LIMA PULUH

33 7 11
                                        

Hwi menatap Taehun yang terus terdiam, laki-laki bermarga Choi itu sudah menceritakan semuanya. Tentang Daeyoon dan Yujin yang telah ditangkap dan rencana Hyunsoo. Jika boleh jujur, Hwi sama kecewanya, rencana se-beresiko ini tidak ada yang tahu. Tapi di sisi lain Hwi juga yakin jika Hyunsoo memiliki maksud lain hingga tak memberi tahu teman-temannya.

"Sekarang keadaan Jia gimana ya? Dia pasti sedih," batin Hwi.

Ceklek.

Pintu di buka tanpa ketukan, pelakunya adalah Jia, ia datang bersama Jina.

"Kak Taehun!" Jia terkejut melihat wajah Taehun.

"Ketuk dulu kalau mau masuk," ucap Taehun datar.

"Gue yang ngebolehin Kak Jina masuk," ujar Hwi.

Jina dan Jia tersenyum canggung, keduanya menutup pintu lalu jalan mendekat.

Jina tahu jika Taehun sedang marah pada Hyunsoo, ia memaklumi sikap Taehun yang berbeda dari biasanya. Sedangkan Jia ia tidak begitu mengerti keadaan saat ini.

"Kak ... Ini karena ayah, ya?"

Taehun memalingkan wajahnya saat Jia hendak melihat lebih dekat luka di wajahnya.

"Yang lainnya di mana?" tanya Hwi, ia mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Yang lainnya masih di bawah, gue naik duluan terus gak sengaja ketemu Kak Jina," jawab Jia.

Hwi mengangguk mengerti, ia sebenarnya sudah tahu. Tapi ia masih ada rasa tak terima melihat Jia yang perhatian terhadap Taehun.

"Udah Hwi, udah. Mau lo berusaha kaya apapun takdirnya Jia bukan sama lo!" ucap Hwi dalam hati.

"Kakak seneng deh, pelaku di balik semuanya udah keungkap. Tapi-" Jina menatap Jia iba.

"Dia emang ayah Jia, tapi dia tetep pembunuh, Kak. Dia harus dapetin hukuman yang setimpal," ujar Jia, tatapan Jina membuat Jia mengerti.

Jina mendekat pada Jia lalu memeluknya. Jina tahu jika Jia terpukul saat mendengar kabar ayahnya ditangkap. Tapi benar apa kata Jia bahwa dia tetaplah pembunuh yang harus mendapkan hukumannya.

Perlahan isakan terdengar, Jia menangis lagi. Matanya masih sembap saat datang dan sekarang ia akan membuat matanya sembap lebih lama.

"Jia gak tahu ini tangisan bahagia atau sedih. Jia seneng pelakunya udah ketangkep tapi dia tetep ayah Jia, Kak."

Jina menghapus jejak air mata di pipi Jia. Menjadi jia memang berat.

Tok tok tok.

Ketukan pintu mengalihkan perhatian mereka. Taehun bangkit lantas membukakan pintu tanpa perkata apapun.

"Taehun, lo di sini?"

Taehun tak menggubris ucapan Hyunsoo, ia berbalik dan kembali duduk di tempatnya tadi.

Kyungjun, Hyunsoo, Junhyeok dan Sungjun masuk tak lupa menutup kembali pintunya. Mereka sama sekali tidak tahu jika Taehun bermalam di rumah sakit.

Sekarang keadaan tak seperti Biasanya, kali ini lebih serius dan cukup tegang.

Sungjun menyikut pelan lengan Hyunsoo. "Jelasin, Bang."

Hyunsoo menghela nafasnya, ia duduk di samping Taehun. "Gue tahu lo marah sama gue. Tapi kasih gue kesempatan buat jelasin."

Hening, Taehun sama sekali tidak berkata apapun, bahkan menoleh pun tidak.

