"Saya terima nikahnya Megan Jelita dengan mas kawin 50 gram emas dibayar tunai", "Sah!". Hari itu 23 Februari 2020 bertepatan dengan hari ulang tahunnya. Kak Miraj resmi menjadi sepasang suami istri dengan Megan Jelita yang merupakan teman satu sekolahku di SMA. Memang sejujurnya tak banyak yang bisa kuceritakan tentang kisah cinta mereka berdua. Sebab bagaikan cinta yang kilat, baru saja kemarin rasanya kak Miraj mengungkapkan dia sedang jatuh cinta lalu dalam kurun waktu tak sampai satu tahun kak Miraj langsung bergerak dengan cepat untuk melamar dan akhirnya menikahi pujaan hatinya. "Selamat ya, sungguh aku bahagia banget lihat kalian yang berakhir di pelaminan. Aku titip kakakku ya Jelita, tolong cintai dan dampingi kak Miraj seumur hidupnya", bisikku pelan padanya yang telah resmi jadi kakak iparku saat itu. Saat itu kami bertiga berpelukan dan larut dalam suasana yang penuh dengan kebahagiaan. Demikian juga ayah dan ibu yang memandangi kami dengan memancarkan wajah bahagia. Seakan saat itu mereka begitu ikhlas melepas anak pertamanya melangkah ke kehidupan yang sesungguhnya. "Adik, di mana Mas Yangsa? Dari tadi gak keliatan keberadaannya?", tanya kak Miraj berbisik kepadaku. Aku hanya tersenyum palsu sembari menggeleng-gelengkan kepalaku. Sudah kutebak endingnya, saat itu bahkan di hari pernikahan kakak kandungku. Mas Yangsa tidak akan datang karena berbagai alasan yang salah satunya adalah "sibuk". Saat itu aku sudah terbiasa menghadapi sikap acuh tak acuh dari Mas Yangsa. Meskipun agak sulit kuterima, terima bagaimana saat aku berusaha dan bersusah payah mendampingi dia menyiapkan pernikahan saudara tirinya yang tercinta yaitu si Megan Geni yang masih mendekam di penjara untuk mempertanggungjawabkan kelakuannya. Mohon maaf mungkin bahasaku terdengar begitu kejam. Namun, kurasa itu sepadan dengan perlakuan Mas Yangsa kepadaku dan juga keluargaku saat itu. Jangankan untuk membantu segala persiapan, dengan begitu tega bisa-bisanya dia tak datang atau berusaha untuk sekedar "hadir" di salah satu acara penting di hidupku.
"Dan, kita tiba di akhir acara resepsi hari ini. Tak lama lagi, waktunya pelemparan bunga pengantin. Coba yang masih single bisa merapat dan berbaris dengan segera. Siapa beruntung mendapatkan bunga ini, diharapkan bisa secepatnya menyusul menjadi pengantin juga", ucap MC pernikahan kak Miraj dengan penuh semangat. Beberapa gadis-gadis dan pria-pria yang mengaku single terlihat benar-benar berbaris untuk kemudian bisa beruntung meraih lemparan bunga pengantin. Tak seperti mereka yang begitu antusias, saat itu aku hanya terdiam santai di belakang keramaian sembari menyeruput segelas minuman. "Satu, dua, tiga!", terdengar kompak semua orang berteriak berusaha mendapatkan bunga itu. Lalu kemudian tak disangka, bunga itu bisa diraih seorang pria. Dengan ditutupi banyak orang pria itu berusaha keluar dari kerumunan. "Hah? Pria yang meraih bunga itu adalah Mas Yangsa?". Aku tertawa kesal melihat dia yang ternyata datang juga. Tapi, tiba-tiba aku dibuat bingung dengan suasana yang tadinya ramai mendadak berubah hening. Saat itu lampu menyorot kepada Mas Yangsa. Terlihat beberapa orang-orang yang sebelumnya berebut bunga pengantin kemudian melakukan gerakan kompak dan berbarengan seakan menari bersama. Terdengar juga iringan musik dan nyanyian romantis yang liriknya begitu aku suka. "Jangan kau tolak dan buatku hancur. Ku tak akan mengulang tuk meminta. Satu keyakinan hatiku ini. Aku lah yang terbaik untukmu. Dengarkanlah, wanita impianku. Malam ini akan kusampaikan. Janji suci satu untuk selamanya. Dengarkanlah kesungguhan ini. Aku ingin mempersuntingmu. Tuk yang pertama dan terakhir". Tiba-tiba di layar proyektor muncul beberapa slide fotoku berdua dengan Mas Yangsa. Bersamaan dengan alunan musik yang diiringi lantunan nyanyian juga. Saat itu aku benar-benar tak menyangka. Apa maksudnya itu semua. Belum sempat mendapatkan jawabannya. Aku kembali dibuat terperangah sesaat kulihat lampu kembali menyorot Mas Yangsa yang saat itu sudah berlutut di hadapanku sembari membuka sekotak perhiasan berisi cincin. "Kasih, will you marry me?", ucap Mas Yangsa dengan mata berkaca-kaca.
