"Gak lah. Kan ayah dan ibu tahu kemarin adik di Klinik ngerjain konten video. Ini murni kelakuan oknum-oknum yang gak bertanggung jawab!", jawabku kesal pada ayah dan ibu. Saat itu aku masih linglung karena baru bangun tidur dan jadi sulit berpikir jernih bagaimana harus menyampaikan semuanya pada orangtuaku. "Ting tong, ting tong", tiba-tiba suara bel pintu rumah berbunyi. Seakan tahu harus melakukan apa, ternyata itu Mas Yangsa yang datang ingin bertemu orangtuaku. Syukurnya ayah dan ibu masih mau menerima kehadiran Mas Yangsa dan memberikan dia kesempatan untuk menjelaskan semuanya. "Mohon maaf ya sebelumnya om dan tante. Saya juga gak nyangka berita hoax yang beredar bisa begitu luas menyebar. Saya di sini mau klarikasi kejadian kemarin yang sebenar-benarnya. Tanpa mengurangi rasa hormat saya sama om dan tante. Saya mohon apa yang nantinya saya sampaikan bisa om dan tante terima dan dapat mengizinkan saya untuk terus menjalani hubungan dengan Kasih", pinta Mas Yangsa saat itu dengan wajah memelas. Terlihat ayah dan ibu mengangguk tanda setuju dan mau mendengarkan semua penjelasan dari Mas Yangsa saat itu. Tanpa ada lagi yang ditutup-tutupi Mas Yangsa menceritakan semua apa yang sudah terjadi. Mulai dari kondisi keluarganya. Status Megan sebagai adik tirinya sampai kenyataan yang harus diterima yakni kehamilan tanpa terduga dari Megan. Seakan pasrah, Mas Yangsa terus meminta maaf pada ayah dan ibu. Tak ingin berhenti untuk mencintaiku, dia juga terus meyakinkan bahwa yang terjadi pada keluarganya tak akan pernah mempengaruhi hubungan kami. Sedikit menahan tangis, lagi dan lagi Mas Yangsa memohon agar ayah dan ibu tak memisahkan kami berdua.
"Baik, terimakasih kamu sudah jujur dan cerita semuanya. Semua orang tua pasti mau yang terbaik untuk anaknya. Jujur saja saya pribadi awalnya belum bisa percaya dan yakin sepenuhnya sama kamu. Tapi, melihat berbagai usaha kamu memperjuangkan Kasih dan sikap kamu yang menunjukkan itikad baik selama ini. Saya berusaha untuk yakin kamu yang memang terbaik untuk anak saya. Tapi ingat! Jangan sekali-kali kamu menyakiti atau kecewakan dia. Kamu paham?", ucap ayah tegas dan lugas pada Mas Yangsa. Dengan mata berkaca-kaca Mas Yangsa tak percaya ayah dan ibu bisa menerima segala aib keluarga dia yang sebenarnya. Dengan reflek Mas Yangsa lalu meraih tangan ayah dan ibu lalu seketika menciumnya saat itu dan kemudian menangis tersedu-sedu di pangkuan mereka. Pemandangan itu tak akan pernah terlupakan. Tanpa disangka ayah dan ibu juga dengan tangan terbuka mau terus merangkul Mas Yangsa. Kami pun larut dalam suasana haru. Ayah dan ibu menepuk-nepuk bahu Mas Yangsa dan berusaha juga untuk menguatkannya.
"Ting tong, ting tong", tiba-tiba terdengar kembali suara bel rumah berbunyi. Aku berlari ke arah pintu untuk segera membukanya. Ternyata oma yang datang dengan wajah marah dan tak menyapaku seperti biasanya. Terlihat oma melewatiku dan langsung masuk ke dalam rumah. Begitu mendapati Mas Yangsa ada di antara kami semua, oma langsung berteriak menghampirinya. Dengan penuh emosi oma berulangkali memukuli Mas Yangsa dengan tas di tangannya. Kami semua bingung dengan apa yang terjadi dengan oma. Sesaat baru sadar setelah oma berteriak dan memaki-maki Mas Yangsa. "Pantas ya, beberapa hari ini I jadi gak enak hati. Gelisah gak ngerti sama apa yang akan terjadi. Itu feeling orang tua ternyata. Anak sialan! Dikasih kepercayaan you malah tega khianatin. Berani-beraninya you sampai hamilin anak orang! Bajingan! Sialan!", teriak oma berulangkali memaki Mas Yangsa sembari terus memukulinya. Kami semua panik tak menyangka reaksi oma begitu dahsyat luar biasa. "Tunggu, oma tunggu! Saya bisa jelasin! Itu hoax oma. Percaya saya. Gak mungkin saya lakuin sesuatu yang gak baik sama Kasih", ucap Mas Yangsa sembari menahan sakit karen dipukuli oma. Ayah, ibu dan aku terus berusaha melerai oma yang penuh emosi dengan Mas Yangsa. Sedikit lebih tenang, oma pun terduduk diam. Pelan-pelan Mas Yangsa pun menghampiri oma saat itu. Dia meraih tangan oma lalu berusaha untuk juga kembali menjelaskan semuanya pada oma. "Jadi itu semua gak benar? Kasih? You gak sampai hamil kaya pemberitaan yang beredar kan?", tanya oma sesaat mendengar semua penjelasan Mas Yangsa. Aku hanya mengangguk dan tak bisa berkata-kata selain karena takut pada oma, mendadak aku jadi teringat kembali kenangan dulu saat oma juga memukuliku karena nakal di waktu kecil. "Sorry, I tadi emosi. Gak seharusnya I sampai begitu. Sakit ya pasti. Sorry sekali lagi ya!", ucap oma mengakui kesalahannya. Mas Yangsa pun tetap tersenyum seakan sakit yang dia rasa tak ada apa-apanya dengan rasa syukur karena keluargaku tetap bisa menerima kondisi dia dan keluarganya.
