, oma berulangkali mengingatkan kami agar selalu tahu batas dan tak jadi lepas kendali. "You berdua dipantau 24 jam di sini. Ingat banyak CCTV!", ucap oma dengan nada serius. Sejujurnya tanpa diperintah, aku dan Mas Yangsa memang berusaha untuk saling menjaga dan tak ingin sampai menyia-nyiakan kepercayaan dari oma. "Mimpi indah ya, terimakasih untuk hari ini. Selamat tidur Dulceku sayang". Malam itu sambil senyum-senyum sendiri kubaca isi pesan dari Mas Yangsa. Perasaanku terasa lebih tenang karena bersyukur hubunganku dan Mas Yangsa tetap baik-baik saja. Seperti mimpi, kami bisa kembali berjumpa bahkan bisa berada pada jarak dekat. Seketika aku terbayang, mungkin begitu rasanya simulasi menikah dan tinggal bersama dalam satu atap rumah. "Simpan ponselnya, cepat tidur!", perintah oma tak ingin aku terlena. Aku pun bergegas tidur dan berharap pagi segera datang karena tak sabar ingin kembali bertemu dan memulai hari bersama dengan Mas Yangsa.
Keesokan harinya, aku sengaja bangun lebih awal untuk menyiapkan sarapan dan begitu bersemangat menyambut pagi yang indah. Oma dan Mas Yangsa juga sudah sibuk menyirami tanaman dan membersihkan pekarangan rumah. "Sarapan sudah siap", ucapku sembari memanggil mereka untuk segera ke ruang makan. Terlihat wajah bahagia oma memandangiku dan Mas Yangsa yang kompak bersama menyajikan oma sarapan. "Terimakasih ya, you berdua sudah temani oma di sini. Finally oma tak lagi merasa sepi sendiri", ucap oma dengan sumringah. Seketika aku dan Mas Yangsa kompak memeluk oma secara bersamaan. "We love you oma, yang penting oma sehat selalu. Kita juga senang sekali ada di dekat oma. Terimakasih ya", ucap Mas Yangsa. Pagi itu terasa begitu membahagiakan. Seperti yang Mas Yangsa katakan, berada di dekat oma memang membuat kami merasa nyaman dan damai.
"Ting tong, ting tong", tiba-tiba terdengar bel depan rumah oma berbunyi. "Aku izin buka pintunya ya", ucapku pada oma di tengah-tengah sarapan kami saat itu. Oma mengangguk setuju kemudian aku pun beranjak sambil menerka siapa kiranya pagi-pagi sudah datang untuk bertamu. Pelan-pelan aku pun membuka pintu.
"Apa? Ternyata itu ayah dan ibu?"
(Bersambung)
KAMU SEDANG MEMBACA
Belum Siap
Romance"Saya terima nikah & kawinnya, Rasakasih Kamelia binti Bapak Samat Bharata dengan mas kawin 100 gram emas dan uang sebesar 1 Miliar Rupiah dibayar tunai. SAH!". Beberapa kali aku replay video pernikahan kami tahun lalu. Terbayang vibes kebahagiaan...