EMPAT PULUH DELAPAN

38 5 14
                                    

"Choi Taehun."

"Si anjir, cocok sih. Sama-sama gak waras."

Hyunsoo, laki-laki itu sebenarnya sejak awal hanya berpura-pura tak sadarkan diri, dan ia sudah mendengar semuanya.

"Ini lagi, kenapa gue bisa punya temen yang teledornya kaya mereka, sih?"

"Aku tahu kau sudah sadar, Jang Hyunsoo."

Setelah mendengar itu Hyunsoo membuka matanya, ia menatap Yujin dan Daeyoon yang kini tengah menatapnya remeh.

"Udah sadar? Lo salah besar Park Yujin. Gue dari awal tetep sadar kali, obat bius lo gak mempan di gue," ucap Hyunsoo.

Yujin melongo tak percaya, sebelumnya ia sudah memastikan jika Hyunsoo sudah tak sadar.

"Mau nyulik kok pake bius, terinspirasi dari sinetron ya lo? Yaelah ... Aki-aki korban sinetron ternyata," lanjutnya.

"Diam!" Yujin menodongkan pisau lipat pada Hyunsoo, ia mencoba menggertaknya.

"Wow ... Santai dong bro. Kalau mau bunuh gue ya silahkan, tapi lepasin dulu iketan gue. Lo kan udah dewasa, kalau mau bunuh orang minimal baku hantam dulu, lah. Oh iya lupa, lo kan udah tua nanti encok lo kam-" Ucapan Hyunsoo terhenti ketika Yujin semakin mendekatkan pisau itu pada lehernya.

Daeyoon tertawa kecil kemudian menepuk pundak Yujin. "Sudahlah, kau hanya membuatnya takut."

Daeyoon hendak mengambil alih pisau yang ada di tangan Yujin, tapi takdir berkata lain. Bukannya berada di tangan Daeyoon, pisau itu malah terlempar karena ada sepatu yang sengaja dilempar mengenai tangan Yujin dan Daeyoon.

"Taehun," gumam Hyunsoo.

"Bodoh banget sih anjir, malah ke sini lagi."

Daeyoon mencoba menetralkan rasa terkejutnya dengan bertepuk tangan. "Yujin, ternyata kau tak perlu buang-buang waktu hanya untuk membawa mereka ke hadapanku. Lihatlah, mereka dengan senang hati mengantarkan nyawa mereka sendiri."

Taehun tersenyum miring. "Mengantarkan nyawa? Jangan mimpi Seo Daeyoon," ucapnya penuh penekanan.

"Woy, Seo Daeyoon! Dari pada jadi pembunuh mending jadi aktor kata gue mah, akting lo bagus soalnya walaupun ujungnya tetep jelek, rencana kok ketauan sama rival," ujar Sungjun.

Dukh!

Tanpa di duga Daeyoon melemparkan sebuah pisau kecil yang ia dapatkan dari sakunya.

Beruntung, Sungjun dan Taehun cepat menghindar sehingga tidak mengenai mereka.

"TAEHUN SUNGJUN KELUAR!" Hyunsoo berteriak.

Bukannya mendengarkan ucapan Hyunsoo, keduanya malah diam dan menunjukan ekspresi pura-pura terkejut, meskipun aslinya keterkejutan mereka bukan pura-pura.

"Santai bro, tajem loh itu."

"Sialan lo Daeyoon!" Taehun melepaskan sepatunya yang tersisa sebelah lalu melemparkannya lagi pada Daeyoon.

"Bocah!" ucap Yujin yang terkena lemparan sepatu dari Taehun.

"Lo berdua yang bocah! Sini maju! Dua lawan satu, gue gak takut," ucap Taehun menantang.

Sebut saja tak tahu malu. Mereka, Deyoon dan Yujin benar-benar maju.

Taehun tersenyum tipis. Ia merutuki ucapannya sendiri. "Mulut gue gak bisa direm sialan."

"Tangan kosong!"

"Banyak omong!" Yujin melayangkan satu pukulan, tapi dengan cepat Taehun menghindar.

Perkelahian sudah tidak bisa Taehun hindari. Ia terpaksa harus melawan dua orang yang sudah lebih tua darinya.

Di kesempatan itu, Sungjun segera berlari ke arah Hyunsoo dan segera melepaskan ikatannya.

"Bang, lo gak papa?" tanya Sungjun.

"Gak papa, hampir mati doang."

"Gue mau marah tapi keadaannya lagi kaya gini! Bantuin gue lepasin yang lain."

Tidak ada lagi jawaban dari Hyunsoo, ia langsung melakukan apa yang Sungjun minta.

"Rencana gue gak gini," batin Hyunsoo.

"Lo pada lemah banget anjirr!" umpat Hyunsoo pada teman-temannya yang masih tak sadarkan diri itu.

Sementara Taehun, ia sedikit kewalahan melawan Yujin dan Daeyoon. Dua manusia itu cukup kuat dan lihai saat menghindari serangannya.

Bugh!

Taehun lengah, ia kembali mendapatkan pukulan di wajahnya yang entah sudah keberapa kali.

Tak tinggal diam, Taehun membalas pukulan yang ia terima. Daeyoon cukup terkejut dengan Taehun yang kini sedang beradu tinjuan bersamanya.

"Taehun yang dulu hanya kuat di otak bukan di otot. Tapi ini, bagaimana bisa sebertenaga ini?"

Bruk!

Karena kehilangan keseimbangan Taehun terjatuh dan telapak tangannya mengenai pisau yang sempat Daeyoon lempar. Taehun meringis pelan melihat darah yang menetes dari telapak tangannya.

Merasa bahwa itu adalah kesempatan,  Daeyoon mendekat tak lupa mengambil balok kayu sebagai senjata. Ia hendak memukul Taehun dengan itu, tapi-

"Angkat tangan! Jangan ada yang bergerak!"

Gerakan Daeyoon terhenti saat suara itu menggema di ruangan.

Memanfaatkan keadaan memang perlu dikuasai. Taehun dengan cepat menendang kaki Daeyoon hingga laki-laki itu tersungkur, tangannya yang berdarah meraih pisau yang tergeletak itu lalu menodongkannya pada Daeyoon.

"Jika darah di balas dengan darah, maka nyawa juga seharusnya sama," ucap Taehun penuh penekanan.

"Hun, udah!" Hyunsoo menarik Taehun agar menjauh dan mengamankan pisau di tangannya. Taehun bisa saja membunuh Daeyoon saat itu juga, dan Hyunsoo tidak mau hal itu terjadi.

Para polisi yang baru datang segera mengamankan Daeyoon dan juga Yujin.

Minsoo, Hyuna dan Jina yang datang bersama polisi juga ikut masuk dan menghampiri Taehun dan Hyunsoo.

"Lepas! Kalian tidak berhak-"

"Diam! Kaian akan ditahan atas kasus pembunuhan berantai dan percobaan pembunuhan."

"Mana buktinya?" tanya Yujin.

"Ini buktinya!" seru Hyunsoo. Ia menunjukan ponsel milik Hyuna yang berada dalam panggilan.

"Ini juga," imbuh Minsoo. Ia juga menunjukan beberapa cuplikan video dari camera yang sengaja Hyunsoo bawa.

"Licik," ucap Daeyoon.

Mendengar itu membuat Hyunsoo tak bisa menahan tawanya. "Kan lo sendiri yang ngajarin gue. Udah Pak, bawa mereka ke penjara, kalau bisa jangan biarin mereka bebas. Sampe membusuk juga gak papa, saya sangat ikhlas."



Gimana sama part ini? Akhirnya dua aki-aki itu ditangkep guys.

Minggu depan anak-anak masih perfom di show champion dan katanya bakal bawain lagu yang mereka produksi sendiri, kira-kira lagu apa ya? DDA DDA DDA? WE ON? Kita tunggu minggu depan aja.
Stan TNX!

Big Secret (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang