bagian 15

4.6K 346 16
                                    

𝐄𝐗𝐎 - 24/7
___

Langit biru tanpa awan. Hanya matahari seorang diri begitu gagah dengan sinar teriknya. Menyoroti mobil-mobil yang terkena macet. Salah satunya mobil yang dikendarai Berlian. Hawa panas yang terasa seakan membakar kulit meski tubuhnya dilingkupi atap mobil. Bagaimana pengguna kendaraan bermotor? Mungkin gosong dikit gak ngaruh.

Untung saja Berlian manusia sabar. Sedari tadi tak ada kata kotor keluar dari mulutnya meski waktunya tersita banyak. Seharusnya masih ada waktu untuk tiba tepat di jam makan siang ke kantor Zafran. Semoga saja.

Ya, seperti kesepakatan mereka Berlian tak jadi bekerja tapi setiap jam makan siang dirinya akan mengantar makanan untuk suaminya. Perlahan Berlian bisa menerima. Zafran mungkin hanya menginginkan istri yang pandai mengurus rumah.

Akhirnya setelah macet panjang yang menguras waktu Berlian tiba di kantor Zafran meski gak tepat waktu. Lebih dua puluh menit harusnya gak apa-apa? Ngomel? Omelin balik aja suaminya itu.

Dengan menenteng tupperware Berlian segera masuk ke ruangan suaminya. Tapi yang Berlian dapati hanya keheningan. Tak ada siapapun disini.

"Apa Zafran makan siang ke luar kantor ya?" gumam Berlian. Wajah semangat Berlian berubah menjadi lesu. Salahnya juga tak memberitahu suaminya bahwa dirinya akan mengantar makan siang.

Segera keluar dari ruangan itu, dan begitu membuka pintu Berlian dihadapkan wajah sekretaris Zafran. Satya Abhimana. Siapa lagi kalau bukan dia?

"Ibu nyariin bapak? Bapak gak ngantor hari ini. Dia ke Bandung meninjau proyeknya," ucap Satya dengan formalnya. Masih jam kerja, Satya gak bisa memposisikan Berlian sebagai teman.

"Geli denger kamu ngomong kayak gitu. Udah, bahasanya kayak biasa aja," Satya mengangguk paham.

"Zafran kok gak bilang apa-apa? Tadi pagi dia cuma bilang mau ke bandara buat ketemu dulu sama Xavier sebelum ke Aussie. Aku kira langsung ke kantor," mengapa Zafran tak jujur bahwa dirinya akan langsung ke Bandung ya?

"Bos Zafran emang gak ada rencana ke Bandung. Tapi tadi pagi emang ada panggilan bahwa proyek di Bandung ada sedikit masalah. Makanya si bos langsung aja ke sana sekalian ninjau juga," beritahu Satya.

"Kerjaan di sini aja gue yang handle," tambah Satya lagi.

Dan sekarang Berlian paham dan tak harus merasa curiga pada Zafran. Tadinya Berlian berpikir mungkin suaminya itu akan menjauhi dirinya setelah mendengar penjelasan Xavier. Taunya Zafran memang pergi tapi masih urusan pekerjaan.

Tapi, ada satu hal yang masih dirinya takuti. Xavier membeberkan semua masa lalunya. Padahal Berlian sendiri akan terus menutup mulut jika tak ada seorang pun yang menyinggungnya. Lagipula dari dulu dirinya sudah tutup buku. Namun, jika buku itu terbuka artinya lukanya ikut terbuka dan kembali berdarah. Padahal untuk sembuh saja butuh waktu yang lama sampai pada tahap luka itu mengering.

Semoga saja Xavier tak mengungkapkan nya. Berlian harap Xavier masih sama. Tetap dalam batasan dan tak pernah melewatinya.

"Kenapa malah bengong disini? Duduk di dalam aja," kata Satya dengan tangan yang membuka pintu secara lebar. Menyilahkan Berlian untuk masuk kembali.

"Gak usah. Aku cuma nganterin makanan doang tadinya. Nih, buat kamu aja daripada mubazir," Berlian memberikan tupperware itu pada Satya. Yang langsung diterima dengan sepenuh hati oleh pemuda berambut belah tengah itu.

"Wah, kalau rezeki emang gak kemana. Makasih bu Berlian," ujar Satya dengan senyum lebar memperlihatkan gigi taringnya yang memikat. Orang-orang bilangnya gigi vampir karena gigi taringnya yang panjang melebihi gigi tetap.

𝐏𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧𝐭𝐢𝐧 𝐏𝐞𝐧𝐠𝐠𝐚𝐧𝐭𝐢 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang