"Hallo, Awi. Kamu di rumah? Bisa datang ke Klinik ayah dan ibu sekarang? Cepat ya! Aku tunggu, ini darurat", ucapku di panggilan telepon kepada Mas Yangsa. Terdengar panik dan mungkin berpikir ke mana-mana Mas Yangsa berkata akan segera datang menemuiku saat itu juga. Syukurnya tak butuh waktu yang lama dia benar-benar datang menemuiku dengan wajah penasaran. Tanpa lama-lama dan langsung to the point, saat itu kukatakan padanya kejadian apa yang tak sengaja aku lihat dan kemungkinan yang telah terjadi. Seketika Mas Yangsa terkejut bukan kepalang, seakan tak percaya dengan apa yang aku sampaikan. Saat itu aku memintanya untuk tetap tenang dan kami sepakat untuk menunggu di depan ruangan di mana Megan tengah berada di dalamnya. "Itu ruangan praktek kak Miraj. Dengan jelas aku lihat dia masuk didampingi laki-laki seumuran yang gak tau siapa. Kita tunggu aja ya. Kamu tenang. Semoga Megan dalam kondisi baik-baik aja", ucapku pelan berusaha menenangkan Mas Yangsa. Terlihat suasana menjadi tegang dan dingin, beberapa kali Mas Yangsa terlihat tak bisa menyembunyikan raut cemas dan perasaan khawatir di wajahnya. Tak lama benar saja, Megan keluar ruangan tersebut dengan kondisi masih menangis terisak-isak. "Ngapain lu di sini? Siapa orang ini?", tanya Mas Yangsa dengan setengah membentak. Sontak saat itu Megan terlihat begitu tersentak dan seakan tak menduga dengan keberadaan Mas Yangsa di hadapannya. Dia kembali menangis dan histeris, berteriak-teriak sendiri dan kemudian meronta-ronta. Seketika pandangan semua orang jadi terpusat ke arahnya. Tanpa sadar nampak beberapa orang dengan memegang ponselnya seakan sengaja telah merekam suasana tak terduga di hari itu. Entah karena emosi dan terbawa suasana yang sudah terjadi mendadak Mas Yangsa seakan mengamuk meminta beberapa orang iseng yang ada untuk berhenti merekam dengan ponsel mereka. Seakan tak mengerti orang-orang itu malah terus merekam dan menyoroti sikap emosi Mas Yangsa. Mendengar keributan yang ada tiba-tiba terlihat kak Miraj berlari dari dalam ruangannya dan kemudian menghampiri kami. "Kenapa ini semua? Kasih ada apa?", tanya kak Miraj bingung sendiri. Aku hanya menggelengkan kepala dan mengisyaratkan pada kak Miraj untuk tidak ikut khawatir dan meyakinkan semua baik-baik saja. Sesaat itu aku berbisik pada Mas Yangsa untuk dapat menepi dan membicarakan baik-baik permasalahan yang ada.
"Jadi lu hamil? Beneran hamil?? Kok bisa lu gak berhenti untuk ngecewain???", tanya Mas Yangsa dengan penuh emosi pada Megan. Terlihat dia hanya terus menangis tersedu-sedu dan diam seribu bahasa. Saat itu ada kak Miraj juga ikut serta bicara dengan kami semua di dalam ruangannya. Dengan tenang kak Miraj pun menyampaikan apa yang sudah terjadi sebenarnya. "Sorry, seharusnya bukan kewenangan kakak untuk mengatakan ini semua. Tapi karena Megan ini adalah adik Mas Yangsa, maka ada baiknya kakak jelasin kebenarannya. Tapi, tolong jangan pakai emosi. Itu bisa pengaruh ke kondisi Megan dan bayinya", ucap kak Miraj berusaha untuk menenangkan suasana. Terlihat Mas Yangsa menahan emosinya sesaat mendengar semua kenyataan pahit yang dijelaskan kak Miraj. Megan dalam kondisi positif hamil 8 minggu atau lebih kurang sudah memasuki usia kehamilan 2 bulan. Dan kemungkinan laki-laki yang sedang bersama Megan saat itu adalah ayah dari anak yang dikandungnya. "Mengejutkan, luar biasa! Lu mau jadi apa? Tega ya lu terus-terusan bikin semuanya kacau", ucap Mas Yangsa lagi-lagi tak bisa menahan emosi. Tak ada yang bisa Megan katakan saat itu selain terdiam dan menangis tersedu-sedu. Aku dan kak Miraj juga tak bisa melakukan apa-apa selain hanya berusaha menenangkan Mas Yangsa.
