"Iya om, saat ini saya fokus dulu untuk cari uang. Kegiatan saya sudah mulai ngajar-ngajar les privat. Saya juga lagi mulai pelan-pelan untuk bikin video pembelajaran online. Kebetulan antusiasnya lumayan", jawab Mas Yangsa berusaha untuk tetap jujur dan apa adanya. Terlihat ayah dan ibu saling pandang seakan tak puas dengan jawaban yang Mas Yangsa berikan. "Bikin-bikin video online untuk apa? Bukannya itu cuma buang-buang waktu saja?", tanya ayah seakan kembali ingin diyakinkan. Dengan tenang Mas Yangsa pun kembali menjelaskan maksud dan tujuan apapun yang dia lakukan dan kerjakan. Saat itu Mas Yangsa berprinsip, dia mungkin dalam kondisi tak berkecukupan tapi setidaknya dia bisa berusaha untuk memberikan manfaat pada banyak orang. Berawal dari kegemarannya dengan matematika, dia berharap bisa membantu untuk sekedar sharing ilmu kepada beberapa orang yang jauh. Terlihat berulangkali ayah dan ibu mengangguk entah karena mereka setuju atau karena berpikiran hal lain selain itu. Namun kejujuran dan sikap apa adanya dari Mas Yangsa memang selalu membuatku merasa bangga kepadanya. Bagiku apapun yang dia lakukan, aku akan selalu mendukungnya dan tak pernah terpikir olehku untuk sekali saja meremehkannya. Karena aku yakin suatu saat Mas Yangsa akan meraih sendiri kesuksesannya.
"You berdua hanya nanya karena penasaran atau memang gak yakin dengan apa yang dia mau lakuin? Please lah, gak usah terlalu kepo. Biar mereka tumbuh dan sukses dengan caranya sendiri!", terdengar oma mulai kembali mengomeli ayah dan ibu agar tak bertanya terlalu jauh. Bersyukur saat itu oma seakan mengerti perasaanku. Tak ingin kedua orang tuaku terus menyudutkan Mas Yangsa, pada akhirnya mereka pun benar-benar berhenti bertanya sesaat setelah diingatkan oma. Dan semenjak makan malam di hari itu, sedikit terlihat jelas perubahan sikap antara ayah dan ibu kepada Mas Yangsa. Sejujurnya aku bisa memaklumi sikap mereka karena orang tua pasti ingin yang terbaik untuk anaknya. Namun kembali lagi, semua sudah menjadi pilihanku sendiri. Masa depanku adalah Mas Yangsa. Saat itu yang kami miliki tak hanya bermodal kekuatan cinta, tapi juga keyakinan untuk selalu berusaha menghadapi segalanya bersama dan berdua.
Waktu demi waktu terlewati, sesaat setelah datang menemuiku untuk memberikan kejutan saat wisuda. Mas Yangsa pun duluan kembali pulang ke Indonesia. Tak butuh waktu lama, aku pun menyusul untuk pulang setelah benar-benar menyelesaikan semua urusan kuliah. Dengan kebahagiaan dan semangat penuh akhirnya aku bisa kembali bertemu dan berjarak dekat dengan Mas Yangsa. Hari itu setelah kembali melalui perjalanan pulang yang panjang, rasa lelahku seakan hilang sesaat melihat Mas Yangsa menungguku dan menjemputku di Bandara. Aku berlari ke arahnya, lalu kami saling berpelukan. Menjadi salah satu hari yang tak terlupakan. Setelah sekian lama lelah disiksa rindu dan menjalani hubungan jarak jauh, rasanya semua tak menjadi sia-sia begitu kami bisa kembali bertemu dan bersama di hari itu. Kususun berbagai rencana untuk kembali menjalani hari dengannya. "Aku mau ke Toko Buku favorit kita, makan es krim, kulineran dan quality time. Pokoknya everyday is our day", ucapku dengan penuh semangat. Terlihat Mas Yangsa juga sumringah menanggapi ucapanku.