"Gue anggap diem lo kesempatan. Gini Hun, semuanya emang rencana gue. Kalian tahu sendiri kalau gue target utamanya dan karena itu gue milih rencana kaya gitu. Gue sengaja jalan sendiri supaya mereka bawa gue, dengan begitu gue bisa rekam semua pengakuan mereka," jelas Hyunsoo.

"Tapi sama aja bahaya. Gimana kalau mereka gak bawa lo dulu? Gak ada pemanasan tapi langsung ke inti? Apa lo kepikiran sampe sana? Jang Hyunsoo, kita ini manusia, nyawa kita cuma satu."

"Gue tahu. Tapi di balik rencana gue ini ada Kak Jina, kak Minsoo sama kak Hyuna. Gue gak akan lakuin itu kalau gue gak punya senjata, Hun. Kalau gue mau diapa-apain ya ada mereka."

Taehun menatap Jina sekilas, ia orang baru tapi seperti sudah sangat dipercaya oleh sahabatnya.

"Mereka tahu, tapi kenapa gak ada satu pun temen lo yang tahu?"

"Hun ... Gue yakin kalian gak akan setuju sama rencana gue, bahkan mereka aja awalnya nentang. Gue juga gak mau bikin kalian lebih khawatir lagi."

"Tapi kan-"

"Udah lah, Hun. Semuanya udah kejadian, lo udah gak perlu marah lagi. Gue tahu lo khawatir, tapi buktinya sekarang Hyunsoo baik-baik aja." Kyungjun angkat bicara.

Taehun diam, memang benar apa yang Kyungjun katakan, ia juga sebenarnya sudah tak begitu marah.

"Kak Jina, Tae punya satu pertanyaan." Jina mengangguk. "Kenapa kalian datang terlambat, maksudnya- kalau semuanya udah direncanain bukannya kedatangan kalian harusnya lebih cepet dari yang kemarin?"

"Seharusnya iya. Kami sempat dihadang Youngjae, itu yang membuat kami sedikit terlambat," jawab Jina.

"Youngjae? Terus di mana dia sekarang? Gimana kalian bisa masuk?"

"Youngjae udah serahin dirinya tadi pagi. Sesuai janji juga, dia nambahin bukti kalau Daeyoon dalang di balik 33 tahun lalu." Bukan Jina yang menjawab, melainkan Junhyeok. "Katanya dia ngerasa bersalah, Bang. Makanya nyerahin diri."

"Dari mana lo tahu?" tanya Hwi.

"Ponakannya sendiri yang bilang. Dia emang gak terlibat kemarin, tapi sebelum-sebelumnya dia terlibat."

Taehun dan Hwi yang baru mengetahui hal ini mengangguk mengerti.

"Hun, lo udah maafin gue kan?"

Taehun menoleh pada Hyunsoo lalu tersenyum tipis. "Udah. Tapi lain kali jangan diulangi lagi. Jangan bikin yang lainnya khawatir. Satu lagi, inget nyawa kita cuma satu."

Hyunsoo tersenyum dan mengangguk. "Iya-iya, gue inget. Tapi rencana kemarin seru loh, Hun. Kaya di game survival git-"

Belum selesai Hyunsoo berbicara, Taehun sudah mencubit pinggang temannya terlebih dulu hingga sang empu kesakitan.

"Iya, gak seru. Ampun!"

Gelak tawa dari yang lainnya memenuhi ruangan. Mereka sekarang bisa bernafas lega. Tidak akan ada lagi rasa takut dan teror yang menghantui, tidak ada lagi kekhawatiran berlebih saat berjalan sendiri.

"Gue berharap setelah ini kehidupan gue sama yang lainnya berjalan normal seperti biasa," batin Junhyeok.

Tidak ada yang salah dengan harapan Junhyeok, hanya saja mereka melupakan sesuatu. Semuanya belum berakhir.












Hallo aku kembali!
Gak nyangka banget TNX bawain slingshot, asli keren banget. Mana Taehun jadi spesial mc lagi.
Stan The New Six guys! Ayo kita berdoa suapa TNX comeback akhir tahun ini, sayang kalau gebrakan kemarin gak diterusin.

Big Secret (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang