"Berita kali ini, diketahui sepasang konten kreator yang sejak kemarin sedang hangat dibicarakan, baru saja melakukan klarifikasi bahwa semuanya hoax terkait kejadian emosi sesaat kepergok sedang melakukan cek kandungan. Selidik punya selidik yang hamil nyatanya bukan Kasih melainkan Megan yang diketahui merupakan adik dari Mas Yangsa. Wah, wah, wah. Setelah diulik dan diulik banyak netizen yang memberikan informasi bahwa Mas Yangsa ini sebenarnya tak lebih dari seorang pria matrealistis. Tak seperti Kasih yang lahir dari keluarga super kaya dan keturunan dokter. Nyatanya Mas Yangsa tak seistimewa kekasihnya. Perempuan kalau sudah cinta memang..", seketika kumatikan televisi yang tak henti menayangkan gosip dan pemberitaan liar. Kukira setelah klarifikasi semua akan aman terkendali. Nyatanya tidak. Pemberitaan yang tak jelas malah makin melebar ke mana-mana membuatku tersadar begitu kejamnya media di luar sana.
"Kring kringg kringgg", ponselku berdering menunjukkan panggilan telepon dari Mas Yangsa. "Awi, aku udah dengar barusan beritanya. Kok tega ya mereka. Kita harus gimana?", tanyaku dengan nada kesal. Saat itu Mas Yangsa tak banyak bicara, namun dia memintaku untuk bisa dengan segera menemuinya. Menghindari keramaian dan bertemu banyak orang akhirnya kami memilih untuk tidak bertemu di Mall atau pun Restoran. Kami pun memutuskan untuk janjian bertemu di depan gerbang Sekolah Dasar kami dulu. Kebetulan hari itu adalah hari Minggu, kegiatan sekolah libur dan sudah pasti di sana sepi sehingga tak akan ada banyak orang yang kami temui. "Dulce di sini!", terdengar Mas Yangsa melambaikan tangan sembari memanggilku dari kejauhan. Aku tersenyum kala menemuinya saat itu. Seakan nostagia teringat kenangan manis saat Mas Yangsa mengejarku dan memberikan sebuah buku catatan matematika kepadaku. "Ada apa? Kok kamu senyam-senyum sendiri?", tanya Mas Yangsa keheranan. Aku kembali tersenyum dan kemudian mengatakan padanya kalau aku teringat kenangan indah di masa lalu. Terlihat Mas Yangsa pun ikut tersenyum kepadaku. Sejenak kami pun sama-sama kompak untuk mengingat kenangan indah saat merasakan cinta pertama di Sekolah Dasar dulu.
"Sudah ya, flashbacknya. Aku mau nyampein hal penting sama kamu", ucap Mas Yangsa mendadak menatapku dengan wajah serius. Kemudian aku pun berusaha untuk menyimak apa yang akan disampaikan Mas Yangsa saat itu. Tanpa basa-basi dia mengatakan mulai terganggu dengan gosip-gosip liar yang mengatakan dia seorang pria matrealistis. Selain itu, Mas Yangsa mendesakku untuk mengatakan pada media bahwa semua pemberitaan mengerikan itu tidaklah benar dan seakan ingin aku juga membuktikan dengan menunjukkan semua barang-barang mahal yang telah dia berikan kepadaku agar seluruh dunia tahu, bahwa tak pernah sekalipun Mas Yangsa menuntutku apa-apa malah yang ada dia sering memberiku banyak hadiah. Seketika aku terdiam dan merasa permintaannya itu terkesan aneh dan cenderung tidak seperti sosok Mas Yangsa yang aku kenal cukup bijak dan dewasa. "Harus banget ya beberin semua pemberian dari kamu untuk aku? Nanti yang ada kesannya malah jadi kayak pamer dan berlebihan gak itu? Kurasa lebih baik kita diam saja. Nanti juga mereka semua akan berhenti dan capek sendiri. Percuma kita klarifikasi dan ngomong ke sana ke mari. Yang ada semua media akan terus semakin liar dan ngarang-ngarang berita yang gak karuan", ucapku dengan berusaha menenangkan Mas Yangsa.
"Gak, gak bisa Dulce. Aku gak tahan lagi sama pemberitaan gak jelas yang terus menerus nyudutin aku! Kamu gak rasain yang aku alamin. Belum lagi komentar kejam dari para pengguna dunia maya. Aku gak bisa tahan sama mereka semua! Jadi tolong kamu lakuin yang aku minta. Aku mohon!", ucap Mas Yangsa dengan wajah yang benar-benar memelas. Tak kusangka kejamnya pemberitaan dan pedasnya komentar orang-orang yang tak dikenal bisa merubah seseorang bahkan itu terjadi kepada Mas Yangsa. Padahal sebelumnya dia sering mengingatkanku lebih dulu. Menjalani profesi sebagai konten kreator menuntut kita untuk tahan dengan segala kondisi dan situasi yang belum tentu mengenakkan. Segala hujatan dan segala pemberitaan yang mungkin akan terasa begitu menyakitkan. Kupandangi Mas Yangsa saat itu yang bagaikan anak kecil. Terus menerus merengek memintaku melakukan yang dia inginkan. "Oke, nanti aku lakuin. Cuma aku gak tanggung jawab ya. Kalau ternyata nantinya itu semua gak berhentiin pemberitaan yang ada. Kamu harus siap kalau orang-orang malah semakin jahat berkomentar dan terus menghujat kita", ucapku tegas pada Mas Yangsa. Tanpa pikir panjang Mas Yangsa pun terlihat setuju dan tak menghiraukan peringatanku.