"Salam semuanya, maaf gak seperti video konten belajar biasanya. Kali ini saya mau share ke kalian satu hal yang beda. Kenalin ini, Rasakasih Kamelia. Kalau saya biasanya panggil dia Dulce. Tapi, itu cuma saya yang boleh panggil dia begitu ya. Kalau kalian bisa panggil dia Kasih saja ok? Hari ini saya cuma mau bagiin momen istimewa sama dia. Setelah sekian lama kita LDR dan terpisah, senang sekali akhirnya kita berdua bisa kembali dekat dan bersama". Aku tersenyum melihat Mas Yangsa yang begitu bersemangat untuk terus membuat konten video. Sejujurnya aku tak menyangka seakan menjadi momen yang istimewa. Hari itu Mas Yangsa membuat satu video khusus yang sengaja untuk mengabadikan kebahagiaan kami berdua. Namun, mungkin karena belum terbiasa. Saat itu aku begitu terlihat kaku dan malu-malu. Tak seperti Mas Yangsa yang begitu luwes. Sesekali aku hanya tersenyum dan tersipu saat beberapa kali dia mengajakku mengobrol dan bicara di depan kamera. Tak ada pikiran lain di hatiku saat itu selain hanya mendukung penuh apapun yang Mas Yangsa lakukan. Tapi, semua seakan berubah karena feedback luar biasa yang kami dapatkan. Tak disangka video konten kami berdua di hari itu mendapat atensi yang positif dari banyak penonton. Bahkan viewersnya melebihi konten-konten video Mas Yangsa yang sudah ada sebelumnya. Tak ingin menyia-nyikakan kesempatan dan berharap ada peluang dan jalan untuk meraih kesuksesan. Mas Yangsa pun semakin semangat dan kali ini memintaku untuk turut serta membuat konten video berdua yang tujuannya menghibur. Mulai dari keseharian kami, kulineran berdua sampai belajar bersama.
"Tunggu- tunggu Dulce sayang jangan dimakan dulu. Sebentar! Okay. Yuk makan. Eh, bentar-bentar. Videonya kurang bagus ini. Ulang-ulang", ucap Mas Yangsa berulang kali mengambil angle gambar terbaik sesaat kita akan makan. Sejujurnya saat itu aku mulai merasa risih dengan sikap berlebihan yang dia tunjukkan. Meskipun aku tahu Mas Yangsa sedang semangat-semangatnya membuat konten video dan meraih hati para viewers. "Sudah ya, aku gak mood makan. Udah males duluan. Silahkan kamu ambil gambar sepuasnya. Aku lebih baik pulang saja ya", ucapku kesal pada Mas Yangsa. Seakan tak mendengarkanku terlihat dia terus fokus dan tak peduli kalau aku sudah gahar karena merasa lapar. Kupikir saat itu Mas Yangsa sudah mulai kelewatan. Tanpa basa-basi aku pun meninggalkannya dan beranjak pergi karena sudah habis kesabaran. "Hey, Dulce! Kamu mau ke mana? Gak sopan ya. Kita kan baru mau mulai makan!", teriak Mas Yangsa memanggilku. Mendengarnya aku semakin terbawa perasaan. Dalam beberapa waktu kebelakang kurasa dia memang seakan berubah menjadi menyebalkan. Sengaja aku tak menghiraukannya dan benar-benar pergi berlalu meninggalkannya. Kutoleh ke belakang berharap Mas Yangsa akan menghentikanku. Namun nyatanya tidak. Saat itu Mas Yangsa benar-benar sudah keterlaluan. Punya dunia baru dan asyik sendiri sering membuatnya terkesan tak peduli. Dunia maya seakan dapat dengan mudah merubah kehidupan nyata yang sebenarnya. Membuatku berpikir "Lu jual? Haruskah gua beli?" dan seketika juga membuatku bertanya-tanya dalam hati.
Apa aku harus melakukan hal yang sama menyebalkannya dengan Mas Yangsa?
(Bersambung)
KAMU SEDANG MEMBACA
Belum Siap
Romance"Saya terima nikah & kawinnya, Rasakasih Kamelia binti Bapak Samat Bharata dengan mas kawin 100 gram emas dan uang sebesar 1 Miliar Rupiah dibayar tunai. SAH!". Beberapa kali aku replay video pernikahan kami tahun lalu. Terbayang vibes kebahagiaan...