"Jadi oma sengaja datang tiba-tiba dari luar kota hanya karena perasaan gak enak hati tanpa alasan?", tanyaku pelan pada oma sesaat suasana telah kembali tenang. "Iya, gak tau kenapa. Feeling oma beberapa hari ini beda. Makanya oma ambil flight pagi-pagi dan datang ke sini hari ini. Tapi, tadi pas di jalan oma gak sengaja lihat pemberitaan di televisi tentang kalian. Wah, langsung spanning oma dibuatnya!", jawab oma sambil tertawa. Seketika aku pun jadi takjub, selain bijak oma juga feeling yang begitu kuat. Syukurnya itu semua tak sesuai dengan kenyataan yang ada. Permasalahan yang terjadi pelan-pelan bisa dijelaskan dan diselesaikan. Yang tersisa adalah penyelesaian kami untuk juga klarifikasi di media. Tak ingin pemberitaan yang ada terus menyebar liar dan semakin tak terduga. Aku dan Mas Yangsa pun memutuskan untuk menjelaskan semuanya.
"Salam semua, di video kali ini izinkan saya bersama Kasih untuk menjelaskan yang sebenarnya-benarnya. Mengenai pemberitaan yang beredar liar di luar sana itu semua bisa dipastikan hoax ya. Saya dan Kasih memang terlihat bersama di Klinik kandungan kemarin. Awalnya di sana Kasih cuma melakukan pembuatan konten video. Nanti videonya juga akan segera ditayangkan. Nah, untuk narasi yang terjadi seakan saya marah-marah dan emosi itu benar ya. Tapi, bukan karena emosi ketahuan mengantar Kasih cek kandungan seperti pemberitaan yang beredar. Faktanya itu saya marah dengan adik saya, Megan. Dengan memohon maaf dan mungkin mengecewakan banyak orang. Tanpa saya harus jelaskan lebih detail bisa ditarik kesimpulan sendiri artinya apa saya bisa begitu marah dengan adik saya saat itu. Jadi saya mohon untuk pemberitaan yang begitu kejam menyudutkan saya dan Kasih mohon untuk distop dan dihentikan. Sekali lagi kami mohon maaf dan sekian", ucap Mas Yangsa menyudahi konten video klarifikasi kami saat itu. Sedikit lega setidaknya kami sudah berusaha untuk menjelaskan semua mulai dari keluargaku dan semua media. Berharap situasi bisa kembali tenang dan terkendali.
"Kring kringg kringg", tiba-tiba panggilan ponsel Mas Yangsa berdering dan langsung dijawabnya saat itu. Sepersekian detik setelah menerima panggilan telepon itu, Mas Yangsa kemudian menatapku sendu. "Aku harus pulang sekarang. Megan ngamuk di rumah. Aku belum sempet bilang apa-apa sama bapak. Kasian bapak pasti kepikiran", ucap Mas Yangsa dengan wajah panik. Seketika aku bingung sendiri. Kukira Mas Yangsa sudah menceritakan semua terlebih dahulu dengan keluarganya. Dan keputusan besar untuk menjelaskan kepada media bahwa Megan adik tirinya hamil tak terduga sudah berdasarkan persetujuan mereka. Saat itu aku jadi tak sepaham dengan Mas Yangsa. Seharusnya dia bisa bicara lebih dulu dengan keluarganya. Seketika feelingku jadi tak enak.
Bagaimana kalau nyatanya keluarga Mas Yangsa yang justru tak bisa terima dengan kenyataan sebenarnya?
(Bersambung)
KAMU SEDANG MEMBACA
Belum Siap
Romance"Saya terima nikah & kawinnya, Rasakasih Kamelia binti Bapak Samat Bharata dengan mas kawin 100 gram emas dan uang sebesar 1 Miliar Rupiah dibayar tunai. SAH!". Beberapa kali aku replay video pernikahan kami tahun lalu. Terbayang vibes kebahagiaan...