EMPAT PULUH SEMBILAN

30 6 8
                                    

Ruang kelas, tidak ada pilihan lain untuk membawa teman-teman yang belum sadakan diri selain ke sana.

Satu per satu dari mereka diangkat oleh Minsoo dan Hyunsoo. Sedangkan Sungjun, ia masih menenangkan Taehun yang masih tersulut emosi.

"Harusnya Daeyoon mati."

Jina yang sedang mengobati luka di tangan Taehun menghela nafasnya. "Kalau Daeyoon mati di tangan kamu, berarti kamu gak ada bedanya sama dia."

"Bener apa kata Kak Jina, Bang. Kita serahin aja ke pihak kepolisian untuk hukuman mereka," ujar Sungjun yang meraih kapas untuk membersihkan luka serta darah di sudut bibir Taehun.

Taehun meringis pelan saat luka-lukanya itu dibersihkan dan diobati.

"Sakit ya?" tanya Hyunsoo, ia baru selesai dengan kegiatannya.

"Pake nanya, ya iyalah!"

"Siapa suruh dateng. Kalau kalian gak dateng nih, rencana gue berjalan mulus. Tapi-"

"Kalau Sungjun sama Taehun gak dateng gak ada yang jamin lo selamat atau nggak," sahut Minsoo.

Taehun mengangkat alisnya tanda tak mengerti. "Maksud lo apa, Co? Rencana?"

"Sebenernya dibalik Hyunsoo yang ngilang itu udah direncanain." Bukan Hyunsoo tapi Hyuna. "Hyunsoo jadiin dirinya umpan buat nangkep Daeyoon-" Belum selesai Hyuna berbicara, Taehun sudah menyelanya.

"Gila lo, Soo! Lo taruhin nyawa lo buat nangkep si Daeyoon? Dan lo rencanain ini semua tanpa sepengetahuan temen-temen lo? Wah ... Lo keren, lo bisa lakuin apapun sendiri, gue tahu itu. Tapi apa lo mikir? Gue sama yang lainnya panik nyariin lo!" Taehun tertawa hambar sebelum akhirnya pergi dari sana.

"Gak gitu maksud gue, Hun!" Hyunsoo hendak mengejar Taehun namun pergelangan tangannya dicekal oleh Sungjun.

"Bang, biarin aja. Bang Tae lagi emosi, dia butuh waktu. Gue ngomong gini bukan berati gue gak marah sama lo, gue sama marahnya kaya bang Tae. Lo harus tahu, Bang. Segimana paniknya bang Tae waktu lo ilang gitu aja, mulutnya emang diem tapi matanya gak bisa bohong. Besok lo lurusin semuanya," ucap Sungjun sambil menepuk bahu Hyunsoo sebanyak dua kali.

🕸🕸🕸

Setelah kejadian tadi malam Taehun tidak kembali ke asrama. Ponselnya tidak bisa dihubungi, bahkan Nara tidak tahu di mana keberadaannya.

Khawatir, sudah pasti. Terutama Hyunsoo, ia merasa sangat bersalah di sini. Teman-temannya yang lain masih belum mengetahuinya. Ia berencana menjelaskannya nanti setelah bertemu dengan Taehun.

"Co, sebenernya Taehun ke mana?"

Entah sudah berapa kali Kyungjun menanyakan hal yang sama.

"Gue juga gak tahu," jawab Hyunsoo.

"Dia gak kenapa-napa kan semalem?"

Hyunsoo menghela nafasnya. Laki-laki bermarga Woo itu memang belum mengetahui apapun setelah sadar.

"Tangannya kegores pisau sama bonyok dikit mukanya."

"Anjir! Demi apa?"

Hyunsoo yang tengah membereskan bukunya sedikit terperanjat akibat suara Kyungjun. "Santai anjir! Kaget gue. Gara-gara Daeyoon sama Yujin, Taehun jadi gitu."

"Anjeeng! Minta di kasih pelajaran mereka. Udah lah Soo, ceritain aja sekarang. Ngapain nunggu sampe di sekolah coba?"

Laki-laki bermarga Jang itu berdecak kesal. "Lemah sih, lo. Di kasih obat bius aja pingsan."

"Anjir sialan, gatain gue lo?!"

"Nggak anjir! Orang faktanya gitu. Udah deh, ayo berangkat nanti gue ceritain pas semuanya udah kumpul."

Kyungjun menghela nafas pasrah, ia 0 menuruti saja apa yang Hyunsoo katakan walaupun sebenarnya ia sudah sangat ingin tahu.

Mereka berangkat ke sekolah seperti biasa, hanya saja kali ini mereka cuma berempat, tanpa Taehun dan Hwi yang masih dirawat di rumah sakit.

Hal pertama yang mereka dengar saat memasuki gerbang sekolah adalah kabar ditangkapnya Daeyoon tadi malam. Kyungjun dan Junhyeok yang baru mengetahuinya sontak melirik Hyunsoo dan Sungjun secara bergantian.

"Co, gue gak salah denger kan? Daeyoon udah ditangkep? Tadi malem?" tanya Kyungjun. "Kenapa lo berdua gak cerita sama kami?" lanjutnya tak terima.

"Kan udah gue bilang kalau gue bakal cerita kalau semuanya udah kumpul, biar gak ngulang cerita dua kali," jawab Hyunsoo.

"Bang, kok mereka pada keluar lagi?" ucap Junhyeok yang melihat para siswa berbondong-bondong keluar dari lingkungan sekolah.

"Lah iya, kenapa pada keluar lagi?"

Junhyeok menyenggol lengan Sungjun. "Bukannya jawab, malah diulang."

"Ya mana gue tahu jawabannya."

"Hyunsoo!"

"Sungjun!"

Keempatnya menoleh ketika ada yang memanggil. hyunsoo dan Sungjun secara bersamaan. Tak jauh dari tempat mereka ada Hyuna dan Minsoo yang melambaikan tangan, juga ada Jia yang terlihat murung.

Ketiganya berjalan mendekat. Tepat saat mereka berhenti Sungjun bertanya, "Kak Minsoo sama Kak Hyuna ngapain ada di sini?"

"Itu gak penting. Sekarang ayo kita ke resto depan, kalian belum sarapan, kan?" jawab Hyuna.

"Kita ke sekolah mau belajar, Kak Hyuna malah ngajak bolos," ucap Junhyeok.

"Gini ya adil-adik, sekolah ditutup buat beberapa hari. Jadi, kalian gak belajar di sini dulu," ujar Minsoo.

Hyunsoo menutup mulutnya menahan tawa. "Lo gak cocok nomong dilembutin gitu."

Minsoo menatap Hyunsoo sinis. Laki-laki bermarga Jang itu selalu membuatnya kesal setiap kali bertemu.

"Berisik lo, Cil. Udah deh ayo! Mau sarapan gratis gak lo semua?"

"Lah, siapa yang bayarin?" tanya Hyuna.

"Ya, lo lah. Siapa lagi?"

"Sialan lo Minsoo."

Hyuna senyum terpaksa. "Iya, ayo. Biar Kakak yang bayarin."

"Beneran nih, Kak?" tanya Sungjun diangguki Hyuna.

"Kalau kepaksa mah gak papa, Kak. Kita gak se-miskin itu kok buat bayar makanan masing-masing," kata Kyungjun.

"Udah deh, Cil. Rezeki gak boleh ditolak. Tiga temen kalian juga udah gue tunggu di sana."

"Siapa?"

"Doyoung, Haruto sama Jeongwoo."

"Anjirr makin banyak aja."







Dua hari ya aku gak up? Mianhae ...
Aku udah mulai cari kerjaan jadi waktu buat nulis kepake hehe
Stan The New Six guys!

Big Secret (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang