"Hai, gorgeous! Apa kabar? Kenalin aku Kasih. Sorry, ya kalau sepanjang video yang ada aku keliatan agak kaku dan gak pandai bawa diri. But, this is me. Honestly, aku agak gugup karena ini video pertama aku sendiri. Langsung aja tanpa basa-basi lagi aku mau tutorial makeup sehari-hari. Semoga kalian semua happy. So keep on watching!". Begitulah kurang lebih dengan percobaan beberapa kali aku memulai "opening" konten videoku sendiri. Sejujurnya karena diawali rasa kesal pada Mas Yangsa, membuatku sengaja melakukan hal yang sama dengannya. Berharap dengan terjun juga ke dunianya, kami sama-sama bisa sibuk sendiri dan akhirnya bisa saling merindukan dan menghargai pentingnya quality time di dunia yang sebenarnya. Semalaman aku memikirkan apa yang sekiranya bisa aku lakukan. Sampai akhirnya berangkat dari hobi berdandan dan melakukan riasan membuatku yakin mungkin itu bisa menjadi kesempatan untuk aku dapat dikenal dan membuat orang berkenan untuk menyaksikan. Seharian aku melakukan percobaan pembuatan konten video sendiri. Tak kusangka prosesnya lumayan melelahkan dan cukup banyak menguras waktu. Berkali-kali aku mengulang mulai dari gerakan, ucapan dan seakan tak dapat kepuasan maksimal dengan hasil video yang sudah dengan susah payah dikerjakan. Saat itu akhirnya aku baru merasa, pantas saja Mas Yangsa sering terlihat begitu fokus terkesan tak peduli dengan urusan di sekitar hanya demi mendapat satu muatan video yang bagus.
"Kring kringg kringgg", ponselku berdering pagi itu menunjukkan panggilan telepon dari Mas Yangsa. Sejujurnya aku masih merasa kesal padanya karena sikap menyebalkan dia yang setelah sekian lama tak berkabar dan baru menghubungiku saat itu . Namun, aku tak bisa membohongi perasaanku. Aku merindukannya dan memang menunggu dia menelepon untuk sekedar mencariku. "Iya ada apa?", jawabku dengan nada datar pada panggilan telepon itu. Sepersekian detik terdengar suara Mas Yangsa memekik girang dan memintaku untuk segera bangun dan melihat hasil tak terduga dari konten video pertama yang baru saja aku tayangkan. Betapa terkejutnya dan bagaimana tidak. Dalam kurun waktu semalam video pertamaku itu sudah ditonton oleh ratusan ribu penonton dan disambut dengan baik dan positif. "Oh, jadi begini ya vibesnya kebahagiaan yang lebih dulu dirasakan Mas Yangsa. Pantas saja dia selalu bersemangat untuk dapat terus mengerjakan video-video konten lainnya. Hanya demi terus meraih hati dan dukungan para pengguna jagat maya.
Semenjak hari itu, aku pun ikut asyik dan semangat untuk selalu membuat konten video selayaknya Mas Yangsa. Tak jarang kami berdua membuat satu konten bersama. Mulai dari keseharian bucin kami berdua, kegiatan belajar dan jelajah kuliner rasa sampai tutorial make up yang tak biasa. Kukatakan tak biasa karena kegiatan make up itu dilakukan oleh Mas Yangsa. Awalnya semua hanya dilandasi seru-seruan. Tak menyangka apa yang kami lakukan itu malah bisa memberi kami penghasilan yang cukup lumayan dari endorse-endorse berbagai produk yang datang. Selain itu kami juga bisa mendapat bonus dengan mulai dikenal oleh banyak orang. Misalnya saat membuat konten video di pusat keramaian seperti mall atau resto tak jarang kami sering disapa duluan dan kemudian dimintai foto. Awalnya semua terasa lucu. Tak pernah kami sangka seperti jadi artis dadakan kami larut dalam dunia kepopuleran.
Namun, makin ke sini semua terasa mengganggu. Seakan jadi tak punya privasi, setiap kali pergi ke mana-mana kami jadi sering diikuti. Kadang juga lelah sendiri meladeni permintaan foto banyak orang atau diusik saat kami sedang asyik makan. "Sumpah aku capek harus terus ladenin orang-orang di luaran. Konten kali ini cukup di rumah aja lah. Gak usah kita pergi untuk kulineran atau ke pusat keramaian!", ucap Mas Yangsa padaku di panggilan telepon dengan nada kesal. Sejujurnya aku sedikit kecewa karena seharusnya hari itu kami janjian untuk bertemu dan makan bersama. Tapi, kupikir memang ada benarnya apa yang diucapkan Mas Yangsa. Kami pasti akan terganggu dan seakan tak bisa menikmati quality time berdua.
