TIGA PULUH SEMBILAN

24 6 8
                                    

Perlahan mata itu terbuka, Hwi mencoba menyesuaikan cahaya dengan kornea matanya. Pandangannya mengedar, mencari tahu keberadaannya.

"B-bang Tae?"

Suara Hwi cukup untuk membuat dua orang yang tengah tertidur lelap itu terbangun.

"Hwi, lo udah sadar?"

"Ada yang sakit? Jun tolong panggilin dokter," kata Taehun.

Sungjun mengangguk, ia segera berlari keluar untuk memanggil dokter.

"Perut, Bang," jawab Hwi lirih.

Taehun mengerutkan keningnya. Setahu Taehun yang terluka hanyalah lengan, bahu dan kaki Hwi yang terluka. Sekarang Hwi mengeluh bahwa perutnya yang terasa sakit.

"Perut lo kenapa?" tanya Taehun panik.

Hwi baru saja ingin menjawab, tapi suara dibukanya pintu mengalihkan perhatian keduanya.

"Saudara Taehun silahkan tunggu di luar," ucap Dokter yang akan memeriksa keadaan Hwi.

Mau tidak mau Taehun melangkahkan kakinya keluar. Helaan nafas terdengar darinya, ia menatap Sungjun meminta penjelasan.

Sungjun yang ditatap seperti itu panik sendiri. "Kenapa, Bang? Biasa aja dong natapnya."

"Jawab jujur, Jun. Lo sama yang lainnya nyembunyiin sesuatu, kan? Luka yang didapetin Hwi bukan cuma di tangan, kaki sama bahu, kan?"

Sungjun mengatupkan bibirnya. Sudah tidak ada lagi alasan yang kuat untuk menyembunyikan kondisi Hwi.

"Sebenernya, kaki Hwi gak kenapa-napa. Tapi perut bagian kanan dia ada tusukan kecil dan sayatan yang cukup panjang, itu yang bikin dia kehilangan banyak darah," jelas Sungjun sambil menunduk.

Taehun mengusap wajahnya kasar. Teman-temannya mencoba menyembunyikan kondisi Hwi yang sebenarnya. Taehun bahkan yakin, sang Dokter yang menangani Hwi bersekongkol dengan teman-temannya.

"Kenapa bilangnya di kaki, Jun? Kenapa rahasiain ini dari gue?"

"Jangan salah paham dulu, Bang. Kita gak mau lo terlalu khawatir. Kita tahu itu salah, tapi mau gimana lagi? Lo kalau khawatir kaya gak peduli sama diri sendiri. Buktinya tadi malem, lo nyuruh kita pulang supaya bisa tidur dengan tenang, tapi lo sendiri gak pulang dan milih buat jagain Hwi sendirian."

Mendengar ucapan Sungjun yang panjang lebar membuat Taehun terdiam. Iya, Taehun sadar akan hal itu. Ia khawatir dengan orang lain tapi tidak khawatir dengan dirinya sendiri.

Di tengah diamnya Taehun, Dokter yang menangani Hwi keluar.

"Gimana keadaan Hwi, Dok?" tanya Sungjun.

Sang Dokter tersenyum hangat. "Keadaan Hwi sudah jauh lebih baik, tidak ada yang perlu di khawatirkan. Kita tinggal menunggu luka-lukanya kering. Kalau begitu saya permisi, masih ada pasien yang harus saya tangani." Dokter Kim kembali tersenyum sebelum akhirnya meninggalkan Taehun juga Sungjun.

Taehun sedikit bernafas lega mendengar ucapan Dokter. Ia kembali masuk ke dalam setelah Dokter Kim pergi.

🕸🕸🕸

Junhyeok menatap kasur milik Hwi sendu. Biasanya di pagi hari seperti ini laki-laki itu sudah berisik membangunkan Sungjun. Tapi hari ini ia sendiri, kamar itu tidak ada orang lagi selain dirinya.

Hyunsoo dan Kyungjun semalam sudah meminta dirinya untuk tidur di kamar mereka, tapi Junhyeok menolak.

Dirinya sudah lelah menghadapi semuanya, terlalu tiba-tiba dan mengejutkan. Junhyeok pernah berharap saat Taehun dilarikan ke rumah sakit, bahwa tidak ada lagi orang setelah dirinya dan Taehun yang dirawat di sana. Tapi Hwi, kejadian pada laki-laki itu menghancurkan harapannya.

Junhyeok teringat sesuatu, ia berjongkok lantas mengambil sebuah kotak yang sengaja ia simpan di bawah kasurnya beberapa hari yang lalu.

"Gue harus kasih ini ke Bang Taehun. Gue yakin dia bisa pecahin teka-teki ini."

Junhyeok membawa kotak itu pergi, tujuan saat ini adalah kamar Kyungjun juga Hyunsoo. Ia akan pergi ke sana terlebih dahulu sebelum ke rumah sakit.

Pintu yang sedikit terbuka membuat Junhyeok leluasa untuk masuk. Di dalam kamar itu Kyungjun dan Hyunsoo tengah bersiap untuk pergi.

"Kalau masuk minimal ketuk," ucap Hyunsoo yang menyadari kehadiran Junhyeok.

"Pintunya kebuka, jadi ya masuk aja," jawab Junhyeok seraya menampilkan deretan giginya.

"Nyengir lo," kata Kyungjun. "Btw itu kotak apaan?"

"Nanti gue jelasin di rumah sakit."

Kyungjun mengangguk."Udah kan, ayo berangkat. Taehun sama Sungjun kayanya udah nunggu."

Ketiganya pergi ke rumah sakit setelah memastikan pintu kamar terkunci dengan benar.

Di perjalanan mereka membeli beberapa makanan dan minuman. Mereka tahu Taehun dan Sungjun tidur akan memperhatikan pola makannya di saat seperti itu.

Taehun

Hun, kita udah di depan
Mau titip apa?

Titip diri kalian, jangan
sampe kenapa-napa

Kyungjun menghela nafasnya saat membaca balasan Taehun.

"Gak ada yang ketinggalan kan, Kak?" tanya Junhyeok.

"Ada, telapak kaki lo," jawab Hyunsoo.

Junhyeok memutar bola matanya malas. "Terserah, Bang!"

Kyungjun menggeleng lalu melangkah masuk, ia memilih untuk tidak menyahuti percakapan kedua temannya.

"Oy Kaje, tungguin kita!"

Hyunsoo dan Junhyeok sedikit berlari untuk menyamakan langkahnya Kyungjun.

Sesampainya di ruang rawat Hwi, ketiganya tersenyum senang melihat Hwi yang sudah sadarkan diri.

"Hun, kok lo gak ngasih tahu kalau Hwi udah sadar?" tanya Kyungjun seraya meletakan barang bawaannya.

"Kalian aja nggak ngasih tahu separah apa Hwi kemarin," jawab Taehun.

Kyungjun diam, ia tahu siapa di balik ini. Matanya menatap Sungjun, meminta pengakuan. Sedangkan sang empu yang ditatap hanya memperlihatkan senyum tak berdosanya.

"Hun-"

"Iya, gue tahu," sela Taehun cepat. "Kalian jagain Hwi dulu ya, gue sama Sungjun mau pulang ke rumah gue."

Ketiganya mengangguk, awalnya mereka kira Taehun akan marah perihal kondisi Hwi yang sengaja mereka sembunyikan.

"Hati-hati, Bang, Jun," ucap Hwi sebelum pergi dari ruang rawatnya.











Hwi udah baikan ygy.
Stan The New Six!

Big Secret (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang