Sudah Siap

79 26 0
                                    

"Saya terima nikah & kawinnya, Rasakasih Kamelia binti Bapak Samat Bharata dengan mas kawin 100 gram emas dan uang sebesar 1 Miliar Rupiah dibayar tunai. SAH!". Beberapa kali ku replay video pernikahan kami tahun lalu. Terbayang vibes kebahagiaan penuh di hari itu. Menikah dengan si cinta pertama dan kuharap bisa jadi cinta terakhirku. Dia yang kini jadi suamiku, Mas Yangsa Wicaksana. Selaku pasangan yang sama-sama berprofesi sebagai konten kreator faktanya tak selalu memberikan jaminan kebahagiaan yang seutuhnya. Kesempurnaan yang kerap terlihat di dunia maya tak jarang malah jauh berbeda dengan kehidupan nyata yang sesungguhnya. Setahun menjadi seorang istri rasanya penuh kejutan. Sering kali aku terbawa perasaan karena kehidupan rumah tangga ternyata tak seindah bayangan ketika pacaran. Apa itu asyik berduaan? Maraton film dan kulineran untuk sekedar quality time. Suamiku yang dulu begitu bucin kini menjelma menjadi sosok yang lain. Terkadang cuek dan bersikap dingin. Sementara aku yang dulu begitu santai dalam segala hal, kini seperti monster api yang mudah sekali emosi. Berharap masih merasakan vibes pengantin baru, Mas Yangsa malah kerap membuatku cemburu sebab fokus dan perhatian dia tak sepenuhnya untukku. Beberapa kali aku jadi flashback lagi ke jaman dulu dan baru aku sadari, sebenarnya Tuhan sudah memberiku banyak kisi-kisi yang super relate dengan kehidupanku saat ini. Mulai dari benih-benih kelakuan suamiku yang sok cool seperti kulkas 7 pintu sampai dengan judgemental keluarganya kepadaku. Tantanganku kini tak cuma menghadapi pertanyaan hari lebaran seperti "Sudah isi belum?" atau menanggapi tuduhan nyinyir dari netizen yang maha benar seperti "Kamu childfree?". Namun lebih kepada harus bisa berdamai dengan keadaan dan segala problematika kehidupan. Ya Tuhan, apa ini ujian? Haruskah aku bersabar? Dengan semua yang sudah kulalui sampai sekarang, mungkinkah sebenarnya aku "Belum Siap"?

Kubaca lagi catatan buku harianku saat itu, tak hanya sendiri namun bersama dengan Mas Yangsa. Sejenak kami saling pandang, dengan mata yang berkaca-kaca kami pun kemudian saling berpelukan. Pada akhirnya aku dan Mas Yangsa seakan menemukan jawaban dari pertanyaan hati kecil kami sebelumnya. Kami siap, harus siap dan berusaha untuk terus siap. Tak ingin lagi galau gundah gulana memikirkan apa kata orang lain, atau emosi tingkat tinggi karena merasa sendiri dan tak dihargai. Kami berusaha untuk kompak menjalani hari kami, menata masa depan indah berdua.

Pagi itu 18 Juni 2023, bertepatan dengan Hari Ayah Sedunia. Dengan sedikit berteriak aku memanggil-manggil suamiku, Mas Yangsa. Terlihat saat itu dia begitu panik dan gemetaran, mengira telah terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. "Ada apa sayang? Kenapa?", tanyanya penuh ketakutan. Seketika aku memeluknya dan kemudian menangis sejadi-jadinya. Dengan tubuh yang tak kalah gemetaran, kuberikan hasil tes kehamilan yang menunjukkan hasil 2 garis. Sejenak Mas Yangsa terdiam seakan tak percaya dengan keajaiban yang diberikan Tuhan hari itu. "Kamu hamil sayang? Benar kan ini positif artinya? Terimakasih Tuhan, terimakasih sayang!", ucap Mas Yangsa sembari kembali erat memelukku. Kami pun sama-sama tak kuasa menahan tangisan haru.

Terima kasih Tuhan. Begitu besar kasih sayang dan kuasamu kepadaku dan Mas Yangsa. Terima kasih sudah memberikan kebahagiaan dengan mempercayakan buah hati. Perjalanan kami masih panjang. Dengan berpegangan tangan, aku dan Mas Yangsa juga buah hati kami akan berusaha untuk selalu bersama. Bersama selamanya. Sampai tua nanti, sampai rambut kami sama-sama memutih.

Rasakasih Kamelia & Mas Yangsa Wicaksana Forever, selalu saling cinta.

(TAMAT)

Belum SiapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang