"Aku lihat sendiri, perempuan itu pasiennya juga di Klinik. Dia terus cari perhatian kak Miraj. Bahkan sampai tega kirim-kirim pesan berupa foto-foto menggoda yang bener-bener gak pantas. Aku sakit hati Kasih. Awalnya kakak kamu mungkin gak berniat untuk meladeni dia. Tapi, melihat perempuan itu terus berusaha mungkin suatu saat kakak kamu bakal tergoda juga. Aku harus gimana?", ucap Jelita seakan putus asa. Aku menarik napas panjang, berusaha mencerna semua yang Jelita sampaikan. "Oh, jadi perempuan itu yang kegatelan sama kakak? Tapi, kak Miraj gak terlihat merespon dia kan? Hmm, siapa perempuan itu? Kamu kenal sama dia?", tanyaku mulai emosi dan penasaran. Dengan terisak-isak Jelita pun kembali menceritakan juga menjelaskan. Perempuan genit yang terus berusaha menggoda kak Miraj itu adalah si Anika Gerah seorang selebgram yang dikenal dengan imagenya yang sexy parah. Aku kembali menarik napas panjang. Bisa-bisanya kami berurusan dengan perempuan nakal yang memang terkenal dengan kelakuannya yang kontroversial. "Ok, kamu tenang. Sekarang kita samperin dia aja ya. Biar dia tahu kak Miraj udah punya istri. Biar ke depannya dia juga bisa jaga sikapnya sendiri", ucapku santai berusaha untuk terus menenangkan Jelita.
Selepas mandi dan bersiap-siap aku pun kompak pergi bersama Jelita untuk menemui perempuan penggoda alias si Anika Gerah itu. Tanpa gentar kami melangkah dengan keyakinan penuh untuk bisa memperingatkan dan mengajari perempuan itu untuk lebih tahu diri dan tak menjadi biang masalah di rumah tangga kak Miraj dan istrinya. Dengan berbekal melihat lokasi postingan terakhir di sosial medianya kami pun meluncur untuk segera mendatanginya. Syukurnya saat itu dia masih berada di sana. Di sebuah Bar dan Restoran yang terkenal buka 24 jam. Terlihat dia sedang asyik minum dan mungkin belum pulang dari nongkrong semalaman. "Benar ini dia Kasih. Dia ini pelakunya, perempuan kecentilan yang sukanya godain suami orang!", teriak Jelita dengan penuh emosi sembari menunjuk-nunjuk perempuan itu. Seketika beberapa orang terlihat reflek memandangi kami. Sontak si Anika Gerah itu tak kalah emosi, merasa tak mengenal kami. Dia juga berteriak mengatakan kami orang asing yang tidak punya sopan santun. Beberapa kali kami terlihat cekcok dan terlibat dalam suasana keributan. Seakan tak ingin menyerah Jelita terus saja memaki-maki si Anika. Namun, Anika terkesan tak merasa salah dan tak mau menerima. Di situ aku pun mulai mengambil peran. Dengan santai kukatakan pada Anika. "Jadi perempuan mahal memang susah. Yang mudah itu jadi perempuan murah. Diobral ke sana sini. Bangga jadi barang murahan!", ucapku dengan kata-kata santai namun terkesan pedas. Mendengarku bilang begitu si Anika Gerah Selebgram Kontroversial pun jadi tersulut emosi. Tak ingin kalah, dia memaki-maki kami dengan kata-kata kasar. Sempat-sempatnya pula dia membuka jaketnya dan terlihat hanya menggunakan pakaian dalam sembari marah-marah dengan penuh penghayatan. Saat itu aku hanya tertawa, kupikir perempuan itu memang gila. Urat malunya sudah putus, bertindak tak wajar dan merasa keren. Saat itu kami terus terlibat keributan, tanpa sadar beberapa orang yang melihat dengan iseng merekam kami yang terus saling adu argumen.
"Sudah ya, intinya gua cuma ingetin aja. Lu jaga diri. Jadi perempuan jangan murahan. Laki-laki yang terus lu goda itu jelas-jelas udah punya istri. Jadi please. Jangan ganggu keluarga gua!", ucapku dengan nada datar namun penuh peringatan. Bukannya takut si Anika Gerah itu malah makin menantangku. Terlihat makin berani dia malah ngotot yang dilakukannya itu biasa dan tak terkesan salah. Bahkan dengan kurang ajarnya dia meledekku. Akan menggoda semua keluargaku. Mulai dari ayah, kakak bahkan pacarku. Seketika aku benar-benar marah saat itu. Perempuan itu benar-benar tidak tahu diri. Merasa dirinya begitu cantik dan sexy. Melihat aku kesal dan terus adu mulut dengan si Anika. Jelita pun semakin tersulut emosi dan tanpa sadar, tamparan keras mendarat di pipi Anika. Sontak aku terkejut, Jelita yang ku kenal lemah lembut terlihat begitu tak tahan lagi menahan emosi tingkat tinggi. Tak ingin semakin panas dan di luar batas. Aku pun menarik Jelita dan mengajaknya untuk segera pergi. Syukurnya Jelita cepat sadar dan menurutiku untuk meninggalkan perempuan laknat itu.
Di perjalanan pulang aku dan Jelita menangis tersedu-sedu. Sebagai perempuan kami begitu merasa terhina saat itu. Menghadapi perempuan yang begitu dajjal (mohon maaf jadi keluar perkataan kasar). Saking tak tahan dengan emosi meledak yang saat itu kami rasakan. Aku dan Jelita terlihat begitu susah payah untuk saling menguatkan. Kami pun bersiap dengan segala kemungkinan. Salah satunya pemberitaan liar yang akan segera menjerat kami sekeluarga. Sesampai di rumah aku pun meminta Jelita untuk tetap tinggal. Dengan tubuh kami yang masih gemetaran saat itu aku cuma terpikir untuk menghubungi semua orang-orang yang kusayang. Ku telepon secara bergantian, mulai dari ayah, ibu, kak Miraj juga Mas Yangsa. Dengan segera aku meminta mereka untuk segera datang menemuiku dan Jelita. Terdengar dengan jelas respon cemas dan khawatir dari semuanya. Terutama dari ayah dan ibu yang terus menanyakan keadaanku dan Jelita dan terus memastikan apa kami benar-benar baik-baik saja. Tak lama satu persatu datang menemui kami dengan segera, sampai semuanya lengkap dan berkumpul. Pelan-pelan aku dan Jelita pun mulai menceritakan semuanya. Terlihat wajah yang begitu kaget juga tak menyangka dengan apa yang baru saja aku dan Jelita lakukan. Ayah dan ibu begitu cemas dan langsung duduk tersandar. Sementara kak Miraj tak kalah emosi dan beberapa kali memperingatkan bahwa kekhawatiran istrinya Jelita seakan begitu berlebihan. Berbeda dengan Mas Yangsa, dia hanya terdiam namun menatapku dengan tatapan yang begitu tajam. Seakan mau menerkamku, dia terlihat begitu menyesali dengan semua yang telah terjadi. Suasana saat itu begitu kacau balau. Tapi, sejujurnya aku tak menyesali apa yang sudah aku lakukan. Kupikir perempuan kurang ajar itu memang pantas diberikan pelajaran. Meskipun dia tetap tak mau disalahkan. Di tengah-tengah semuanya yang menyudutkan sikap yang aku dan Jelita lakukan, aku tetap terlihat santai namun tetap merasa benar dengan segala pilihan yang sudah aku lakukan. Dengan penuh keyakinan aku pun mengatakan siap menerima konsekuensi dan mempertanggung jawabkan semua yang sudah kulakukan. Siap menerima kembali berbagai hujatan yang begitu kejam dan siap dengan segala keburukan yang mungkin akan aku dapatkan. Mendengarku terus percaya diri dan tak takut dengan segala kemungkinan, terlihat Mas Yangsa begitu emosi dan tak bisa menahannya lagi. Tanpa terduga Mas Yangsa seakan tak sadar dan berteriak ke arahku.
"Kamu pikir yang kamu lakuin itu hebat? Kenapa bangga setelah cari gara-gara? Kamu lupa? Kita punya tujuan. Kita mau nikah Kasih!!! Kamu gak takut itu bakal berpengaruh buruk sama rencana kita???"
*Seketika semuanya hening dan terdiam*
(Bersambung)
KAMU SEDANG MEMBACA
Belum Siap
Romance"Saya terima nikah & kawinnya, Rasakasih Kamelia binti Bapak Samat Bharata dengan mas kawin 100 gram emas dan uang sebesar 1 Miliar Rupiah dibayar tunai. SAH!". Beberapa kali aku replay video pernikahan kami tahun lalu. Terbayang vibes kebahagiaan...