bagian 25.2

3K 198 49
                                    

𝐄𝐗𝐎 - 𝐒𝐈𝐆𝐍
______

"Kak, kayaknya aku suka sama Jeano," Ruby tersenyum malu setelah mengatakannya. Berlian yang mendengarnya jadi menjawil hidungnya.

Kala itu umur mereka baru berapa tahun sih? Di saat sd saja belum lulus.

"Kamu tuh masih kelas tiga sd. Mana boleh suka-sukaan,"

"Biarin. Teman-teman aku juga gitu. Malah ada yang pacaran lagi," terang Ruby lalu bangkit dari bangku yang didudukinya beralih ke ayunan.

"Sampai pacaran?" netra coklat gelap Berlian membesar. Terkaget mendengar anak sd sudah pacaran. Tapi, pacaran itu apa ya? Dirinya sering mendengar kata itu keluar dari mulut orang dewasa, tapi arti sebenarnya dia tak tau itu apa. Yang dirinya lihat, orang pacaran sering banget saling cium. Emang pacaran kayak gitu? Iiiihhh...Berlian bergidik ngeri.

"Kamu jangan ikutan kayak teman kamu. Bahaya," peringat Berlian. Dan matanya kembali fokus pada buku yang dibacanya sedari tadi.

Sebenarnya sore hari waktunya mereka berdua duduk secara nyaman di bangku halaman rumah dengan membaca cerpen kesukaan mereka berdua. Hanya saja kali ini Ruby memilih membahas keinginannya.

"Bahaya darimana nya sih kak?" Berlian tak bisa menjawabnya. Bungkam, tapi dengan pikiran yang berkelana.

"Itu, seperti yang aku bilang tadi. Aku suka sama Jeano. Jadi, kakak bantuin aku ya, biar makin deket sama dia?"

"Bukannya kita sering main bareng? Deket kan itu?" balas Berlian lalu mulai menutup buku cerpennya. Berlian jadi fokus mendengarkan apa mau adiknya.

"Tapi, Jeano lebih deketnya sama kakak. Jadi, gini kak. Kakak bisa kan agak ngejauh dulu. Biarin aku berduaan sama Jeano. Ya?" Ruby sudah mengeluarkan mata anjing yang menarik simpati. Berlian tak sampai hati untuk tak mengabulkannya.

Meski artinya, dirinya kembali kehilangan satu-satunya bising yang membuat hidupnya berwarna. Tapi, tak masalah, asalkan itu bukan lelaki si mata bambi, Berlian akan memberikannya pada adiknya Ruby.

"Iya. Nanti kakak agak ngejauh dari Jeano," Ruby yang mendengarnya segera keluar dari ayunan dan memeluk kakaknya. Tersenyum senang.

"Wah. Kalian pelukan gak ngajak Jean," lelaki yang sedari tadi jadi topik pembicaraan hadir. Memakai kaos polo dan celana pendek warna hitam. Rambut dengan potongan wolf cut nya disisir rapi dan masih basah. Aroma lemon menguar. Jeano kentara sekali habis mandi sore.

"Ih, ngapain ngajak Jean. Soalnya Jean bau badan," Ruby mengejek. Padahal hatinya sedang berbunga melihat lelaki tampan idamannya.

Mulai duduk dengan songong di samping kakaknya.

"Ruby jangan asal bicara. Jean itu wangi. Ini aja abis mandi," Baru saja ingin duduk di samping Berlian, tapi keburu Berlian bangkit seolah ingin pergi.

"Aku masuk dulu. Harus bantu ibu," tanpa menunggu jawaban, Berlian segera menghilang dari pandangan keduanya. Jeano heran, tapi celetukan Ruby berhasil membuatnya kesal.

"Tuh, kak Berlian aja sampai ngehindar. Itu artinya Jean beneran bau,"

"Mana ada? Nih, Ruby cium badan Jean," Jeano mendekat pada Ruby. Mengarahkan keteknya ke arah hidung gadis kecil itu. Ruby hanya bisa tertawa tak sempat menghindar. Berakhir dengan keduanya yang sama-sama tertawa.

Dari kejauhan ada mata bambi yang mengawasi. Dirinya baru saja ingin mengunjungi tapi langsung disuguhi pemandangan seorang gadis kecil mirip Berlian sedang tertawa riang dengan seorang lelaki. Itu Berlian?

Dan Zafran meyakini itu benar Berlian karena jepit rambut dengan batu berlian itu memang milik gadis itu.

Zafran memang datang seorang diri. Menggunakan taksi, karena tak sabar ingin bertemu Berlian begitu tiba di Jakarta. Tapi yang dirinya lihat sekarang adalah Berlian yang sedang bercanda dengan seorang lelaki.

𝐏𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧𝐭𝐢𝐧 𝐏𝐞𝐧𝐠𝐠𝐚𝐧𝐭𝐢 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang