Taehun menatap langit-langit rumah sakit. Lagi dan lagi, mimpi buruk selalu menghantuinya.
Jam menunjukan pukul 2 pagi. Orang tuanya masih tertidur di atas sofa dan kasur lantai yang sengaja mereka bawa. Helaan nafas terdengar, terkadang ia merasa lelah dengan apa yang terjadi.
"Kenapa gue mesti ada di posisi ini?"
Air mata di pelupuk matanya jatuh. Ia selalu lelah setelah bangun tidur, tapi kali ini lelahnya 2 kali lipat.
Taehun bangkit dari tidurnya menjadi duduk. Karena pergerakan Taehun yang bersuara membuat Nara (ibu Taehun) terbangun dan langsung menghampiri sang anak.
"Kenapa? Ada yang bikin anak Mama gak nyaman? Atau butuh sesuatu?" tanya Nara.
Taehun menggeleng. "Nggak ada, Ma. Kenapa Mama bangun? Ke ganggu sama Tae ya?"
Nara mengusap lembut rambut Taehun. "Nggak, kok. Mama udah gak ngantuk aja makanya bangun."
"Tae boleh cerita gak, Ma?" tanya Taehun dengan menatap Nara.
"Boleh, mau cerita apa?"
Taehun menggeser dirinya. "Mama duduk sini." Tangannya bergerak menepuk sisinya yang kosong.
Setelah Nara duduk di sampingnya, Taehun meraih tangan Nara lalu digenggam.
"Tae mau cerita, tapi jangan kasih tahu hal ini ke siapa pun, termasuk ayah."
Nara menyeritkan dahinya. "Kenapa?"
"Tae gak mau ngelibatin banyak orang, Ma. Kalau dari Mama Tae gak sanggup nutupinnya."
"Oke, Mama janji. Tapi kalau urusannya udah selesai kasih tahu ayah, ya? Dia juga harus tahu kalau anaknya ini hebat, bisa ngelewatin rintangan apapun."
Taehun tersenyum simpul. "Ma." Nara menoleh. "Mama tahu kalau sekolah Tae yang sekarang dulunya pernah kebakaran?"
Nara mengangguk. "Iya, Mama tahu itu."
"Mama percaya reinkarnasi?"
"Nggak begitu percaya."
"Mama bakal percaya gak kalau anak Mama sama Ayah satu-satunya adalah reinkarnasi dari seseorang beberapa tahun lalu?"
Bukannya terkejut, Nara malah tersenyum. "Mama udah tahu hal ini." tangannya beralih menangkup pipi Taehun. "Siapapun kamu di masa lalu, kamu tetap anak Mama di kehidupan yang sekarang."
"Mama tahu? Tapi dari mana?"
Nara menggeleng lemah. "Mama..." Bibir Nara tiba-tiba terasa kaku hanya untuk berbicara.
"Mama kenapa?" tanya Taehun khawatir.
"Apa Mama bisa ceritain itu nanti?"
Taehun pasrah, ia memilih untuk meng-iya kan permintaan sang ibu dari pada harus melihatnya seperti kehilangan daya.
"Kapan pun, kalau Mama udah siap."
Nara mengusap setetes air dari ujung matanya, sebelum akhirnya bangkit. "Ini masih terlalu pagi, anak Mama harus banyak istirahat. Mama ke toilet sebentar, kalau ada apa-apa panggil aja, ya?"
Taehun mengangguk, matanya tidak terlepas dari Nara yang berangsur-angsur mulai menjauh darinya.
"Masih banyak hal yang belum Tae ceritain, Ma."
🕸🕸🕸
Seperti biasa, lorong asrama akan selalu sepi. Apalagi dijam-jam sarapan seperti ini.
Setelah sarapan, Junhyeok memilih untuk segera kembali ke kamar seorang diri karena teman-temannya yang lain lebih memilih tinggal beberapa saat di lantai dasar.
Suara langkah kaki begitu nyaring di ruangan yang sunyi. Sesekali Junhyeok berhenti dan menoleh ke segala penjuru, hatinya merasa was-was. Ia merasa di awasi dari beberapa sisi, perasaan itu semakin kuat ketika ada suara langkah kaki yang berbunyi ketika dirinya berjalan dan Junhyeok tahu itu bukanlah suara langkah kaki miliknya.
Junhyeok kembali melangkah dan suara itu terdengar lagi. Terpaksa, Junhyeok berhenti dan kembali melihat ke segala arah.
"Siapa di sana?"
Hening, tidak ada jawaban. Akhirnya Junhyeok merasa tidak acuh, ia kembali melangkah dan suara itu muncul, tapi kali ini suara langkah orang yang berlari. Junhyeok berhenti dan menoleh ke belakang.
"Junhyeok tungguin gue!"
Junhyeok menghela nafasnya lega. Ternyata itu temannya sendiri, Jang Hyunsoo.
"Lo bikin gue merinding aja, Bang," kata Junhyeok ketika Hyunsoo sudah berada di sampingnya.
Hyunsoo menampakan senyum terbaiknya. "Ya sorry. Lagian kenapa asrama kita sepi banget sih? Biasanya juga rame."
"Kan lagi pada sarapan, Bang."
"Iya sih. Eh, btw lo udah sarapan kan?"
"Jangan kaya orang pikun deh, Bang. Kita kan makan bareng tadi. Gue tahu lo udah tua, tapi jangan ketara amat lah."
"Sialan lo ngatain gue tua. Kita cuma beda setahun jangan belagak muda deh, lo juga tua. Oh ya, gimana Tae? Lo dapet kabar gak?"
Junhyeok menggeleng. "Gue baru mau video call, tapi pas di asrama aja. Hp gue ketinggalan."
"Di asrama gue aja, pake hp gue."
"Oke deh."
Keduanya jalan beriringan menuju kamar Hyunsoo. Di sepanjang jalan mereka tidak berhenti untuk mengobrol, di mulai dari yang serius sampai pada hal random.
Junhyeok baru saja hendak membuka pintu kamar tapi pintu itu sudah di buka terkebih dulu oleh salah satu penghuni kamar.
"L-loh, Bang Unco?"
"Lo kenapa? Kok kaya gugup?"
Junhyeok menoleh ke belakang dan tidak ada siapa-siapa. Dirinya datang seorang diri, orang yang membuka pintu lebih dulu darinya adalah Hyunsoo.
Badan Junhyeok rasanya lemas, ia benar-benar terkejut sampai kakinya terasa tidak bisa menompang badannya lagi.
"Eh... Lo kenapa?" Hyunsoo menahan badan Junhyeok yang hendak jatuh. "Kita masuk dulu," lanjutnya sambil membopong badan Junhyeok.
Hyunsoo membawanya duduk di sofa kecil milik Taehun. Setelah itu ia berinisiatif mengambilkan Junhyeok segelas air.
Perlahan ia membantu Junhyeok untuk minum. Hyunsoo terdiam tak mengerti melihat keadaan Junhyeok yang tidak terlihat seperti biasa.
Lama banget ya? Hehe maaf.
Jadwal aku di bulan agustus padet banget, tapi bakal aku isahain buat bikin draf kok tenang aja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Big Secret (Revisi)
FantasiTerlahir kembali, apakah hal itu memang ada? END! NO PLAGIAT⚠️ YANG PUNYA NIATAN NGE-PLAGIAT SONO MINGGAT JAUH JAUH.