Situasi yang benar-benar tak terduga saat itu begitu membuat Mas Yangsa terpukul dan tak bisa memikirkan bagaimana yang terjadi di masa depan. Tanpa disengaja pun kak Miraj akhirnya tahu kondisi keluarga Mas Yangsa yang sebenarnya. Lambat laun pasti semuanya akan mengetahui segala problematika keluarganya. Seakan belum siap, kami pun bingung bagaimana nanti harus menjelaskannya. Kak Miraj mungkin dengan pikiran dan tangan terbuka masih akan menerima Mas Yangsa. Namun, entah bagaimana dengan orangtuaku yang belum tentu bisa dengan penuh kepercayaan merestui hubunganku dengannya. Terlihat begitu susahnya Mas Yangsa berjuang untuk mendapatkan hati mereka. Seakan semuanya mungkin akan jadi sia-sia begitu ayah dan ibu tahu bagaimana kondisi keluarga Mas Yangsa yang sebenarnya. "Aku inget banget kata-kata ibu kamu waktu kita makan malam di hari itu. Jelas-jelas waktu itu perempuan yang dimaksud di cerita itu adalah Megan kan. Perempuan histeris di Restoran yang jadi pusat perhatian. Sampai aku inget banget, ibumu bilang bergidik melihat kelakuan perempuan yang beliau gak tahu kalau itu adalah Megan adik tiri aku. Jangankan jadi menantu untuk bisa masuk di lingkungan keluarga kalian saja rasanya gak akan mungkin", ucap Mas Yangsa kembali mengulang kata-kata menyakitkan dari Ibu waktu itu. Sejenak aku terdiam sembari mengelus-elus punggungnya dan berusaha untuk terus menenangkannya. "Maafin kata-kata gak enak dari ibu ya. Aku juga menyesal kamu dengar dan sadar cerita yang sebenarnya dari itu semua. Tapi, bukan mau ngebela di situ kan ibu gak tau kenyataan yang sebenarnya kalau perempuan itu adalah Megan adik tiri kamu. Sudah ya, jangan diingat terus. Maafin aku!", ucapku pelan dan terus berusaha menenangkan Mas Yangsa.
Setelah melalui suasananya panas dan situasi benar-benar penuh dengan emosi. Kami semua pun memutuskan untuk bisa menyelesaikan baik-baik segala permasalahan yang terjadi. Mungkin siapapun tak akan pernah siap dan menginginkan berada dalam kondisi demikian. Namun akhirnya kami percaya segala sesuatu pasti sudah sesuai takdirnya. Tuhan pasti tahu yang terbaik untuk setiap umatnya. Mungkin Megan pelan-pelan bisa belajar dengan pengalaman yang ada. Mas Yangsa pun kemudian meminta maaf dan memeluk kak Miraj karena menyesalkan dengan apa yang sudah terjadi. Syukurnya kak Miraj yang bijak dan dewasa justru mengingatkan Mas Yangsa untuk terus bersemangat dan terus menjalani kehidupan dan masa depan kami berdua. "Terimakasih ya kak. Tolong kasih aku waktu ya. Pelan-pelan aku akan bicara yang sebenarnya sama ayah dan ibu. Semoga mereka bisa menerima aku dan segala aib keluargaku", ucap Mas Yangsa berusaha menahan tangisnya. Terlihat kak Miraj kembali memeluknya dan memberikan semangat untuk kami berdua bisa melewati ini semua.
Keesokan harinya, di pagi itu. "Adik bangun adik!", terdengar suara ayah dan ibu mengetuk pintu kamarku. Aku pun terbangun dan segera menghampiri mereka saat itu. Begitu kubuka pintu, ayah dan ibu langsung menyalakan televisi di kamarku. Terlihat di pagi itu di salah satu program tv sedang menayangkan berita gosip. "Adik ini apa maksudnya?", seketika aku mengucek mataku untuk benar-benar memastikan hal mengejutkan yang baru saja aku lihat. Terpampang jelas situasi kemarin saat Mas Yangsa penuh emosi pada Megan. Namun narasi yang disebutkan adalah "Sepasang konten kreator yang baru saja melejit diketahui sedang ribut-ribut di sebuah klinik kandungan. Diperkirakan kondisi aku yang tengah hamil tak terduga". Aku benar-benar terperanjat dengan berita jahat yang begitu dengan mudah mencuat. Tanpa adanya konfirmasi lebih dulu dan memastikan kebenaran yang ada. "Adik jawab! Apa maksudnya ini semua. Ini kemarin kan waktu kamu ikut ke Klinik sama ayah dan ibu? Kok tiba-tiba Mas Yangsa ngamuk-ngamuk di situ? Terus itu maksudnya apa? Tiba-tiba kamu kok bisa dibilang hamil?, tanya ayah tanpa jeda. Dengan menarik nafas panjang. Mendadak saat itu aku jadi pusing tak karuan. Seketika kesal dan baru kali itu kurasakan.
Begini ya sadisnya gosip-gosip liar? Kok tega ya orang-orang sengaja bikin hoax demi suatu pemberitaan?
(Bersambung)
KAMU SEDANG MEMBACA
Belum Siap
Romance"Saya terima nikah & kawinnya, Rasakasih Kamelia binti Bapak Samat Bharata dengan mas kawin 100 gram emas dan uang sebesar 1 Miliar Rupiah dibayar tunai. SAH!". Beberapa kali aku replay video pernikahan kami tahun lalu. Terbayang vibes kebahagiaan...