Berkali-kali aku mengira itu mimpi, namun saat kulihat sekeliling. Terlihat jelas semua berkumpul saat itu. Ada oma, ayah, ibu, kak Miraj dan istrinya, juga bapak beserta Kristal adik kandungnya Mas Yangsa. Saat itu aku benar-benar tak bisa berkata apa-apa. Nyatanya Mas Yangsa sengaja merencanakan itu semua. Dengan sungguh-sungguh berusaha Mas Yangsa bagai mengabulkan impianku yang ingin di lamar di malam pernikahan kakakku. Teringat waktu awal-awal pacaran aku sering mengatakan itu padanya. Tak kusangka semua dilakukan Mas Yangsa sedetail-detailnya bayangan impianku. Seketika aku menangis terharu. Lalu kemudian Mas Yangsa berusaha meraih dan menggenggam tanganku. "Kasih, kamu mau kan nikah sama aku?", ucap Mas Yangsa kembali bertanya kepadaku. Saat itu aku pun mengangguk tanda setuju. "She said yes!!", teriak Mas Yangsa melompat dengan girang. Kami semua pun seketika tertawa melihatnya.
"Adik, maaf ya. Kita sebenarnya gak tega lihat adik seharian kesal menunggu Mas Yangsa. Tapi, ini semua demi kejutan untuk adik juga", ucap ibu sembari memelukku. Saat itu aku hanya menangis sembari tertawa menandakan aku begitu merasa bahagia. Kemudian, oma, ayah, kak Miraj dan semuanya bergantian mengucapkan selamat dan memelukku. Masih tak menyangka dan tak menduga sebelumnya kejutan yang memberiku kebahagiaan luar biasa itu semua sengaja dilakukan Mas Yangsa. "Terimakasih ya, aku kira kamu gak akan inget impian-impian yang dulu sering aku katakan. Aku juga gak nyangka kamu lakuin ini semua", ucapku dengan tatapan dalam pada Mas Yangsa. Sejenak dia tersenyum manis kepadaku dan kemudian mengelus-elus kepalaku. "Aku gak mungkin lupa. Itu bukan cuma impian kamu. Tapi, impian aku juga yang harus sama-sama kita wujudkan. Maaf ya, sempat bikin kamu kesal", jawab Mas Yangsa dengan lemah lembut kepadaku. Aku kembali tersenyum lebar. Tak kusangka, akhirnya kami bisa kembali merasakan momen-momen manis dan romantis. Beberapa waktu kebelakang kami sibuk masing-masing dengan segala urusan. Sempat terpikir apa itu yang benar-benar kami inginkan. Apakah hubungan ini layak untuk terus dilanjutkan. Sampai akhirnya hari itu, Mas Yangsa kembali meyakinkanku. Aku sungguh mencintainya, dan dia juga terlihat sama. Berharap cinta kami selamanya. Aku tak henti-hentinya tersenyum memandangi Mas Yangsa. Terbayang-bayang kembali manisnya cerita kami berdua. Namun, seketika aku kembali merasa kecewa. Sesaat kelakuannya yang kembali tak terduga. "Gimana sih? Masa momen terakhir yang paling pentingnya bisa gak kerekam? Kan gua bilang dapetin momennya semuanya yang bagus. Kalau kaya gini gimana? Masa gua harus reka adegan lagi? Gak mungkin kan!", ucap Mas Yangsa sembari marah-marah dengan salah satu tim kreatornya. Mendengarnya seketika aku pun jadi berpikir jauh dan kembali bertanya-tanya. Jadi yang baru saja dia lakukan. Momen manis dan romantis yang terlihat penuh dengan persiapan. Tak lebih dari strategi Mas Yangsa.
"Jadi, semuanya cuma untuk konten belaka? Sesungguhnya kamu gak benar-benar melakukan itu untuk aku ya?"
(Bersambung)
KAMU SEDANG MEMBACA
Belum Siap
Romance"Saya terima nikah & kawinnya, Rasakasih Kamelia binti Bapak Samat Bharata dengan mas kawin 100 gram emas dan uang sebesar 1 Miliar Rupiah dibayar tunai. SAH!". Beberapa kali aku replay video pernikahan kami tahun lalu. Terbayang vibes kebahagiaan...