Awalnya hari itu aku memutuskan untuk berdiam diri di rumah seharian seperti keinginan Mas Yangsa. Namun, melihatku tak ke mana-mana tiba-tiba ayah dan ibu mengajakku pergi bersama mereka. "Ayo adik, ikut ayah dan ibu ke Klinik. Daripada adik diam saja di rumah" ajak ibu kepadaku. "Iya, lulusan kedokteran gigi malah luntang lantung bingung sendiri. Cepat siap-siap sekarang kita berangkat", perintah ayah dengan menyalakan mode tegas. Tak ingin ayah dan ibu terus mengomeliku akhirnya kuturuti permintaan mereka saat itu. Di sepanjang jalan terdengar ayah terus menceramahiku. Seakan tak ingin aku hidup tanpa tujuan ayah memintaku untuk segera bekerja di klinik milik mereka. "Gimana ya bilangnya? Tapi, adik sudah punya passion sendiri. Ngerjain banyak video konten selama ini udah cukup kok ngasih adik penghasilan yang lumayan", jawabku berusaha meyakinkan ayah dan ibu. Sebenarnya mereka memang kurang setuju dengan pilihanku yang lebih condong menjadi konten kreator dibandingkan melanjutkan pekerjaan di dunia kedokteran. Tapi, syukurnya ayah dan ibu bisa sedikit mengerti segala pilihan yang ingin aku jalani, meskipun harus diiringi sedikit omelan dan peringatan tanpa henti. Tak apa selama aku nyaman dengan apa yang kujalani, kurasa mereka akan selalu mendukungku.
"Adik, wah hari ini spesial sekali, seperti mimpi adik bisa datang kesini", ucap kak Miraj datang menyambut aku, ayah dan ibu saat itu. Iya, berbeda denganku yang kurang berkenan melanjutkan pekerjaan di dunia kedokteran. Kak Miraj justru memilih untuk terus menggeluti profesi sebagai seorang dokter dan saat ini membuka praktek spesialis Obstetri dan Ginekologi (Obgyn) atau dikenal sebagai dokter kandungan yang lumayan terkenal di klinik milik ayah dan ibu. Terlihat dari banyaknya pasien yang sudah dari pagi hari mengantri untuk melakukan konsultasi dan pemeriksaan. Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan aku pun sengaja berkeliling dan tiba-tiba saja terpikir untuk dapat membuat video konten saat itu. Dengan berbekal izin dari ayah dan ibu aku pun melakukan pembuatan video review klinik kesehatan milik keluargaku. Tak hanya sebatas mengambil sudut-sudut gambar dan ruangan praktek yang ada. Saat itu aku pun terpikir untuk melakukan wawancara dan tanya jawab seputar kesehatan dengan ayah, ibu dan kak Miraj secara bergantian. Dan setelah seharian melakukan pembuatan video konten, aku pun bersiap kembali ke rumah untuk pulang dan melakukan editing video agar bisa dengan segera menayangkannya. Namun, tiba-tiba aku dikejutkan saat tak sengaja berpapasan dengan seseorang yang wajahnya tak asing. Terlihat dia datang bersama seorang laki-laki seusianya yang berpenampilan nyentrik seperti anak punk. Kulirik berulang kali dan memastikan kembali apa dia benar perempuan yang aku kenal. Sesaat kemudian terlihat dia mendadak menangis histeris dan mengucapkan sesuatu di luar prediksi. "Aku gak mau hamil, aku gak mau sampai beneran hamil! Kamu tanggung jawab!", teriak dia dengan dan menjerit dan kemudian menimbulkan keributan. Ya, Tuhan. Melihatnya memberontak dan menangis tersedu-sedu, dapat dipastikan dengan benar bahwa dia itu seseorang yang aku kenal. Kenyataannya dia adalah Megan adik tiri Mas Yangsa. Seakan tak percaya dengan apa yang baru saja kudengar dari teriakannya membuatku jadi tak menyangka dan bertanya-tanya.
"Apa? Megan hamil? Apa Mas Yangsa sudah mengetahuinya?"
(Bersambung)
KAMU SEDANG MEMBACA
Belum Siap
Romantik"Saya terima nikah & kawinnya, Rasakasih Kamelia binti Bapak Samat Bharata dengan mas kawin 100 gram emas dan uang sebesar 1 Miliar Rupiah dibayar tunai. SAH!". Beberapa kali aku replay video pernikahan kami tahun lalu. Terbayang vibes kebahagiaan...