Lisa Pov
Mati aku, aku melakukan kesalahan yang cukup fatal pada jennie. aku ingin menyalahkan mulut ku yang begitu refleks menggigit payudaranya tapi semuanya sudah terjadi. Tapi sumpah demi apapun Aku tidak mengira yang aku gigit tepat pada putingnya. Salahkan dia juga kenapa dengan lancang akan menjual tanahku di jeju padahal dia tau bahwa impian ku membangun resort juga cafe disana. Namun aku rasa kini aku yang sepenuhnya salah.
"Dr.lisa" panggil seorang wanita tepat di sampingku. Kulihat keraguan dalam tatapannya meneliti setiap hal dalam diriku tentu saja membuatku tidak nyaman. Saat ini aku sedang berada di apotik lantai 1 untuk membeli salep pereda sakit atau bahkan mungkin luka. entahlah yang pasti aku telah melukai aset melon new zealand yang selalu dia banggakan padaku. aku sangat sadar diri bahwa hal itu dia lebih unggul.
"ah ya, maaf anda siapa, bolehkah kau berhenti menatap saya seperti itu" itu sunggu tidak membuatku nyaman, percayalah apalagi aku tidak mengenal wanita ini.
"ah maaf, aku tidak bermaksud demikian, aku miyeon perawat dipanti ini" ucapnya lalu melentangkan tangannya. wanita ini cukup cantik bagiku.
"maafkan saya yang tidak sama sekali merasa mengenal mu, lagian bagaimana kau mengenali saya. Saya juga baru tiba pagi ini belum sempat menyapa yang lain. lalisa manoban" aku membalas uluran tangan tersebut dengan sopan.
"jangan terlalu formal dok, kita berada di fakultas yang sama dulu. jadi aku cukup mengenalimu" dia tersenyum manis menatapku. Entah kenapa aku merasa aurahnya lebih berbeda.
"terlalu banyak umat manusia di fakultas kita jelas saja aku tidak mengenalimu. Tapi kau mengenaliku itu cukup luar biasa"
"siapa yang tidak mengenalimu dok, si perangko dokter jennie" ucapnya terkikik.
"apakah benar-benar terlihat seperti itu" tanyaku sambil berfikir kenapa pesanan salep ini begitu lama.
"dimana ada dokter jennie disitupula akan ada dirimu dok. Tidak ada mahasiswa yang berlarian saling tarik rambut, gendong gendongan kalau bukan kalian" lalu kami sama sama terkikik. aku yang jahil dipertemukan dengan jennie situkang emosian. Bagiku itu cukup paket komplit.
"lalu dimana dokter jennie" tanya miyeon sambil melihat kesembarang area. Mungkin dia mencari jennie.
"dia ada di lantai atas sedang beristirahat" jawabku miyeon mengangguk lalu kembali menatapku.
"apakah kalian habis bertengkar lagi" tanyanya membuatku mengerutkan keningku. Kenapa dia bisa tau.
"rambut mu sangat berantakan dokter dan aku rasa kau tak menyadarinya, kau masih menggunakan boxer kuning itu. aku permisi dulu dok" miyeon meninggalkan ku sendiri yang kini tertunduk menatap diriku yang hanya menggunakan baju dalam singlet putih dan juga celana pendek kuningku yang mungkin terlihat seperti boxer. Setelah mendapatkan salep itu aku bergegas berlari sebelum semua orang menyadari kehadiran ku yang begitu kacau. lalisa manoban harus terlihat sempurna setiap saat bukan.
Saat melihat pintu kamar tepat di depanku seketika kekuatan ku menghilang bahkan untuk mendorong pintu tersebut aku sungguh tidak kuat. Yah kalian benar aku begitu takut menghadapi kucing betina mommy kim dan mommy manoban itu. namun jika aku lebih lama aku yakin aku akan mati lebih cepat.
"kenapa lama sekali!!" kan sudah ku bilang, bahkan badan ku belum masuk sepenuhnya. Aku menutup pintu lalu berjalan perlahan kearahnya.
"sa- salepnya yang lama j" ucapku terbata, percayalah aku lebih baik mengatasi kedua mommy cantikku ketika marah daripada kucing ini. jennie mengambil salepnya dari tangan ku dengan kasar lalu membuka bajunya. Dapat kulihat puting itu memerah bahkan sedikit luka. aku memang menggigitnya cukup kuat.

KAMU SEDANG MEMBACA
BESTFREND
Romance"Jika aku ditakdirkan hanya sekedar menjaga dirimu sebelum kau di takdirkan bertemu jodoh mu, tak apa. aku akan......" L "aku memilih kau menjaga ku untuk selamanya, tak perduli status kita kedepannya. aku akan......." J