Setelah pertemuan hari itu pun aku kembali pulang ke rumah dan kemudian melakukan apa yang Mas Yangsa inginkan. Kubuat satu konten video yang berisi klarifikasi dengan situasi dan kondisi yang sebenarnya terjadi. Selain itu aku juga menceritakan kebaikan dan memperlihatkan semua pemberian barang-barang dari Mas Yangsa yang sejujurnya itu pun tak sepenuhnya dia berikan secara cuma-cuma melainkan dari jerih payah penghasilan pembuatan konten video kami berdua. Namun, demi melakukan keinginan Mas Yangsa untuk bisa kembali mendapat image baik dan tidak menjadi sorotan negatif para netizen julid yang maha benar dengan segala komentarnya kulakukan itu dengan perasaan kurang nyaman dan sesungguhnya menahan malu. "Sudah aku lakukan ya yang kamu inginkan. Konten video juga sudah mulai ditayangkan", ucapku di panggilan telepon pada Mas Yangsa waktu itu. Seakan lega karena sudah dituruti keinginannya Mas Yangsa pun berkali-kali mengucapkan terimakasih dan tak lagi merengek atau mengeluh seperti sebelum-sebelumnya. Kupikir saat itu ada baiknya juga, karena hubungan kami yang sempat tak sejalan dan beberapa kali terlihat adu argumen bisa kembali adem. Namun, nyatanya itu hanya ketenangan sesaat. Sampai akhirnya semua kembali menjadi tak nyaman saat munculnya pemberitaan-pemberitaan baru yang lebih kejam dan jahat.
Tak hanya Mas Yangsa saat itu aku juga mendapat hujatan nyata. Semuanya bermula dari konten videoku yang menunjukkan semua pemberian Mas Yangsa. Secara tiba-tiba beberapa pihak dari keluarganya menjadi buka suara dan terkesan tak terima. Lucunya Megan si adik tiri Mas Yangsa mendadak muncul di berbagai media bahkan koar-koar bicara seakan sengaja ingin menyudutkanku dengan pemikiran-pemikirannya yang sok tahu. Dengan entengnya dia mengatakan Mas Yangsa banyak berkorban untukku hingga rela keluar banyak uang demi mendapatkan cintaku. Bahkan dengan percaya diri Megan si adik tiri Mas Yangsa itu mendeklarasi bahwa apa yang kukenakan dari ujung kepala sampai ujung kaki adalah usaha dan hasil pengorbanan dari kakaknya. Kupikir saat itu omongan Megan dan tuduhan-tuduhan tak mendasarnya sudah begitu keterlaluan bahkan terkesan berlebihan. Sebenarnya aku sudah tidak terlalu terkejut karena dari awal pun aku tau bagaimana sikap dan perilaku si Megan. Tiba-tiba teringat momen menyebalkan saat dia menuduhku dibelikan tas oleh Mas Yangsa pada waktu pertama kali aku datang ke rumahnya. Jelas-jelas saat itu Mas Yangsa belum punya apa-apa tapi dengan percaya dirinya dia seakan berpikir Mas Yangsa lah yang sudah berusaha dan melakukan segalanya.
Aku mendadak muak dan tak enak rasa, dari awal aku memang tak setuju melakukan keinginan Mas Yangsa dengan dalih untuk membersihkan namanya. Seakan sudah tahu ujungnya bakal seperti itu nantinya, aku pun jadi menyesal dan tak enak hati dibuatnya. Pemberitaan-pemberitaan saat itu pun semakin liar. Sesungguhnya membuatku begitu merasa tak nyaman, kacau dan tak karuan. Menyebalkannya Mas Yangsa mendadak diam seribu bahasa. Seakan tak peduli, dia yang sebelumnya dihujat sana sini terkesan senang jadi tak lagi disudutkan sendiri. Beberapa kali kucoba hubungi Mas Yangsa saat itu. Namun, dia tak menjawabnya bahkan terkesan mengabaikanku. Seakan menghilang dan bahagia di atas perasaan tak nyamanku. Dengan emosi yang tak dapat tertahan lagi, akhirnya kukirimkan pesan pada Mas Yangsa saat itu.
"Hey Awi, jadi ini yang kamu mau? Sengaja bikin aku dihujat banyak orang? Kamu puas sekarang? Bangga? Dasar star syndrome!!!"
(Bersambung)
KAMU SEDANG MEMBACA
Belum Siap
Romansa"Saya terima nikah & kawinnya, Rasakasih Kamelia binti Bapak Samat Bharata dengan mas kawin 100 gram emas dan uang sebesar 1 Miliar Rupiah dibayar tunai. SAH!". Beberapa kali aku replay video pernikahan kami tahun lalu. Terbayang vibes kebahagiaan...