Jennie Pov
Aku membuka mataku perlahan sedikit sulit memang namun akhirnya aku bisa melihat ruangan yang cukup besar ini. aku juga melihat satu perawat yang duduk disebuah kursi dengan meja kecil menghadapku. Perawat itu sedang sibuk dengan lembaran lembaran yang mungkin terdapat data pasien entahlah aku tidak ingin pusing. Tidak ada satupun sosok yang ku sayangi berada di ruangan ini membuat ku tiba tiba kesal bagaimana bisa mereka meninggalkan ku sendirian. Menyebalkan!
"sus" mungkin suaraku sangat kecil sehingga perawat itu tidak mendengar ku. tidak mungkin kan dia tuli ?.
"susteeeeerr" tak bisa di biarkan aku butuh orang orang yang kusayangi sekarang.
"ah? Oh maaf nona Ada apa ? apa ada yang sakit" tanyanya setelah berjalan cepat kearahku. Yah telinga mu.
"kemana mommy ku" tanyaku yang dapat senyuman olehnya.
"nona ingin saya memanggilnya" tanyanya setelah merapikan selimut ku. baik, perawat ini baik diluar dari pendengarannya.
"hmm tolong unnie" dia kembali tersenyum lalu mengangguk setelah itu berbalik lalu berjalan keluar menyisahkan ku sendiri. aku membuka selimut dan melihat kaki ku yang digips full. Aku merasakan kaki ku sangat berat dan ngilu sungguh sangat tidak nyaman. Aku bertanya tanya bagaimana keadaan kaki ku karena aku belum sempat bertanya disaat dokter choi memberi obat penenang. Mungkin karena dia benar benar capek mendengarku mengumpat.
"hufft kenapa mereka meninggalkan ku" karena tak ada teman bicara aku memilih menatap dinding kaca yang tidak ditutupi oleh gorden. Aku tersenyum miris saat tau bahwa ruangan ini merupakan ruangan yang dulu aku tempati. Apakah aku harus melewati semua itu lagi, aku memohon kepada tuhan bahwa itu tidak akan terjadi.
Semua rasa sakit yang aku alami dalam hidup tidak ada yang mampu mengalahkan kesakitan saat menjalani terapi itu. dan itu membuatku benar benar takut kembali. Lisa saja bisa trauma apalagi aku yang menjalaninya.
Ngomong ngomong soal sahabatku itu entah kenapa aku sangat merindukannya. Aku fikir aku benar benar bergantung padanya sekarang. Perasaan ku begitu hampa jika tidak melihatnya. aku harap ini hanya perasaan ku saja. Sejak membuka mata tadi sebenarnya aku berharap dia ada disisiku namun ternyata tidak aku yakin dia sedang bersama mommyku sekarang. Selain karena rindu aku juga begitu khawatir. Melihat bagaimana dia hampir saja membunuh miyeon membuatku takut dia akan melakukan sesuatu yang tidak boleh di lakukan manusia. Lisa itu sangat penyabar tapi jika sesuatu yang dia jaga tersentuh dia akan menjadi monster.
Bukan hanya rahasia ku saja yang banyak di lisa tapi rahasia lisa juga banyak padaku. kami benar benar banyak menyembunyikan hal hal yang tidak perlu orang tua kami tau salah satunya saat lisa hampir saja membunuh seseorang yang sudah pasti berhubungan dengan ku lagi. dulu ada sosok lelaki yang tergila gila padaku namun karena aku selalu cuek untuk hal hal berbau pacaran dan asyik dengan duniaku bermain dengan lisa lelaki itu dengan nekat mencoba melecehkan ku saat aku menunggu lisa di ruangan musik.
Untung saja lisa cepat datang lalu tanpa ragu menghantam lelaki itu membabi buta dengan gitar. Dalam keadaan lelaki itu bahkan sudah tidak sadar diri lisa terus saja memukulnya. Sampai sekarang aku dan lisa tidak mengetahui keadaan lelaki itu karena mr.siwon yang mengurusnya tanpa sepengetahuan daddy manoban tentu saja juga dengan kedua mommyku.
Itulah mengapa aku begitu khawatir dengan miyeon karena aku tidak ingin lisa benar benar membunuhnya namun mengetahui fakta dia melepaskan miyeon aku yakin miyeon akan lebih sengsara. paling tidak sahabatku tidak menjadi pembunuh sudah cukup untukku. miyeon pantas mendapatkan balasan yang aku yakini lebih dari yang dia lakukan padaku, lisa tidak pernah mengampuni seseorang yang menyakitiku siapapun itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BESTFREND
Roman d'amour"Jika aku ditakdirkan hanya sekedar menjaga dirimu sebelum kau di takdirkan bertemu jodoh mu, tak apa. aku akan......" L "aku memilih kau menjaga ku untuk selamanya, tak perduli status kita kedepannya. aku akan......." J