6.

2.2K 196 8
                                    

Jennie pov

Sudah hampir enam jam aku berada di ruangan operasi bersama jisoo unnie, perawat dan juga beberapa dokter senior. Kali ini aku cukup kesulitan karena pasien memiliki riwayat yang cukup langka di bagian kepalanya. Aku menghela nafas sambil tersenyum saat aku berhasil melalukan operasi walaupun ada beberapa kendala tadi tapi untung saja aku berhasil untuk tidak panik dan mencari jalan keluar dan beberapa dokter senior membantuku. Aku cukup kagum Pada keluarga manoban mereka benar benar mempersiapkan dokter terbaik untuk rumah panti yang diketahui pasien pasiennya tidak membayar sedikitpun. pantas saja kekayaan keluarga mereka tidak habis habis.

"terima kasih dokter, kau sudah bekerja keras" ucap salah satu perawat disana. Dia tersenyum sangat tulus membuat ku juga ikut tersenyum.

"kalian semua hebat" balasku sambil melihat semua perawat juga staff  yang sebenarnya dari raut wajahnya menampilkan kelelahan, namun kelegahan lebih dominan.

"kau hebat jendukk" jisoo unnie tersenyum manis. Wanita ini sangat cantik entah kenapa wajahnya begitu sempurna. Jisso unnie menggandeng pinggangku untuk keluar ruangan setelah membungkuk ke beberapa staff yang masih sibuk membereskan berbagai peralatan . Dokter senior sudah keluar lebih dahulu begitupun dengan pasien yang telah aku selamatkan. Bangga ? itu sudah pasti untuk apa kiranya aku belajar mati matian jika bukan untuk menyelamatkan nyawa orang lain.

"kau juga hebat unnie, tangan mu benar benar ajaib" kami berjalan ke kamar mandi khusus untuk dokter membersihkan diri setelah melakukan operasi. Tangan jisoo unnie benar-benar lincah di meja operasi. Itu terlihat sangat indah bagiku.

"aku melatih itu sampai pergelangan tangan ku di gips" Aku terkekeh mengingat hal itu, jisoo unnie sangat antusias berlatih menggerakkan tangannya namun karena terlalu antusias dia bahkan melakukannya selama berbulan bulan hampir tiap hari, dan berakhir tangannya keseleo.

"miyeon memberikan  sedikit kenangan di wajahmu. apa ini tidak akan berbekas" tanya jisoo unnie memegang daguku untuk mengecek wajahku keseluruhan. saat ini kami telah berada di depan cermin westafel kamar bersih.

"Aku benar-benar tidak menyangka kau sehebat itu berkelahi. Aku bahkan ikut meringis dari atas melihat tanganmu begitu erat menarik rambutnya. Dari mana tenaga mu itu datang Biasanya kau jatuh sana sini dengan kaki pendek lemah mu itu" ledeknya sambil terkekeh melepas wajahku. dia kini sibuk mencuci tangannya.

"si jalang sialan itu memiliki kuku yang cukup panjang unnie, aku yakin dia sudah menyiapkan hal itu. aku sebenarnya belum puas menarik rambutnya andaikan lisa tidak datang aku akan menarik rambut vaginanya sekalian" ucapku penuh kekesalan. kudengar dia tertawa puas setelah itu aku juga ikut tertawa.

Kami pun membersihkan diri setelah masuk di bilik kamar mandi yang berbeda. Entah kenapa aku benar benar tidak bisa bertelanjang atau seleluasa itu untuk membuka baju di depan orang lain selain didepan lisa. Aku tersenyum saat aku mengingat kebersamaan ku dengan lisa dari waktu ke waktu. Kenakalan ku yang lisa tutupi dengan usaha yang keras. Serta lisa yang selalu pasrah menerima perlakuan ku. aku melihat payudara indahku didepan cermin yang disediakan di masing masing bilik lalu aku menggelengkan . Bisa bisanya dia menggigit putingku dan mengatakan salah tempat. Entah kenapa aku semakin hari semakin tidak bisa tanpanya. Aku juga semakin manja dan aku selalu membutuhkan keintiman dengannya. jika tidak menyentuhnya atau tidak berinteraksi padanya dalam satu hari membuat hatiku seperti kosong. mungkin itu namanya rindu. seperti saat ini berjam jam di dalam ruangan operasi membuatku merasakan hal itu kembali. aku selalu membayangkan bagaimana jadinya jika aku atau dia sudah harus menikah. Masihkah seperti ini atau kami akan berjarak.  baru membayangkannya saja sudah sedikit membuat hatiku nyeri.

Setelah mengurus diriku akupun keluar dari bilik kamar mandi dan melihat jisoo unnie sudah rapi kembali lengkap dengan jas putihnya.

"kau masih akan bertugas unnie" tanyaku menghampirinya. dia sedang mengoles bibirnya dengan lip blam.

BESTFRENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang